“Situasi ekonomi dan politik nasional di rundung kondisi yang kurang menggairahkan. Karena satu hal adalah Petahana tidak mundur dari jabatannya sebagaimana amanat konstitusi. Sehingga situasi ekonomi dan politik ini di kondisikan seolah-olah normal. Padahal hampir semua pakar dan pengamat mengkritisi situasi yang ada,”
Oleh: Muslim Arbi, Koordinator Gerakan Perubahan (Garpu)
Lapan6Online : Sebenarnya apa yang di tulis oleh The Economist dan di lansir oleh CBCN Indonesia dan rilis yang di keluarkan oleh World Bank (WB) tentang kondisi perekonomian dan pembangunan infrastruktur pemerintah an Jokowi-Jk itu adalah Fakta dan bukan opini.
The Economist dan World Bank membuka mata publik Nasional maupun internasional soal kondisi perekonomian dan apa yang dilakukan oleh regim ini selama hampir lima tahun usia kekuasaan nya adalah benar adanya.
Apalagi yang di tulis oleh The Economist (25/1) itu setelah berkunjung sejumlah Duta Besar dari Uni Eropa ke kediaman Prabowo Subianto. Fakta dan kondisi perekonomian dan perpolitikan nasional mendorong mereka untuk lebih realistis. Sehingga kunjungan para Dubes itu bisa memberikan arah ke depan Indonesia setelah Pilpres 17 April mendatang.
Situasi ekonomi dan politik nasional di rundung kondisi yang kurang menggairahkan. Karena satu hal adalah Petahana tidak mundur dari jabatannya sebagaimana amanat konstitusi. Sehingga situasi ekonomi dan politik ini di kondisikan seolah-olah normal. Padahal hampir semua pakar dan pengamat mengkritisi situasi yang ada.
Kritikan pakar, pengamat dan aktivitas itu juga ternyata di rasakan sama oleh Media besar Dunia dan Lembaga keuangan internasional seperti di sebutkan di atas.
Oleh karena nya saat ini dan ke depan nya Bangsa ini sudah mengakhiri memili pemimpin negara dan pemerintahan dengan cara uji coba sepertinya dari 2014 – 2019 ini. Pilih Nahkoda Negeri secara tepat dan benar. Bukan Nahkoda yang sibuk memoles dan membuat citra diri nya moncer padahal itu cuma lipstik belaka.
Kepada Aparat pemerintahan baik di pusat maupun daerah,. Anda jangan gunakan kekuasaan dan kewenangan yang di miliki untuk kontestasi pilpres ini. Anda di catat dan di rekam oleh Sejarah Bangsa ini. Sebaik nya Anda netral saja. Sehingga jika terjadi peralihan dan perubahan kekuasaan, Anda tidak blunder.
Jadilah Abdi Bangsa dan Negara dan jangan Abdi penguasa.
Terima kasih kepada The Economist dan World Bank, meski catatan Anda berdua itu sudah di ujung usia regim ini dan cukup objeltif. Tapi itu sudsh di anggap lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Meski The Economist dalam tulisan nya itu terlihat, seperti nya masih berharap Joko Widodo manggung lagi; meski fakta dukungan untuk pasangan Prabowo Subianto – Sandi Aga Uno tak terelakkan lagi. Sudah saatnya Negeri ini dipimpin oleh bukan pemimpin boneka apalagi petugas partai. (Jayapura, 27 Januari 2019). ****