“Prabowo yang saat itu menjadi Panglima Kostrad berusaha menjaga Jakarta yang kondisinya sudah sangat genting. Kivlan mengungkapkan, dalam kasus kerusuhan Mei 1998, ada sekelompok orang yang merencanakan kerusuhan di suatu daerah. Ketika itu, Presiden Soeharto sedang menunaikan ibadah haji,”
Lapan6Online : Debat perdana capres yang digelar 17 Januari 2019 lalu mengundang konflik baru. Pasalnya Jokowi sebagai capres Nomer 01 membidik Prabowo sebagai orang yang harus bertanggungjawab atas kerusuhan Nasional tahun 1998. Jokowi menyudutkan Prabowo sebagai orang yang harus bertanggungjawab dalam kejadian 98.
Memang dunia mencatat bahwa bulan Mei 1998 menjadi periode hitam bangsa Indonesia. Masa itu telah menjadi catatan sejarah kelam dengan merebaknya kerusuhan di ibu kota dan sejumlah daerah, berikut juga adanya pemerkosaan massal terhadap warga etnis Tionghoa.
Tahun itu pula yang menandakan selesainya kekuasaan orde baru presiden Soeharto, hingga dirinya menyatakan berhenti pada tanggal 21 Mei 1998..
Seperti dilansir dari suara.com, kerusuhan tersebut, diduga sengaja dibuat oleh rezim saat itu untuk mendiskreditkan gerakan rakyat yang semakin banyak menentang dan mendesaknya untuk mundur.
Namun, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) putra bungsu Soeharto menilai kerusuhan Mei 1998 tersebut mungkin direkayasa justru untuk menginginkan sang ayah lengser dari kekuasaan.
“Ini seperti sebuah film, di mana sutradara telah membuat skenario segalanya, tetapi mereka yang di lapangan hanya aktor. Jadi kita tidak bisa melihat siapa yang ada di belakangnya,” katanya saat diwawancarai Al Jazeera, Sabtu (19/5/2018).
Dalam sesi wawancara itu, jurnalis Al Jazeera juga sempat mengonfirmasi apakah Prabowo Subianto yang kala itu menjadi Panglima Konstad, berada di balik kerusuhan tersebut.
Namun, Tommy secara tegas menyanggah hal tersebut. ”Ya itu, bagian dari skenario… tapi saya kira bukan. Dia (Prabowo.red) tidak mempunyai kemampuan untuk itu,” tandasnya.
Pembusukan Prabowo terus digencarkan Jokowi sebagai orang yang harus bertanggungjawab dalam tragedi 98, bahkan demi sebuah kemenangan politiknya, Jokowi menelanjangi lawan debatnya yang digelar di Hotel Bidakara Jakarta Selatan, 17 Januari 2019 lalu.
Sementara, Kivlan Zen, meminta publik untuk tidak menghakimi Prabowo atas kasus kerusuhan Mei 1998. Dia menegaskan bahwa Prabowo tidak terlibat dalam peristiwa berdarah itu. Kivlan justru menuding oknum di kubu Jokowi lah yang merupakan dalang kerusuhan itu.
Seperti dilansir dari vivanews “Kalau mereka menuduh Pak Prabowo, saya akan bongkar di depan panel bahwa kelompok sana (kubu Jokowi.red) yang membuat kerusuhan, penembakan bulan Mei 1998, bukan Prabowo,” ujar Kivlan seusai diskusi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Rabu (18/6/2014).
Kivlan mengungkapkan, dalam kasus kerusuhan Mei 1998, ada sekelompok orang yang merencanakan kerusuhan di suatu daerah. Ketika itu, Presiden Soeharto sedang menunaikan ibadah haji.
“Mereka melakukan itu (kerusuhan) dan mengendalikannya dari Bogor dengan telepon. Kalau saya buka ini akan jadi aib bangsa,” ungkap mantan Kepala Staf Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) itu.
Tak hanya itu, Kivlan juga menuturkan, Prabowo yang saat itu menjadi Panglima Kostrad berusaha menjaga Jakarta yang kondisinya sudah sangat genting.
Kivlan mengungkapkan, dalam kasus kerusuhan Mei 1998, ada sekelompok orang yang merencanakan kerusuhan di suatu daerah. Ketika itu, Presiden Soeharto sedang menunaikan ibadah haji.
“Mereka melakukan itu (kerusuhan) dan mengendalikannya dari Bogor dengan telepon. Kalau saya buka ini akan jadi aib bangsa,” ungkap mantan Kepala Staf Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) itu.
“Kita kerahkan pasukan, dan dalam waktu dekat, berhenti terjadi pembakaran. Kalau tidak ada Prabowo, Jakarta sudah hancur,” tukas Kivlan.
Kivlan lalu menampilkan foto seorang pria yang disebutnya sebagai Pam Swakarsa yang tewas tergeletak dengan bagian kepala hancur. Ketika itu, pria malang tersebut dikerumuni sekelompok orang yang tersenyum dan tertawa melihat ke arah jasad itu. Foto lainnya yang ditunjukkan Kivlan adalah sekelompok demonstran yang membawa spanduk bertuliskan KPM (Komite Pendukung Megawati).
“Saya akan buktikan siapa sebenarnya yang buat kekacauan di Jakarta. Saksinya juga ada,” imbuhnya. Fitnahan dan gunjingan yang terus memborbadir Prabowo bangunkan puluhan mantan Kopassus, mereka ditahun 2014 mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo.
Perwakilan mantan Kopassus, Kolonel (Purn) TNI Ruby menegaskan bahwa purnawirawan Kopassus tidak mau dipecah belah. “Mantan baret merah seluruh Indonesia pilih Prabowo, itu adalah harga mati,” kata Ruby di kantor Djoko Santoso Center, Jakarta.
Menurutnya, mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto merupakan pihak yang paling bertanggung jawab pada peristiwa Mei 1998. “Beliau memerintahkan untuk membumihanguskan Jakarta dan Timor Timur. Kami adalah saksi hidup,” ungkap dia.
Oleh sebab itu, Ruby merasa heran dengan pernyataan Wiranto yang menyebutkan bahwa Prabowo dipecat karena terlibat kasus penculikan. Apalagi Prabowo dipensiunkan oleh Presiden BJ Habibie kala itu. “Apa yang diucapkan Wiranto itu salah. Sudah tidak benar. Yang membumihanguskan 1998 itu atas perintah Wiranto,” jelasnya. Red/Tim