Tak Masuk DPP Golkar, Eks Pro-Bamsoet Protes

0
28
Konferensi Pers Eks Pro-Bamsoet Protes/Net
“Sungguh sangat disesalkan sebab AH (Airlangga Hartarto) dan rezim politiknya telah melakukan dusta politik dan atau kemunafikan politik, dengan hanya memasukkan empat orang dari hampir 100 orang tim inti pendukung Bamsoet dalam kompetisi pemilihan ketua umum pada Munas X,”

Jakarta, Lapan6Online : Kader Golkar eks pendukung Bambang Soesatyo (Bamsoet) memprotes kepemimpinan Ketum Golkar 2019-2024, Airlangga Hartarto. Rezim Airlangga Hartarto dinilai telah melakukan dusta politik karena hanya memasukkan 4 dari 100 orang eks pro-Bamsoet ke kepengurusan DPP.

“Sungguh sangat disesalkan sebab AH (Airlangga Hartarto) dan rezim politiknya telah melakukan dusta politik dan atau kemunafikan politik, dengan hanya memasukkan empat orang dari hampir 100 orang tim inti pendukung Bamsoet dalam kompetisi pemilihan ketua umum pada Munas X,” ujar jubir Tim 9 atau eks pro-Bamsoet, Viktus Murin, di Restoran Batik Kuring, Jakarta Selatan, Jumat (17/1/2020).

4 kader Pro-Bamsoet yang disebut masuk dalam kepengurusan Partai Golkar pimpinan Airlangga, yakni Nusron Wahid, Misbakhun, Robert Kardinal dan Junaidi Elvis.

Menurutnya, komposisi kepengurusan DPP Partai Golkar periode 2019-2024 tidak mencerminkan komitmen dan semangat rekonsiliasi. Viktus mengatakan Airlangga telah berjanji mengakomodir semua pendukung Bamsoet saat detik-detik sebelum pelaksanaan pembukaan acara Munas X pada tanggal 3 Desember 2019.

“Komitmen rekonsiliasi itu diantaranya adalah mengakomodir semua pendukung Bamsoet dalam kepengurusan DPP Partai Golkar. Inkonsistensi politik AH ini dengan demikian kami pandang telah mencemarkan kewibawaan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie dan citra Menko Luhut Binsar Pandjaitan,” ujar Viktus.

Viktus menilai rezim Airlangga merusak kebersamaan Golkar. Alasannya, kader-kader organisasi pendiri Golkar yakni SOKSI, Kosgoro dan MKGR dianggapnya tidak tergambar dalam kepengurusan Golkar 2019-2024.

“Keberadaan kader-kader dari SOKSI, Kosgoro dan MKGR tidak tergambar secara merata dan representatif dalam komposisi kepengurusan DPP.

Sebaliknya, terkesan kuat, rekrutmen kepengurusan hanya didasarkan pada sentimen perkoncoan dan atau kronisme di antara elite-elite rezim politik Airlangga,” kata Viktus.

Dia menyarankan Airlangga memulihkan situasi internal partai yang sedang bergejolak dan cenderung terbelah. Viktus mengingatkan para kader dan keluarga Golkar untuk berani mengkritisi ketidakberesan kepengurusan Golkar.

“Sungguh sangat disayangkan bahwa Partai Golkar sebagai aset politik bangsa dalam menjalankan pembangunan nasional, pada akhirnya harus pecah atau terbelah akibat dari kesalahan fatal dan berulang-ulang dalam hal tata kelola organisasi,” tuturnya. Dtk/Lpn6

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini