Jakarta, Lapan6online.com : Sebelumnya, aktivis senior yang juga pengamat politik Syahganda Nainggolan meramal Presiden Joko Widodo bakal lengser tahun ini. Ada beberapa variable yang dikemukakan oleh Syahganda, namun dia memprediksi Jokowi lengser bukan karena dijatuhkan.
“Saya bukan kecewa, ini saya lagi menghitung Jokowi kapan jatuhnya,” kata Syahganda saat ditanya presenter talk show “Sarinya Berita” Rahma Sarita apakah dia kecewa dengan rezim Jokowi, seperti yang sebarluaskan, lansir kantor berita politik RMOL.ID, Sabtu (29/2/2020).
“Tidak dijatuhkan, tidak ada yang jatuhkan, jatuh saja. Ini ramalan saya sebagai pengamat,” lanjut Syahganda di akhir pernyatananya dalam wawancara tersebut.
Fenomenanya saat ini sudah panic game. Pemerintah dihantam banyak virus, dan bingung mau berbuat apa. Virus itu antara lain, virus corona, virus Jiwasraya, virus Harun Masiku, virus Asabri, dan virus omnibus law.
“Dalam teori organisasi, panic game itu karena struktur lemah, dan leadernya bakal jatuh. Jadi saya hitung-hitung, kalau corona bisa enam bulan tidak ketemu vaksinnya, mungkin Jokowi di tahun ini, enam bulan lagi bakal jatuh,” terang Syahganda.
Prediksi Rocky Gerung
Senada dengan Syahganda, pengamat politik Rocky Gerung alias RG mengatakan ada kecemasan, ketidakpercayaan, bahkan pembusukan di internal rezim Jokowi. Hal itu disampaikan Rocky Gerung dalam acara talk show “Sarinya Berita”, Jumat (28/2/2020), seperti yang sebarluaskan, hari ini, lansir RMOL.ID.
“Di dalam istana ada selongsong secara samar-samar, dan kita mesti baca itu sebagai sinyal bahwa pemerintah sekarang mengalami pembusukan politik dari dalam, karena ketidakmampuan menjaga momentum dengan kebijakan yang masuk akal,” kata RG.
Jadi, praktik amputasi di dalam rezim sedang berlangsung. Di dalam rezim sendiri mereka saling melakukan amputasi.
“Karena tadi, berangkasnya kosong, cuma itu soalnya. Berangkas kosong ini mesti diterangkan kepada publik. Tapi pemerintah menipu, data ditipu semua, kemiskinan sekian, dikurangi 30 persen; utangnya sekian, dikurangi; dan korupsi Jiwasraya sekian triliun, disebut cuma sekian,” tutur RG.
Beberapa pekan terakhir, Rocky Gerung melihat ada dua elite di lingkaran rezim yang menunjukkan kecemasan. Dua-duanya perempuan.
Pertama, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Sri Mulyani mengaku sakit perut karena pusing untuk menambal defisit anggaran. Dia tidak mampu berpikir secara rasional bagaimana cara membuktikan janji-janji Jokowi.
“Jadi secara psikologis Sri Mulyani memberitahu kepada publik bahwa dia sendiri, elemen utama di dalam rezim, tidak tahu jalan keluar untuk menghasilkan kemakmuran, untuk mendiskusikan keadilan,” ujar Rocky Gerung.
“Itu tanda bahwa rezim itu mengalami kelelahan. Kalau membesar, bisa betul yang dijanjikan oleh Syahganda 6 bulan ke depan terjadi itu. Karena dia bisa membaca, semua variabel makro itu mengarah pada kejatuhan rezim,” lanjut dia.
Kedua, Ketua DPR Puan Maharani. Kecemasan Puan yang merupakan pendukung utama rezim ini adalah terkait RUU dengan konsep omnibus law.
“Ibu Puan Maharani menganggap omnibus law ini itu cuma kepentingan satu dua partai. PDIP tidak punya kepentingan, kira-kira bacaan saya di situ. Karena itu dia minta supaya dievaluasi lagi pasal-pasal itu. Kalau kita lihat yang pro omnibus law cuma Golkar sebetulnya. PDIP tidak nyaman dengan itu, partai lain juga begitu,” tutur Rocky Gerung.
Kembali soal berangkas kosong. Saat ditanya presenter “Sarinya Berita” Rahma Sarita, investor masih akan masuk terus meski berankas pemeritah kosong, Rocky Gerung punya jawaban sendiri.
“Ya itu keinginan, tapi indikator yang pakai otak, lebih baik ganti rezim, daripada utang gua tidak dibayar lagi kan, dimangkrakkan karena diambil oleh pencari rente. Itu soalnya. Jadi saya setuju saja analisis Syahganda bahwa 6 bulan ini rezim jatuh, bukan kita kita inginkan, tapi pemerintah sendiri sedang membuat jalan kejatuhan sendiri,” tutup dia.
(*/Redhuge/Lapan6online.com)