“Konflik yang terus terjadi di negeri muslim diakibatkan pemimpin Islam yang berkiblat ke Barat yang dengan mudah dikontrol bahkan menjadi boneka mereka yang menjalankan pemerintah di bawah perintah asing,”
Oleh : Yulia Hastuti, SE, M.Si
Lapan6Online : Meningkatnya konflik Amerika Serikat (AS)-Iran tak lepas dari perkembangan terakhir di Irak. Hubungan AS-Iran merupakan sekutu yang awalnya bertujuan menghancurkan Irak yang mengakibatkan terbunuhnya Saddam Hussein pada Invasi AS ke Irak di tahun 2003. Rakyat Irak pun terbelah menjadi kelompok Syiah dan Sunni.
Kurdi dan Syiah yang dahulunya tertindas berbalik menjadi kekuatan besar. Dalam upaya menggulingkan Saddam Husein, AS mendukung kelompok Kurdi sementara Iran melalui Garda Revolusi melatih para milisi Syiah Irak. Iran menyediakan wilayah perbatasan untuk dijadikan sebagai basis pendaratan pesawat tempur AS guna menyerang Irak.
Namun hubungan itu mulai memburuk ketika ribuan demostran menolak pengaruh Iran di Irak. Irak terbelah antara pendukung Iran dan Amerika. Posisi AS mulai terjepit, rezim Iran lebih dekat dengan Irak. Puncaknya 27 Desember 2019 puluhan rudal yang dilancarkan oleh kelompok milisi dukungan Iran menghantam pangkalan Irak di Kirkuk yang menewaskan puluhan tentara AS.
Dalam hitungan hari AS melancarkan serangan balasan yang diperintahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengakibatkan terbunuhnya perwira tinggi Angkatan bersenjata Iran, Jenderal Qassem Soleimani dan milisi Irak pro-Iran di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada 3 Januari lalu (cnnindonesia.com, 9/1/2020). Serangan terhadap Soleimeni menjadi pembuka persoalan baru di kawasan Timur Tengah.
Perseturuan AS dan Iran telah menambah daftar panjang pertumpahan darah di Timur Tengah sejak pertama dekade 20. Sebut saja konflik sipil Israel-Palestina dan Yaman-Suriah, konflik politik Irak-Kuwait dan konflik etnis Arab-Israel. Hal ini dikhawatirkan akan memicu peperangan besar di seluruh dunia.
Kematian Soleimani dianggap sebagai pukulan telak bagi Iran. Jurnalis The Washington Post Adam Taylor menuliskan sosok sang jenderal dalam artikel berjudul “Qasem Soleimani: Who was Iran’s powerful military leader?”
Terlepas dari perawakannya yang mungil dan tenang, Soleimani dianggap sebagai salah satu perwira militer cukup berpengaruh yang membentuk banyak milisi Syiah di Timur Tengah oleh AS dan sekutu.
Selaku pemimpin Garda Revolusi Iran yang memikul tanggung jawab atas operasi rahasia Iran di luar negeri, telah sukses memperluas jangkauan militer Iran ke Suriah dan Irak. (cnbcindonesia, 5/1/2020).
Semakin memanasnya AS-Iran agak mustahil mereka bersahabat untuk saat ini. Iran tidak bakal diam tetapi mereka juga harus menghitung kemampuan tempur dibandingkan AS.
Pembalasan Iran juga tidak selalu berupa fisik namun perang dunia maya juga menjadi ancaman bagi AS. Sementara itu Trump sampai saat ini disibukkan dengan urusan permakzulan dan menyongsong pemilihan presiden.
Memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran menduduki daftar trending topic dunia yang diisi oleh “WWIII” dan “World War III” yang memantik kekhawatiran perang dunia ketiga akan segera meletus. Di balik ini tidak terlepas dari agenda rahasia AS sejak zaman dulu. Mereka memiliki keinginan besar untuk menguasai dunia atau New World Order.
Sebagai awal permulaan negara-negara Timur Tengah menjadi target mereka. Serangan terhadap Iran seolah sengaja diciptakan Trump untuk menunjukkan kedigdayaan Amerika atas kekuatan militer ekonominya di dunia atas China dan Rusia. Seperti yang kita tau China menjadi musuh dalam perang dagang dengan Amerika.
Konflik yang terus terjadi di negeri muslim diakibatkan pemimpin Islam yang berkiblat ke Barat yang dengan mudah dikontrol bahkan menjadi boneka mereka yang menjalankan pemerintah di bawah perintah asing. Inilah yang melanggengkan cengkeraman Barat di dunia Islam.
Bahkan Iran juga bukan representasi Islam yang bertindak atas kepentingan Islam dan kaum muslimin. Iran terdeteksi pro Rusia, China dan Amerika yang akan dimanfaatkan oleh mereka berada di garda terdepan untuk turut andil membendung kembalinya kekuatan global Islam melalui berdirinya Daulah Khilafah.
Kelak, hanya dengan khilafah yang pernah menjadi digdaya dalam sejarah peradaban islam dulu, harapan umat untuk mampu memerangi imperiliasme demi menjaga perdamaian dunia dan melindungi kemuliaan setiap jiwa, darah dan kesucian kaum muslimin tanpa memandang latar belakang perbedaan.
“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3). GF
*Lapan6 Group