“Lagi-lagi suara RR terbukti kebenarannya. Jauh-jauh hari RR sudah lantang memprediksi ekonomi akan nyungsep. Meski di sisi lain, Presiden Jokowi sesumbar ekonomi akan meroket,”
Lapan6Online : Pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis capaian pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02%. Mersoto dibandingkan 2018 yang mencapai 5,17%. Sesuai prediksi ekonom senior DR Rizal Ramli tentang ekonomi nyungsep.
Pada 5 Februari 2020, BPS mencatat ekonomi secara growth pada kuartal IV 2019 mengalami penurunan menjadi 4,97%. Alhasil, sepanjang 2019, pertumbuhan ekonomi hanya 5,02%.
Sejatinya, pelemahan ekonomi Indonesia di 2019 sudah sering disampaikan Bang RR, sapaan Rizal Ramli. Demikian pula masalah lain yang berkaitan dengan soal energi, utang luar negeri dan berbagai indikasi korupsi di BUMN.
Pada 3 Februari 2020, Dirut PLN Zulkifli Zaini melaporkan ke Komisi VI DPR bahwa per 31 Desember 2019 proyek listrik 35.000 MW baru beroperasi sebesar 6.811 MW, atau hanya 19% saja. Sangat jauh dari target.
Masalah ini, pernah dibuka Rizal Ramli pada 2015. Dia bahkan menyebut proyek ini terlalu ambisius. Sayangnya, Presiden Joko Widodo tidak menggubris pernyataanya. Seiring waktu, ternyata kritik RR yang menemukan kebenarannya.
Selain proyek listrik 35.000 MW, RR juga menyuarakan tentang inefisiensi pembelian pesawat jumbo oleh Garuda Indonesia dan mega korupsi di Pelindo II.
Terbukti, pada 2018 Garuda merugi Rp2,45 triliun. Dan, terbukti lagi, audit BPK menyebut empat proyek Pelindo II menyebabkan kerugian Rp6 triliun. Lima tahun lalu, saat RR melontarkan kritik keras, banyak pihak menyepelekannya. Presiden Jokowi menepisnya mentah-mentah. Namun RR terus menyuarakan kritik kebenaran. Tindakan RR bukan tanpa resiko.
Saat itu Rizal menjabat Menko Kemaritiman, berani memberikan masukan yang konstruktif kepada Jokowi. Meski kemudian Rizal terkena reshuffle. “Namun, demi rakyat, jalan terus menyuarakan kebenaran,” papar RR.
Menurutnya, proyek-proyek ambisius hanya akan dijadikan alasan untuk menambah utang. Sementara beban utang negara sudah menumpuk. Dan, reshuffle itu pun terjadi pada Juli 2016, sesaat setelah RR menutup proyek Reklamasi Teluk Jakarta, milik taipan naga sembilan.
Namun, kritik RR tetap berlanjut terutama menyasar kebijakan menumpuk utang, bunga tinggi, masa depan perekonomian, dan lemahnya pengawasan OJK terhadap lembaga keuangan. Lagi-lagi suara RR terbukti kebenarannya. Jauh-jauh hari RR sudah lantang memprediksi ekonomi akan nyungsep. Meski di sisi lain, Presiden Jokowi sesumbar ekonomi akan meroket.
Namun, faktor yang harus diwaspadai adalah tentang prediksi kemunduran ekonomi. Selama ini prediksi RR menuai kebenaran, dari mulai soal Garuda Indonesia, Pelindo II, hingga proyek listrik 35.000 MW.
Maka bukan tidak mungkin kemunduran ekonomi juga akan menjadi kenyataan. Indikasinya sudah lengkap. Terakhir laporan BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemunduran.
Indikasi lainya, utang membengkak. Kredit perbankan turun drastis. APBN defisit parah. Penerimaan pajak juga memble. Bila kemunduran ekonomi menjadi kenyataan, maka yang paling menderita adalah rakyat. Gawat!! Krisis Ekonomi Teraktual, RR berbicara bahwa ekonomi Indonesia bagai gelembung.
Teori gelembung (bubbles) menyatakan gelembung tidak didukung oleh fundamental yang kuat, tapi oleh persepsi, PR, doping dan goreng-gorengan. Gelembung akan meletus, sebagai bagian dari koreksi alamiah.
Untuk meledak, tidak perlu linggis atau kampak, hanya butuh peniti-peniti kebenaran dan fakta riel. Gelembung pecah identik dengan krisis ekonomi. Indonesia pernah pernah mengalaminya tahun 1966 dan 1998. Dampaknya sangat dahsyat. Tidak hanya menerjang aspek ekonomi tapi juga menyasar politik, sosial dan jadilah krisis multidimensi.
Bung Karno dan Pak Harto pernah merasakan dahsyatnya gelombang krisis ekonomi yang kemudian menerjang singgasana politik. Kekuasaan jatuh. Masih tidak didengar juga pak? [ipe/inlh/red]
*Sumber : inilah.com