Penulis: Zeng Wei Jian, Pengamat Politik dan Aktivis Tionghoa, (*)
Lapan6online.com – Jokowi dan Pa Prabowo adopsi philosophy Mahatma Gandhi; “Whenever you are confronted with an opponent. Conquer him with love.”
Syahdan, ada Poros III Free-riders dan provokator yang ngga suka. Mereka caci-maki Prabowo dan hina-hina Jokowi. Massa dungu mengekor di belakang Rocky Gerung dan PKS. Nyaring dengan segala macam bully.
Kesalahan berawal dari paradigma fundamental soal pilpres. Alih-alih sebagai “kompetisi”, Bagi mereka, pilpres adalah sebuah perang beneran. Perjuangan. Bunuh-bunuhan. Pijakannya; politics-of-hatred.
Para provokator itu; They set people against each other in a zero-sum game.
Semasa kampanye, mereka pura-pura “Bela Prabowo”, defined by common enemies i.g. Mr Jokowi.
Prabowo’s camp dan haters beda pandangan pasca pilpres. Oposisi or masuk pemerintahan. Kontras. Oposisi berdasarkan permanent hatred.
Perspektif Orang baik melihat dunia sebagai “peace, trade, and progress for everyone”. Artinya; “a world without the distinction of friend and enemy and hence a world without politics.”
Bagi Penumpang Gelap; semua ini hanyalah “about struggle, destruction, victory, and rule”.
Mereka produksi friend-enemy grouping. Just like Karl Marx dan Carl Schmitt. Lagu mereka menandakan diri sebagai “high priest of a death cult”.
Di Era hyper-politicized, para provokator itu memberi landasan kepada massa dungu, discovering new excuses to hate on others.
Mereka rilis blood-sport of demonizing people based on SARA, Anti Cina, Anti Kafir dan halusinasi lainnya.
Provokator dari Ex Kubu Jokowi menuding Pa Prabowo dengan serangan kosong. Inas Nasrullah dari Hanura mempertanyakan motive Pa Prabowo. Penuh curiga. Padahal cuma karena takut tersingkir Poros Mega-Pro Jokowi.
Selain penjelasan di atas, Satu-satunya alasan yang sebenarnya adalah Pa Prabowo adalah patriot. Gerindra adalah partai para patriot berkumpul. Dia hanya ingin mengabdi kepada negara. Ngga cari kedudukan dan popularitas.
Pa Prabowo punya hubungan baik dengan Ibu Mega, Jokowi, Hendropriyono, Wiranto, Budi Gunawan, dan sebagainya.
Pa Prabowo itu ngga punya musuh. Kualitas terpuji. Franklin D. Roosevelt menyatakan, “I ask you to judge me by the enemies I have made.”
Tapi alas, percuma menjelaskan ini kepada Penumpang Gelap, Haters dan Massa Dungu. Seperti kata Elbert Hubbard, “Never explain―your friends do not need it and your enemies will not believe you anyway.”
THE END (*)