“Saat kekuasaan menjadi tujuan hidup, gambaran kebenaran itu telah menjadi kejahatan yang harus dilabrak dan dihanguskan, sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi bid’ah yang harus dikubur dan dimumikan. Tauhid menjadi lambang kesyirikan yang harus ditumbangkan dengan segala cara,”
Oleh : Vega Rahmatika Fahra
Lapan6Online : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاء, “Ulama adalah pewaris para nabi. (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu),
Dulu, di saat Islam dan ilmu agama menguasai peradaban manusia dan ulama terbaik umat memandu perjalanan hidup umat, para pelaku kesesatan dan kebatilan seolah-olah tersembunyi di balik batu yang berada di puncak gunung dalam suasana malam yang gelap gulita
Namun ketika para penjahat agama tersebut melihat peluang, mereka pun dengan sigap memanfaatkan peluang tersebut, turun dari tempat “pertapaan” mereka dan menampilkan diri seakan-akan mereka adalah para “penasihat yang terpercaya”.
Di masa-masa sekarang ini, saat kekuasaan menjadi tujuan hidup, gambaran kebenaran itu telah menjadi kejahatan yang harus dilabrak dan dihanguskan, sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi bid’ah yang harus dikubur dan dimumikan. Tauhid menjadi lambang kesyirikan yang harus ditumbangkan dengan segala cara.
Situasi dan kondisi kini telah berubah. Ulama dijadikan boneka politik, dengan alasan Elektabilitas yang tak waras, ulama dipersekusi habis-habisan
Para pengikut kebenaran menjadi asing di tengah-tengah kaum muslimin. Kebatilan menjadi Al-Haq dan Al-Haq menjadi batil, berikut terasingnya orang yang bertauhid dan mengikuti sunnah.
Di sinilah letak ‘kehebatan’ para penyesat dalam mengubah kebenaran hakikat agama, sehingga kaum muslimin menjalankan agama ini bagaikan robot yang berjalan membawa anggota badannya.
Bagi kaum muslimin, memuliakan ulama adalah kewajiban karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka bawa.
Kalau sudah tidak lagi mempercayai ulama, lalu kepada siapa kita akan percaya? Kalau kepercayaan kepada ulama telah menghilang, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka untuk menjelaskan hukum-hukum syariat? Maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan, huru hara dan muncul ulama-ulama yang sesat lagi menyesatkan. [GF]
*Penulis adalah mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, semester akhir.