“Sekarang terdapat kira-kira 75% Pejabat Ditjen Perdagangan Luar Negeri tidak memahami Filosofis kebijakan Ekspor dan Impor. Sehingga kondisi ini mengakibatkan Neraca Perdagangan terus defisit dan terjun bebas dari tahun ke tahun. Seperti pejabat di lingkungan Direktorat Impor yang menangani impor barang modal, bahan baku dan bahan peno,”
Oleh: Muslim Arbi, Industri dan Perdagangan Watch (INDAG WATCH)
Jakarta – Lapan6Online : Dunia Usaha menjadi resah dengan pelayanan Ditjen Daglu (Impor dan Eskpor) Kemendag yang tidak profesional. Ini Refleksi saat Peringatan Tritura ke 53 pada 10 Januari kemarin di Balai Kartini seraya membedah Buku Biographi Bang Dr Abdul Gafur salah satu Tokoh Tritura bersama sejumlah Tokoh Nasional lainnya. Seperti: Bang Cosmas Batubara, Bang Akbar Tanjung, Theo Sambuaga, Agung Laksono, Harmoko, Prof Subroto dll.
Menurut pengamatan penulis; Kinerja Kementrian Perdagangan (Kemendag) akan semakin merosot apabila Menteri Perdagangan Enggartisto Lukito masih saja terus mempertahankan para pejabat yang bekerja asal bapak senang.
Sudah tidak relevan dengan tuntutan zaman minelia lagi. Para pejabat harus memahami Substansi pekerjaan yang ada dalam Organisasinya, serta dinamika perdagangan Internasional yang dinamis dan ber ubah2 setiap saat. Hal ini juga terkait dengan tugas dan fungsi para atase perdagangan dan ITC (International Trade Consul).
Dan terlihat seperti rekrutment para pejabat yang terjebak dengan pola2 KKN. Dan di pandang kemendag melakukan mutasi yang tidak berdasar pada profesionalisme. Dengan dasar ABS (Asal Bapak Senang) terhadap atasan.
Hal-hal seperti disebutkan di atas itu akan sangat membahayakan masa depan Kementerian dan Pelayanan publik di Kemendag.
Hal yang mendesak sekarang terdapat kira-kira 75% Pejabat Ditjen Perdagangan Luar Negeri tidak memahami Filosofis kebijakan Ekspor dan Impor. Sehingga kondisi ini mengakibatkan Neraca Perdagangan terus defisit dan terjun bebas dari tahun ke tahun. Seperti pejabat di lingkungan Direktorat Impor yang menangani impor barang modal, bahan baku dan bahan penolong.
Di saat para pengusaha mencari informasi tentang hal itu; selalu menjawab tidak bisa, sementara di sisi lain dunia usaha ingin memperoleh kepastian atas impor bahan baku untuk kebutuhan industri Dalam Negeri, mengingat sebagaian besar industri nasional kita sangat tergantung pada bahan baku impor seperti; Besi, Baja, TPT, elektronik, mamin (makanan dan minuman) semua nya ini tidak dapat di jelaskan dengan baik oleh pejabat impor maupun ekspor. Malah yang terjadi adalah muncul arogansi dengan gaya ambtenar untuk di layani dunia usaha. seperti yang terjadi pada Kasi Impor Besi dan Baja.
Oleh karena nya hemat penulis; pejabat yang seperti itu segera di copot dan di ganti dengan pejabat yang lebih lebih profesional dan ramah dengan dunia usaha.
Menangani soal importasi besi dan baja harus hati-hati dalam pengaturannya, karena Industri baja Nasional kita sedang terpuruk akibat membanjirnya impor baja sejenis dari Tiongkok ke Indonesia.
Untuk menjaga ketahanan industri Baja Nasional kita maka pejabat yang di tempat kan pada Direktorat Impor harus memiliki SDM plus, tidak dari unit non operasional, apalagi dari Irjen, litbang, KPI, Sekjen. Penempatan seperti itu adalah Visi dan Misi Kemendag yang salah dan hanya membentuk kelompok2 kepentingan di perdagangan dan ini akan sangat membahayakan proses kaderisasi di Kemendag.
Menteri dan Sekjen tidak lama lagi akan tinggalkan Kemendag. Dari informasi kepegawaian Sekjen Kemendag per 1 juli 2019 pensiun; oktober 2019 Menteri juga akan tinggalkan Perdangan, juga menyusul Ibu Irjen.
Maka hendaklah lakukan pembenahan di kementrian perdagangan sebagai mana yang pernah terjadi pada era Sekjen Perdagangan Muchtar (Alm) yang meninggal jejak yang patut di teladani dan di jadikan pelajaran.
Tinggalkan kepentingan pribadi dan kedepankan kepentingan Nasional karena negeri ini yang di dalamnya Kemendag milik Bangsa Indonesia bukan milik orang per orang. Lakukan lah pembenahan untuk di kenang jangan sampai pensiun dengan neraca perdagangan NEGATIP. ****