Washington, Lapan6online.com : Akademi Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa para taruna ateis atau yang keyakinannya selaras dengan ajaran Satanic Temple (Kuil Setan) sekarang akan dapat berkumpul dan mengadakan “satanic services” atau “layanan setan”. Kebijakan baru ini dalam upaya mendukung inklusi agama.
Pengumuman yang masuk kategori tak resmi itu muncul di Akademi Angkatan Laut AS (USNA) di Annapolis, Maryland, hampir sebulan. Namun, administrasi akademi kini telah memberi lampu hijau bagi pengikut Satanic Temple untuk berorganisasi di bawah Program Agama Komando USNA.
“Program Agama Komando USNA menyediakan latihan kepercayaan yang beragam. Pengaturan sedang dibuat untuk menyediakan tempat bagi para taruna dengan berkumpul sebagai tempat pendeta memfasilitasi kepercayaan semua anggota layanan, sebuah tanggung jawab yang diuraikan dengan instruksi Angkatan Laut,” kata juru bicara USNA Alana Garas dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Stars and Stripes, Sabtu (2/11/2019).
Namun para midshipmen (perwira junior) yang termasuk dalam komunitas Satanic Temple bertanya-tanya apa yang akan mereka diskusikan setelah Garas mengeluarkan pengumuman tentang kebijakan akademi.
“Para taruna memiliki hak untuk berkumpul untuk membahas kepercayaan mereka sesuai pilihan mereka,” kata Garas.
“Tetapi, untuk menjadi jelas, sesuai dengan kebijakan Departemen Pertahanan, anggota militer tidak akan terlibat dalam kegiatan politik partisan, dan akan menghindari kesimpulan bahwa kegiatan mereka menyiratkan persetujuan Departemen Pertahanan atau dukungan untuk tujuan politik,” ujarnya, yang dilansir Sputniknews.
Para pengikut Satanic Temple kemungkinan mendapati kebijakan ini sulit untuk dipatuhi, karena pendirian Satanic Temple lebih bersifat politis daripada religius.
Menurut sebuah wawancara tahun 2015 dengan New York Times, salah satu pendirinya, Malcolm Jerry, mengungkapkan bahwa konsepsi pertama kelompok itu sebagai tanggapan terhadap penciptaan George W. Bush tentang Kantor Inisiatif Berbasis Komunitas dan Inisiatif Komunitas Gedung Putih.
Lebih jauh, situs web Satanic Temple menyatakan misinya adalah untuk mendorong kebajikan dan empati di antara semua orang, menolak otoritas tirani, menganjurkan akal sehat praktis dan keadilan.
Menurut email pada Oktober yang dikeluarkan kepada para taruna, “layanan setan” ditawarkan bagi mereka yang mengikuti ajaran Satanic Temple. “semua orang dari latar belakang agama apa pun boleh hadir dan terlibat dalam pemikiran kritis dan diskusi tentang nilai-nilai Satanic (Temple) saat mereka berhubungan untuk hidup kita,” bunyi email tersebut.
Satanic Temple telah membuat pandangan mereka jelas melalui protes besar-besaran terhadap kelompok-kelompok anti-aborsi dan Gereja Baptis Westboro yang terkenal anti-LGBT. Dengan mengingat hal itu, anjuran bahwa para taruna USNA yang mengikuti ajaran Satanic Temple tidak dapat terlibat dalam kegiatan politik tertentu dapat “mengeruhkan air” dan menjadi titik perdebatan bagi akademi di masa depan.
Terlepas dari namanya, Satanic Temple sebenarnya tidak mendorong atau mengharuskan anggotanya untuk menyembah Setan. Faktanya situs web kelompok itu mencatat bahwa mereka menolak keberadaan Setan dan figur-figur supernatural serupa.
Garas mencatat bahwa program keagamaan akademi itu juga mencakup kelompok-kelompok untuk kepercayaan seperti Kristen Protestan, Islam, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, Buddhisme dan Yudaisme, serta Knights of Columbus.
Dia juga mengakui bahwa permintaan para taruna pada awalnya meminta kelompok belajar, bukan “layanan setan”.
(Sindonews/mas)