Oleh: Hugeng Widodo, (*)
Jakarta, Lapan6Online.com – Akar musik Punk dimulai dari band paling populer yakni Sex Pistols yang mengaransemen musik dalam 3 jurus dan memangkas peranan lead guitar dalam lagu. Sex Pistols juga dikenal sebagai band Punk Rock yang muncul dengan abstraktifnya sendiri, Punk Rock berhasil menggeser dominasi Beatles, Rolling Stones, Deep Purple, Led Zeppelin hingga Iron Meiden yang kemudian berubah tidak saja menjadi sebuah revolusi musik, namun juga merevolusi gaya hidup feodalistik yang berperan bagi remaja di masa itu; Terutama di Inggris, yang dikenal sangat konservatif, menuju era baru gaya hidup modern pada “Anti Kemapanan”.
“Punk adalah anti kemapanan,” jelas Punkers sejati. Jika mereka sukses dan kaya, bagi para Punkers sejati, mereka tak bisa dianggap “Punkers”.
Tetapi yang menjadi sorotan, gaya hidup anti kemapanan itu melahirkan sejumlah masalah krusial seperti mabuk, seks bebas, dan obat bius memadu kehidupan dalam ritme beat-beat yang cepat, kasar, menyentak, penuh kemarahan, sensasional, meski tetap dengan harmonisasi yang membuat para pendengar Punk terus setia dengan aliran musik ini.
Era Sex Pistols menyusut dengan munculnya istilah Hardcore dan Grindcore, warna-warna Sex Pistol digantikan dengan hingar bingar Exploited, Chaos Uk, Dead Kennedys, hingga Napalm Death dan beragam band lainnya, menyentuh pada Nirvana dan Green Day di era menjelang milenium.
Band-band bawah tanah yang semula bergerilya dari panggung-panggung sempit di Bar atau Cafe ala Barat, kemudian menjelma menjadi raksasa-raksasa musik dunia. Namun, sebagai komunitas informal yang dasarnya anti kemapaman, maka bagi band yang sukses, justru kerap dibuang dari komunitas mereka.
Seperti halnya Nirvana dan Green Day, kesuksesan mereka merangkak ke panggung dunia justru melahirkan tanda dan cap pengkhianat atas independensi kemakmuran yang mereka peroleh. Cap itu diinisiasi oleh para penggemar musik Punk yang sejatinya enggan dengan kemakmuran dan kekayaan.
Kendati demikian, Nirvana dan Green Day sukses mempengaruhi para musisi-musisi muda untuk mengolah ritme dan beat mereka ke dalam corak lagu gubahannya. Seperti halnya Metallica, Megadeth dan Iron Meiden, Nirvana dan Green Day menginisiasi ritme Punk dengan gayanya sendiri.
Pengamat musik dunia menyebut Nirvana yang dasarnya Punk Rock menjadi aliran baru bernama “Grunge”. Istilah itu tanpa disadari turut merevolusi para musisi muda saat menggubah aransemen di karya-karya mereka dengan inovasi-inovasi yang lebih beragam.
Meski begitu, anggapan itu juga banyak ditentang para Kritikus lainnya, menurut penentang, istilah “Grunge” lebih diberikan kepada musik yang lahir dan tumbuh di kota Seatle dengan turunan warna punk berbalut sound metal yang keras, seperti yang diusung 4 band punggawa Grunge, yakni Nirvana, Pearl Jam, Soundgarden dan Alice in Chains. Keempatnya lahir di Seatle dan di mulai dari panggung arus bawah.
Sementara Green Day yang lahir di industri musik Amerika yang lebih muda ketimbang Nirvana, kemudian dijuluki sebagai Pop Punk dengan ritme yang lebih Soft. Sebagai contoh, Green Day yang sukses dalam album “Dookie” dengan lagu “Wellcome to Paradise” pada tahun 1994, banyak menginspirasi musikus muda di dunia.
Mengutip Backstagewhisp, Green Day banyak dikritik dan dianggap sell out karena kesuksesan album Dookie secara komersial.
“Namun rasanya kita tidak bisa menolak bahwa Green Day adalah band yang mulai meletakkan fondasi dasar dari musik pop punk yang mulai ramai berkembang di akhir 90an sampai awal 2000an.” tulis backstagewhisp.com dalam rilisnya.
Ada banyak band yang memainkan musik punk dan turunannya saat ini telah mengambil pengaruh dari Green Day. Melodi gitar yang cepat, vokal melodius, dan chorus yang cukup enak untuk dinyanyikan bersama-sama.
Hal itulah yang membuat nama Green Day meroket dan sukses secara komersial. Bisa dibilang, Green Day baru membuka pintu terhadap musik pop punk untuk lebih dilirik melalui lagu ini, dan sukses ini cukup banyak melahirkan band-band punk rock lainnya di dunia.
Meski begitu, bagi para Punk Sejati, Nirvana dan Green Day dengan kesuksesannya dianggap telah mengkhianati mereka yang tetap berpegang pada “Anti Kemapanan”.
Nirvana sendiri, melalui Kurt Cobain terus merasa bersalah dan mengakhiri hidup dengan menembak dirinya sendiri dengan pistol di tangan. Penyesalan Kurt pada “Anti Kemapanan” turut menjadi pemicu keguncangan jiwanya. Demikian juga dengan Vokalis Soundgarden “Chris Cornel” yang mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Tragis.. Diantara sukses dan antikemapanan ada celah besar pengakhiran hidup yang Ironis dan tentu saja “Miris” di tengah hingar bingar musik mereka yang menginspirasi. (*)
*Penulis adalah Eks Pemimpin Redaksi Berita360.com