“Masyarakat Indonesia yang beraneka-ragam budaya dan adat istiadatnya harus secara masif menonjolkan kearifan-kearifan budaya lokal dengan adat istiadatnya masing-masing budaya dan adat istiadat yang beraneka-ragam tersebut,”
Jakarta, Lapan6Online : Ikatan Alumni Presiden Mahasiswa Indonesia (IKA PRESMA INDONESIA,red) gelar dialog publik dengan mengangkat tema “Menangkal Masuknya Paham Radikalisme ke Dalam Perguruan Tinggi” acara diskusi digelar di Hotel Ibis Tjikini, Jakarta Pusat, pada Senin (12/8/2019).
Dalam diskusi ini seogiyanya menyimpulkan bahwa, Mahasiswa tidak dapat berjalan sendiri untuk menangkal masuknya paham radikalisme kedalam Perguruan Tinggi, perlu kerjasama dengan Pemerintah beserta hajaran terkait dan perlu juga dukungan masyarakat Indonesia.
Seperti yang dijelaskan juga oleh Ade Reza selaku Akademisi/pengamat sosial mengatakan, bahwa perihal kerjasama dengan Pemerintah beserta jajaran terkait sangat diperlukan untuk berbagi informasi tentang sesuatu paham radikalisme yang sudah terlihat sejak awal agar bisa diantisipasi sedini mungkin.
“Masyarakat Indonesia yang beraneka-ragam budaya dan adat istiadatnya harus secara masif menonjolkan kearifan-kearifan budaya lokal dengan adat istiadatnya masing-masing budaya dan adat istiadat yang beraneka-ragam tersebut,” ujarnya memaparkan saat diskusi berlangsung di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, (12/8/2019).
Pernyataan Ade Reza tersebut pun didukung dan dibenarkan oleh Rezky Tuanany, sang Direktur Caukus Cendikiawan Muda saat diskusi berlangsung, “Karena hal ini adalah salah satu modal dasar untuk menjunjung tinggi toleransi keberagaman kehidupan masyarakat Indonesia yang harmonis, ujarnya.
Senada akan hal tersebut, Abd. Rorano, sebagai direktur lembaga konsultasi bantuan hukum himpunan mahasiswa Islam (LKBHMI), menerangkan bahwa hal ini tergolong sebagai catatan terakhir bahwa intolerisme mempunyai potensi melahirkan radikalisme dan radikalisme yang mempunyai potensi melahirkan terorisme.
Sementara itu hadir juga pembicara dari Penggiat anti radikalisme, Haidar Alwi yang juga penanggung jawab ARJ(Aliansi Relawan Jokowi) dan Ia pun menegaskan seperti yang disampaikan presiden Joko Widodo(Jokowi) juga, bahwa, yang anti Pancasila akan dikejar sampai kemanapun dan harus hilang dari bumi Indonesia.
“Hal Radikalisme ini semua sudah mulai kelihatan, terpapar juga di kampus-kampus. Dan kita melihat bukan hanya rektor-rektor, namun Dosen-dosenpun juga sudah banyak yang terpapar radikalisme di kampus-kampus,” ujar Haidar saat diwawancarai para awak media.
Untuk itu, Diapun sangat mengapresiasi kegiatan yang digelar panitia seminar dialog publik ini yang mendominasi dihadiri dari para kalangan akademisi dan mahasiswa.
“Mahasiswa yang menurut saya sangat luar biasa sekali peduli pada Negara ini, panitianya juga luar biasa perduli terhadap Negara, sehingga seminar-seminar seperti ini harus lebih sering digiatkan dalam rangka menyongsong dan menyambut Pidato dari Pak Jokowi yang terakhir lalu waktu dalam acara yang baru-baru ini saja yang dinyatakan juga oleh bapak Presiden bahwa yang anti Pancasila akan dikejar sampai kemanapun dan harus hilang dari bumi Indonesia,” pungkas Haidar.
Berdasarkan pantauan, dialog publik ini diisi oleh pembicara diantaranya, Dr. Ade Reza, Akademisi/pengamat, Rezky Tuanany, Direktur Caukus Cendikiawan Muda, Haidar Alwi Penggiat anti radikalisme yang juga penanggung jawab ARJ dan Abd.Rorano,SH,MH, direktur lembaga konsultasi bantuan hukum himpunan mahasiswa Islam dan tampak juga Haidar Alwi diberikan penghargaan dari ketua IKA Presma oleh Ismail Marasabessy. (Bart/Red)