“Perilaku asusila yang masih terus dilakukan itu bukan tak ada alasannya. Bahkan ketika mereka, (para psk yang terciduk) ditanya alasan mereka salah satunya adalah alasan ekonomi, namun belakangan alasan ekonomi menjadi nomor sekian. Karena pelaku psk yang muda-muda semakin banyak,”
Oleh : Mamik Laila
Lapan6Online : Jagat hiburan lagi-lagi mencoreng martabat bangsa, pasalnya salah satu artis sinetron FTV Vanessa Angel yang menarif dirinya 80 juta untuk sekali kencan telah terendus polisi. Pada Sabtu (5/1/2019) sekitar pukul 12.30 WIB, Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim menciduk Vanessa Angel di sebuah kamar hotel di Surabaya, Jawa Timur, berkait dugaan prostitusi online. www.medan.tribunnews.com
Sebenarnya kasus seperti ini bukan hal baru lagi dan kasus semacam ini sudah sering kali terjadi. Pertanyaan besar yang muncul itu, Kenapa kasus-kasus seperti ini masih terus ada? Padahal sudah mulai banyak Lokalisasi yang ditutup dan di nonaktifkan, para PSK pun katanya diberi pembinaan. Taruhlah lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur, akhirnya resmi ditutup pada Rabu (18/6/2014). www.kompas.com
Namun kenapa masih ada bahkan mereka lebih kreatif lagi dalam menjajakan bisnis haram itu? Fakta lagi, Sebelum ditutup, jumlah PSK di Pembatuan sekitar 350 orang dan Batubesi 75 orang. “Berdasar info Kader KPA, ada 150 PSK yang saat ini masih praktik di Banjarbaru dan delapan orang di antaranya HIV positif,” kata Edi Sampana, Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids(KPA). www.tribunnews.com
Perilaku asusila yang masih terus dilakukan itu bukan tak ada alasannya. Bahkan ketika mereka, (para psk yang terciduk) ditanya alasan mereka salah satunya adalah alasan ekonomi, namun belakangan alasan ekonomi menjadi nomor sekian. Karena pelaku psk yang muda-muda semakin banyak. Alasanpun beragam, mulai hanya pingin punya handphone baru, ingin punya baju baru, ingin bisa ke tempat-tempat wisata, bisa bepersiar kemana saja, maupun ingin bisa beli ini itu dan lain-lain. Rupanya alasan mereka lebih pada Hedonisme.
Dunia saat ini, telah dikuasai Hedonisme. Kita tidak menafikkan ini. Hedonisme sendiri merupakan pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. www.id.m.wikipedia.org. Dalam pandangan Hedonisme, tujuan tertinggi mereka adalah kenikmatan jasadiah. Selama mereka merasa bahagia, mereka akan lakukan apa saja untuk mendapatnya. Tanpa mengenal apakah itu cara yang baik atau tidak.
Hedonisme muncul karena arah pandang salah terkait pemaknaan hidup. Orang-orang Barat memandang hidup itu untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan untuk mendapatkan materi.
Mereka menganggap bahwa pengaturan kehidupan menjadi hak bagi masing-masing individu. Sehingga disinilah muncul sikap serba boleh. Selama tidak mengganggu hak orang lain ya akan dilakukan. Dalam Islam, hidup dimaknai sebagai penghambaan. Melakukan aktifitas sesuai aturan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Munculnya sya’riat Islam menjadikan umat Islam, lebih terarah dalam kehidupannya. Karena Islam memandang dari mana manusia diciptakan tidak lain dari Allah Swt. Untuk apa manusia didunia, untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sekalipun ada area dimana manusia diberi pilihan, mau melaksanakan perintah atau meninggalkan perintah. Dengan mendapatkan konsekuensi atas pilihan tersebut. Nah, sering kali hal yang sangat mendasar inilah yang tidak dipegang oleh kebanyakan manusia. Sehingga dia melakukan aktifitasnya tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan.
Lebih parah lagi, pandangan benar ini tidak didukung oleh negara. Negara malah memfasilitasi ide Hedonisme. Taruhlah dengan tayangan-tayangan yang mempertontonkan kenikmatan duniawi, negara seolah membiarkan tanpa sedikitpun ada saringan. Negara pun seolah tak mau tau, mengambil ide-ide sekuler yang memisahkan antara kehidupan dengan agama. Pelajaran agama di sekolah hanya diberi porsi 2 jam pelajaran ditiap minggunya.
Bahkan negara seolah tak mau tau bagaimana cara menyaring tayangan-tayangan yang mengancam generasi yang akan datang, negara abai. Pembangunan karakter yang didengang-dengungkan pun minim arah pandang kehidupan. Sehingga karakter yang muncul pun mudah terseok-seok. Oleh karena itu genderang perubahan pun haruslah segera ditabuh, tidak dibiarkan dalam perubahannya sendiri.
Sudah saatnya kembali pada fitrah penciptaan, tidak hanya diranah individu namun sampai ranah negara. Karena Islam itu rahmatan Lil ‘alamin, pasti akan kita dapatkan negeri yang baldarun thoyyibun wa robbun ghofur. Aamiin. [GF]