Jakarta, Lapan6online.com : Hariyanto Arbi menghabiskan malam dengan berbincang-bincang. Lawan bicaranya di kamar itu adalah Tong Sin Fu. Banyak yang dibicarakan malam itu, namun yang paling utama adalah soal masa depan Tong Sin Fu.
Tong Sin Fu gerah dan resah dengan kondisinya saat itu. Pengajuan status Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah lama diurus kembali mentah.
“Di malam itu, Om Tong mengutarakan kesedihan dan kegelisahannya. Ia kecewa karena proses pengajuan WNI yang sudah diurus sejak lama diminta kembali diulang mulai dari awal.”
“Ada oknum yang tidak bertanggung jawab dalam proses pengurusan status tersebut. Padahal Om Tong sudah keluar banyak uang untuk mengurus,” kata Hariyanto Arbi mengenang.
Karena kekecewaan ini, Tong Sin Fu akhirnya memilih menerima tawaran untuk melatih di China. Dalam waktu bimbang tersebut, seorang rekan lama Tong Sin Fu menghubunginya dan memintanya untuk melatih badminton di sebuah provinsi.
“Teman Om Tong tersebut menyatakan siap memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan di sana.”
“Sementara di sini, status WNI yang tidak kunjung selesai membuat Om Tong bingung. Bagaimana nanti nasib keluarga saya? Hal itu akhirnya yang membuat Om Tong terpaksa mengambil keputusan menerima tawaran ke China,” tutur Hariyanto Arbi.
Tong Sin Fu memilih ke China karena proses WNI-nya tidak jelas. (LIU JIN / AFP) Dengan hati penuh kecewa, Tong Sin Fu akhirnya pergi meninggalkan Indonesia menuju China. Hariyanto Arbi sempat mendengar bahwa Tong Sin Fu tidak akan melatih tim nasional China. Namun lantaran performa dan kiprah Tong Sin Fu yang luar biasa, ia tetap terpilih jadi pelatih China.
Tong Sin Fu, Simbol Kejayaan Indonesia dan China
Tong Sin Fu lahir di Lampung pada 1942. Dikutip dari Sports Sina, Tong Sin Fu memutuskan untuk hijrah ke China dan akhirnya masuk sebagai salah satu pemain nasional China di era 1960-an.
Menyandang status sebagai pemain badminton China di generasi awal, Tong Sin Fu minim kesempatan untuk unjuk gigi di dunia internasional karena China belum bergabung dengan International Badminton Federation (IBF) sehingga mereka tidak tampil di kejuaraan macam All England dan Thomas Cup.
“Pertama ia datang ke klub Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie. Karena waktu itu Pak Aburizal Bakrie juga jadi salah satu pengurus PBSI, akhirnya Om Tong masuk sebagai pelatih di pelatnas,” ucap Alan Budikusuma.
Di pelatnas, Tong Sin Fu kemudian terlibat dalam perkembangan generasi emas Indonesia yang terdiri dari Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, Joko Suprianto, hingga Hariyanto Arbi.
Nama-nama di atas adalah nama-nama pemain tunggal putra yang menguasai papan atas dunia badminton di era 90-an. Mereka bergantian menjadi juara di turnamen-turnamen penting. Gelar juara Olimpiade, juara All England, hingga juara dunia bisa didapatkan pemain-pemain Indonesia.
Alan Budikusuma adalah salah satu bintang Indonesia hasil polesan Tong Sin Fu. (AFP PHOTO / ALBERTO MARTIN) Selain nomor tunggal putra, Tong Sin Fu juga sempat menangani nomor tunggal putri dan ganda putri.
“Om Tong adalah pelatih yang sangat detail. Bila menyusun program, ia benar-benar melihat dan memerhatikan semuanya. Jadi, misal program latihan minggu depan sudah disusun rapi sejak minggu sebelumnya.”
“Selain itu Om Tong sering meminta pemain untuk melakukan evaluasi lewat video permainan. Sejak itu kami semua sering menonton video bersama dan mengevaluasi permainan masing-masing,” tutur Hariyanto Arbi.
Alan Budikusuma, peraih medali emas Olimpiade seri pertama di 1992 mengaku masih ingat nasihat spesial dari Tong Sin Fu.
“Salah satu pesan yang saya ingat dari Om Tong adalah ‘Jangan pernah sombong karena itu adalah awal kehancuran seorang atlet.’ Itu yang masih saya ingat,” kata Alan.
Setelah pindah ke China, Tong Sin Fu tak kehilangan daya magisnya. Ia ikut membidani lahirnya generasi baru China macam Ji Xinpeng, Lin Dan, Cai Yun, hingga Fu Haifeng.
Sukses Lin Dan menjelma jadi pebulutangkis yang dominan di akhir 2000-an hingga awal 2010-an dengan catatan dua medali emas Olimpiade, lima gelar kejuaraan dunia, dan sederet gelar bergengsi lainnya tentu tak lepas dari peran Tong Sin Fu yang membentuk karakter dan gaya main Lin Dan sejak usia muda.
Belum lagi bila berbicara kejayaan di nomor beregu saat mereka mulai rutin memenangkan Piala Thomas, Piala Uber, dan Piala Sudirman secara bersamaan sejak dekade 2000-an.
Tong Sin Fu jelas jadi salah satu kunci kejayaan badminton Indonesia dan juga China. Namun melihat perjalanan Tong Sin Fu, Indonesia jadi pihak yang merugi karena melepas kesempatan untuk bisa mempertahankan Tong Sin Fu tetap di Indonesia lewat pemberian status WNI yang telah diperjuangkan sejak lama.
sumber: CNNIndonesia.com