“Tercatat sebanyak 63% remaja Indonesia telah melakukan seks bebas, kejahatan yang dilakukan oleh remaja sangat mencengangkan, generasi kriminal, pecandu narkoba, seks bebas, aborsi, tawuran, individualistik dan hedonis nyata-nyata mewarnai pendidikan kita hari ini. Miris, sedih, pilu menghiasi perasaan kita saat menyaksikan berbagai fenomena yang menimpa dunia pendidikan dan generasi,”
Oleh : Nurindah
Lapan6Online : Dunia pendidikan tak henti menuai persoalan. Setelah viral video murid AA (15) yang menantang dan mencekik gurunya NK (30) di SMP PGRI Wringinanom Gresik beberapa pekan lalu dan juga kasus penganiayaan yang dilakukan oleh 4 siswa SMP Negeri 2 Galesong Selatan, Sulawesi Selatan beserta orang tuanya kepada pegawai honorer di sekolah tersebut yang menyebabkan luka di bagian kepala. Beberapa hari lalu publik kembali dihebohkan dengan kasus pelajar di SMK N 3 Yogyakarta yang sedang berperilaku tidak sopan kepada guru dengan mendorongnya. (tribunnews.com, Februari 2019).
Tentu hal ini bukan pertama kali terjadi, setiap waktu kasus seperti ini terus terulang dan bahkan meningkat. Masih teringat jelas awal tahun 2018 lalu kasus kematian guru Ahmad Budi, guru seni rupa SMA 1 Torjun, Sumenep yang dipukul oleh muridnya sendiri hingga menyebabkan tulang leher patah dan meninggal. (tribunnews.com, Februari 2018)
Hal di atas menggambarkan bahwa seorang murid tidak punya rasa hormat dan sopan santun kepada seseorang yang telah memberikan ilmu padanya. Kasus seperti ini seperti suguhan rutin tiap saat dalam dunia pendidikan..
Bukan hanya perihal ketidak-sopanan terhadap guru yang membuat potret pendidikan indonesia semakin buram, Komisi Perlindungan Anak (KPAI) mencatat dari 87 juta populasi anak indonesia, sebanyak 5,9 juta tercatat sebagai pecandu narkoba. (okezone.com, Mei 2018).
Angka seks bebas juga menjadi hal yang memperihatinkan. Tercatat sebanyak 63% remaja Indonesia telah melakukan seks bebas (kompasiana.com, desember 2014), angka kejahatan yang dilakukan oleh remaja sangat mencengangkan, generasi kriminal, pecandu narkoba, seks bebas, aborsi, tawuran, individualistik dan hedonis nyata-nyata mewarnai pendidikan kita hari ini. Miris, sedih, pilu menghiasi perasaan kita saat menyaksikan berbagai fenomena yang menimpa dunia pendidikan dan generasi.
Padahal dalam pendidikan Indonesia, tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 adalah menjadikan murid mendapatkan keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri dan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan , akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan pendidikan Indonesia nampaknya sangat bagus, namun realita yang terjadi adalah sebaliknya. fakta yang ada justru jauh dari nilai-nilai akhlaq mulia. Alih-alih mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, mempunya rasa hormat dan sopan santun terhadap guru yang telah memberikan ilmu saja sangatlah kurang.
Mengapa Bisa Terjadi?
Masalah pendidikan Indonesia semakin hari semakin besar, sehingga sangat perlu bagi kita untuk mengurai masalah, sebagai wujud kepedulian kita kepada generasi di negeri ini. Melihat potret buram pendidikan di negeri ini tentunya siapapun tidak ingin hal ini terus terjadi. Karena pendidikan adalah bagian penting bagi kelangsungan hidup negara. Kualitas suatu negara sangat tercermin pada kualitas generasinya. Dan kualitas generasi sangat berhubungan erat dengan mutu pendidikannya. Jika pendidikannya berkualitas, tentu akan menghasilkan generasi yang berkualitas pula.
Perihal kasus penganiayaan yang terjadi di SMP PGRI Wringinanom Gresik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pun angkat bicara. Beliau berbicara bahwa dunia pendidikan harus berbenah, guru harus intropeksi supaya bisa tampil berwibawa dan tegas sehingga disegani oleh siswanya. Namun, apakah hanya sebatas itu saja akar persoalannya?
Berbagai persoalan melanda pendidikan indonesia, Berbagai upayapun sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah menghadapai permasalahan pendidikan yang tak kunjung usai ini, mulai dari berulang kalinya pergantian kurikulum, diberlakukannya Penguatan Pendidikan Karakter pada Perpres No.87 Tahun 2017, sistem zonasi sekolah yang diberlakukan mulai tahun 2018 lalu. Namun, permasalahan di dunia pendidikan tetap saja terjadi, dan malah semakin meningkat.
Tentu, jika ingin mensolusi sebuah permasalahan kualitas pendidikan tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di negeri ini. Negeri ini menganut sistem sekuler – kapitalisme, otomatis sub sistem didalamnya pun bercorak sekuler-kapitalisme, mulai dari sistem ekonomi, sosial, kesehatan, dan termasuk sistem pendidikan yang diterapkan di negeri ini.
Sistem kapitalisme yang berlandaskan pada pemisahan agama dari kehidupan menyebabkan pelajaran gama di sekolah, hanya sekedar ilmu, bukan untuk dipedomani. Pendidikan dalam kapitalisme tidak ditujukan untuk membentuk akhlaq mulia, pendidikan justru dijadikan sebagai penopang mesin kapitalisme dengan tujuan menyediakan tenaga kerja dan memiliki keahlian saja. Akibatnya kurikulum yang diajarkan hanya fokus pada penekanan pengetahuan dan keahlian namun kosong dari nilai-nilai keagamaan yang pada akhirnya pendidikan hanya menghasilkan generasi yang mempunyai moral buruk.
Solusi Tuntas
Islam adalah agama sempurna dan paripurna. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, baik sistem ekonomi, sosial, kesehatan, dan termasuk pendidikan di dalamnya. Pendidikan dalam islam menempati posisi yang sangat penting. Seperti firman Allah :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S Al Mujadilah : 11)
Pendidikan dalam islam merupakan hajat asasiyah (kebutuhan dasar) yang harus dijamin ketersediaan dan kualitasnya oleh negara,
“Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat, ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Sistem pendidikan islam menjadikan aqidah islam sebagai landasannya. Tujuan pendidikan dalam islam adalah membangun kepribadian islam pada generasi muslim dengan membangun pola pikir dan pola sikap, mempersiapkan generasi muslim untuk menjadi ulama-ulama yang ahli baik ilmu-ilmu keislaman (ijtihad, fiqih, peradilan, dll) maupun ilmu-ilmu terapan (teknik, kimia, fisika, kedokteran, dll)
Output anak didik yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia akan menjadi hal yang ditanamkan pada proses pendidikan. Pendidikan islam akan senantiasa ditanamkan kepada generasi bahwa tujuan hidup hanya untuk beribadah kepada Allah dan halal haram akan senantiasa ditanamkan sebagai standard dalam berbuat. Maka setiap anak didik pasti akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga aktifitas yang dilakukanpun sesuai dengan syariat islam. Mereka akan berfikir berulang kali untuk melakukan aktifitas yang melanggar syariat, semisal seks bebas, aborsi, narkoba, tawuran, melakukan tindakan kriminal kepada teman atau kepada gurunya. Maka dengan sistem pendidikan islam akan menjadikan generasi bertaqwa dan berakhlaq mulia, serta membawa manfaat bagi kehidupan manusia.
Sistem pendidikan islam pun hanya akan terwujud jika sistem di negeri ini berlandaskan islam. Di mana sudah terbukti, islam sebagai peradaban agung yang dibangun oleh Rasulullah selama 13 abad lamanya, telah mampu mengubah generasi yang bodoh menjadi generasi unggul dan mampu menjadi penerang serta pelopor kemajuan sains dan teknologi untuk kemajuan dunia. Peradaban agung dan mulia dengan sistem pendidikan yang mampu melahirkan ulama-ulama dan ilmuan luar biasa, seperti Ibnu Sina, Ar Razi, Al Khawarizmi, imam syafi’i, Ibnu Al Haitsam dan masih banyak ilmuan-ilmuan muslim lainnya, yang keilmuannya menjadi rujukan bagi sains dan teknologi dijaman modern ini.
Maka, tidak ada solusi lain untuk memutus rantai permasalahan pendidikan dan generasi kecuali dengan menerapkan kembali islam sebagai sistem kehidupan yang mampu mencetak generasi yang faqih fiddin dan menjadi ilmuan-ilmuan yang berguna untuk kehidupan manusia.
“Dan Hendaknya kamu memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah….” (Q.S Al Maaidah : 49)
“Hai Orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruham, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu “(Q.S Al Baqarah : 208). (GF)
*Penulis adalah praktisi kesehatan, Jember