OPINI | POLITIK
“Kita tidak mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya seperti apa, kita menutup mata dan menelan mentah-mentah atas segala fitnahan yang dilontarkan terhadap saudara kita,”
Oleh : Nurul Fahira
SUDAH lama ya, kita tidak disatukan oleh aturan yang sama. Lelah? Pastinya. Sedih? Tentu saja. Tertekan? Bukan main. Mengapa tidak, pasalnya umat islam yang begitu banyak jumlahnya sekarang, kini diam seribu bahasa tatkala saudara-saudaranya ditindas, dihinakan, dilecehkan, bahkan dilenyapkan dari dunia ini. Merasa tak berdaya itu pasti.
Apa sih yang bisa dilakukan seseorang, atau katakanlah beberapa komunitas untuk keadaan saat ini? Kita bisa lihat di Suriah. Muslim di sana banyak yang dibungkam dan bahkan dibunuh oleh pemerintahnya sendiri. Uyghur, mereka bahkan tidak punya hak untuk beragama.
Segala macam bentuk keagamaan dilenyapkan. Untuk memakan makanan yang halal juga sulit, apalagi untuk pulang ke pangkuan keluarga. Muslim Rohingya terkatung-katung di atas kapal yang mereka tumpangi. Meminta pertolongan ke beberapa negara muslim, malah mendapat pengusiran.
Bahkan di negara mayoritas muslim sekalipun, di negeri tercinta kita saja, mereka mendapat penolakan, pemfitnahan, dan pengusiran. Padahal mereka hanya sementara untuk mencari tempat bernaung, karena kejamnya rezim yang ada di negaranya terhadap mereka.
Tidak sampai disitu saja, muslim Rohingya juga dicabut kewarganegaraannya, yang mengakibatkan mereka tidak bisa bekerja, lalu dibakar pemukiman tempat mereka hidup, dan bahkan keluarganya banyak dihabisi nyawanya di depan mata mereka.
Dan ini yang masyarakat kita katakan, mereka sebagai zionis yang ingin merampas tanah air kita? Miris sekali bukan? Padahal sudah seharusnya, kita sebagai muslim hendaknya tolong-menolong terhadap saudara seakidah kita. Kita tidak mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya seperti apa, kita menutup mata dan menelan mentah-mentah atas segala fitnahan yang dilontarkan terhadap saudara kita.
Padahal tentu saja, rezim di negara Myanmar adalah zionis yang sesungguhnya, yang sedang berusaha melenyapkan kaum muslimin, sama seperti yang terjadi di Palestina.
Berbicara tentang Palestina, sangat menyayat hati. Pastinya, karena kita semua tentu merasa tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu saudara-saudara kita yang tengah membela, mempertahankan dan melindungi kiblat pertama kita, ya.. Baitul Maqdis.
Apakah cuma bisa mengecam pihak zionis yang bisa penguasa kita lakukan? Tidak usah penguasa, mari berbicara tentang kita, masyarakat biasa. Sebatas berdoa, berdonasi dan juga memboikot sajakah yang bisa kita lakukan? Dengan berat hati, hanya itu yang bisa kita lakukan.
Sebab tidak ada pelindung umat muslim saat ini, yang di sisi Allah saja, hilangnya nyawa seorang muslim itu lebih lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia ini. Bayangkan saja, sudah berapa banyak darah kaum muslimin yang tumpah disana? Padahal kewajiban untuk membela Baitul Maqdis bukan hanya jatuh kepada rakyat Palestina saja, justru semua kaum muslimin wajib membelanya, termasuk kita sendiri.
Dan sampai saat ini, apa yang sudah kita lakukan? Sebegitu tidak berdayanya kah kita saat ini? Ini lah yang terjadi, mau seberapa banyak pun masyarakat kita berteriak kepada penguasa, sementara penguasa kita sendiri tunduk pada sistem yang berlaku saat ini, yakni Kapitalisme, tidak akan merubah apapun.
Tiap negara muslim, yang seharusnya menjadi satu kesatuan dalam satu naungan, kini terpecah belah dan punya sekat-sekat yang membatasi antara negara muslim satu dengan yang lainnya. Bahkan tetangga Palestina, yakni Mesir, mereka gencar membangun tembok-tembok tinggi pembatas dan penghalang antara negara mereka dengan Palestina.
Seolah mereka yang syahid tidak ada apa-apanya bagi mereka. Ya, beginilah kondisi kita saat ini. Umat muslim yang sangat banyak ini hanya bagaikan buih di dalam lautan. Hanya seperti hidangan yang bangsa-bangsa lain akan memperebutkannya seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan. Begitu miris namun inilah faktanya.
Lantas, sudah sampai manakah bentuk perjuangan kita? Apakah kita akan diam seribu bahasa di tengah penderitaan kaum muslimin saat ini? Tidakkah kita muak akan kejahatan dan kebengisan yang dilakukan kaum kafir terhadap kita? Sudah saatnya kita bersatu, hilangkan kecintaan kita pada dunia yang rusak ini. Campakkan sistem saat ini yang rusak dan merusak ini.
Sudah saatnya kita kembali ke aturan yang memberi keadilan untuk semua kaum. Sebab Rahmatan Lil ‘Alamiin bukan hanya sekedar kalimat belaka, sudah dibuktikan sejak zaman Rasulullah menjadi pemimpin dan disusul oleh Khalifah setelah beliau.
Bukan hanya kaum muslimin yang merasakan nikmat adil, makmur dan sejahteranya, semua kaum juga pasti merasakannya. Tentu saja itu hanya akan dirasakan saat kita berada dalam naungan Khilafah Islamiyah. (**)
*Penulis Adalah Mahasiswi Psikologi USU