Terkait Tragedi Siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Sri Sultan : Stop Kegiatan di Sungai

0
31
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, ketika berada di Posko SMP 1 Turi, Sleman
“Selama musim hujan ini kan kita harus menjaga keselamatan dan menghindari bahaya. Sementara ini selama musim hujan stop dulu kegiatan yang berkaitan dengan sungai,”

Sleman/Yogyakarta, Lapan6Online : Tragedi hanyutnya siswa SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Kabupaten Sleman Yogyakarta, mendapat perhatian Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Pihaknya meminta seluruh intansi pendidikan menghentikan kegiatan di sungai saat musim hujan.

Sri Sultan bersama GKR Hemas menyambangi Posko DVI SMPN 1 Turi sekitar pukul 23.00 wib, Jumat (21/02/2020) malam. Kedatangan keduanya tersebut disambut Bupati Sleman, Sri Purnomo yang masih berjaga di lokasi.

“Selama musim hujan ini kan kita harus menjaga keselamatan dan menghindari bahaya. Sementara ini selama musim hujan stop dulu kegiatan yang berkaitan dengan sungai,” ungkap Sri Sultan di sela kunjungan ke keluarga korban di Posko DVI, SMPN 1 Turi, Sleman.

Sri Sultan mengatakan telah menyampaikan kepada Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIY untuk membuat surat edaran agar tidak melakukan aktivitas dan kegiatan di sungai saat musim hujan tiba.

“BPBD DIY saya minta untuk mengeluarkan (surat) edaran selama musim hujan, anak-anak di tingkat SD hingga SMA untuk menghindari kegiatan baik itu Pramuka dan asosiasi apapun bersinggungan dengan sungai,” terang Sri Sultan.

Ia juga meminta masyarakat yang memiliki agenda bersih sungai di desa masing-masing dihindari.

“Jika alasannya hari Minggu (ada agenda) bersih desa kali dan sebagainya, ditunda saja dulu. Gak usah (saat) musim hujan,” katanya.

Sri Sultan mewanti-wanti ketika di kawasan rendah tidak hujan, namun perlu diwaspadai saat awan Merapi hujan. Hal itu mengingat aliran air yang turun ke bawah semakin kuat.

“Jadi ada daya dorong yang kuat (dari atas). Biarpun di sini tidak hujan, jika di (kawasan) Merapi hujan akan berbahaya. Karena tidak bisa diperhitungkan dan demi keselamatan, dihindari dulu (aktivitas di sungai),” pinta Gubernur.

Pakar UGM : Ini Konyol Anak-anak Susur Sungai
Sementara itu, Pakar Manajemen Sungai UGM, Agus Maryono menyebut tewasnya 6 siswa SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor adalah hal konyol! Kenapa kegiatan susur sungai dilakukan anak-anak, saat musim hujan pula.

Agus Maryono menyesalkan tragedi hanyutnya siswa SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (21/02/2020), yang menelan 6 korban jiwa.

Menurut Agus, pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, peristiwa itu menjadi preseden buruk bagi kegiatan susur sungai. Pasalnya, kegiatan dilakoni tanpa mempertimbangkan banyak hal.

Suarajogja.id menukil dari Harianjogja.com–jaringan Suara.com, Jumat malam, Agus menyebut hal itu sebagai suatu kekonyolan. Terlebih, imbuh dia, kegiatan susur sungai dilakoni oleh anak-anak.

“Aduh, ini konyol, saya sangat sangat sedih sekali, mengapa ini bisa terjadi, susur sungai dilakukan anak-anak, ini menjadi preseden buruk bagi susur sungai,” ucapnya sembari menghela nafas panjang di ujung telepon.

Kata Agus, kegiatan susur sungai ada standarnya. Misalnya, tidak boleh dilakukan anak hingga remaja. Yang boleh hanya kalangan profesional seperti TNI atau anggota Mapala. Selain itu susur sungai tidak dilakukan di dalam area sungai, tetapi hanya memantau di luar sungai kemudian melakukan penanganan ketika ada sesuatu yang perlu menjadi catatan.

“Tidak boleh anak ikut, remaja juga tidak boleh ikut susur sungai, hanya TNI, Mapala dan kalangan profesional yang sudah punya pengalaman susur sungai. Dan susur sungai itu tidak di dalam sungai tetapi di luar mengamati tidak di dalam sungai,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, susur sungai jangan dilakukan di saat musim hujan. Pelaksanaan harus dilakukan di musim kemarau. Jika ada yang ingin melakukan di musim hujan, harus dilakukan oleh kalangan profesional. Selain itu harus dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti helm dan pelampung, serta berbagai alat lapangan lainnya.

“Meski pun itu di sungai kecil, tetap harus sesuai prosedur, karena sungai kecil itu justru malah lebih berbahaya, aliran air bisa tiba-tiba besar,” katanya.

Ia meyakini pengetahuan soal susur sungai ini tidak diketahui oleh penyelenggara kegiatan di SMPN 1 Turi. Karena faktanya anak-anak justru diajak masuk sungai di saat musim hujan dan tanpa perlengkapan yang memadai.

“Kalau niatnya mau kerja bakti harus ada orang yang di atas untuk memantau, waduh, musim hujan ngapain juga, musim hujan kan sampah juga sudah tidak ada,” ujarnya.

Seperti diketahui, kegiatan susur sungai SMPN 1 Turi diikuti 256 siswa kelas VII dan VIII. Sebanyak 239 siswa sudah melaporkan diri ke sekolah.

Dalam tragedi ini, enam siswa dinyatakan meninggal dunia hingga Jumat Malam. Pihak kepolisian dan Tim SAR masih mencari sejumlah siswa yang hilang.

Ini Kronologi Siswa SMPN 1 Turi Sleman Hanyut
Dalam kesempatann yang sama, Basarnas DI Yogyakarta menjelaskan kronologi hanyutnya siswa SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor. Saat kejadian, cuacanya berawan, tidak ada hujan. Pernyataan itu disampaikan Kepala Basarnas DIY Lalu Wahyu Effendi ketika ditanya soal kronologi peristiwa yang hingga berita ini disusun menewaskan 6 siswa.

Menurut Wahyu, pada saat kejadian, kondisi cuaca di lokasi berawan. Ketika itu, imbuhnya, tidak ada tanda-tanda hujan.

“Pada saat kejadian, situasi cuaca di lokasi itu berawan. Tidak ada tanda-tanda hujan,” ujar Wahyu kepada Suarajogja.id, Jumat (21/02/2020).

Kegiatan penyisiran sungai tersebut dimulai pukul 15.00 WIB. Tiba-tiba, kata Wahyu, Sungai Sempor meluap. Siswa pun terbawa arus.

“Pukul 15.00 mulai kegiatan, tiba-tiba arus sungai meluap sehingga siswa terbawa arus. Rencana kegiatan melakukan penyisiran sungai,” kata Wahyu Effendi.

Lanjut Wahyu Effendi, hujan baru turun setelah siswa tersebut hanyut. “Pada saat kejadian, tidak hujan. Setelah kejadian, baru terjadi hujan,” jelas Wahyu Effendi.

Diberitakan sebelumnya, lebih dari 200 siswa SMPN 1 Turi, Sleman terseret arus saat melakukan kegiatan Pramuka Susur Sungai Sempor di Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Jumat (21/02/2020) sore.

Sejumlah siswa dinyatakan meninggal, sedangkan yang lainnya dikabarkan luka, dan sebagian lainnya belum ditemukan. suara/kop/Mas Te

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini