Berita Hoax Bikin Resah Masyarakat, Bagaimana Menyikapinya?

0
30
Sania Nabila Afifah
“Kebebasan berpendapat adalah salah satu alasan mengapa banyak kebohongan, serta kondisi masyarakat yang minim pengetahuannya tentang pendidikan dan agama. Sebab jauhnya masyarakat dari agama karena penerapan sistem kehidupan yang tidak berbasis akidah Islam,”

Oleh : Sania Nabila Afifah

Lapan6Online : Maraknya berita tentang penculikan anak sempat membuat resah masyarakat, terutama para orangtua dan guru.

Sebagaimana yang telah tersebar di sosial media dugaan tentang adanya penculikan anak. Siapa yang tidak resah? Apalagi sebagai orangtua tentunya sangat khawatir terjadi pada anaknya, begitu pula pihak sekolah yang bertanggung jawab menjaga anak didiknya selama berada di sekolah sangat khawatir dengan kondisi yang terjadi baru-baru ini.

Sebagaimana yang terjadi di Surabaya. Dikutip dari Surabaya KOMPAS.com – Isu penculikan anak kembali mencuat di berbagai daerah, termasuk di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Baru-baru ini, sebuah pesan berisi informasi mengenai adanya penculikan anak di Surabaya, Jawa Timur, beredar luas melalui aplikasi pesan WhatsApp.

Dalam pesan berantai tersebut juga disebutkan adanya pelaku penculikan yang telah diamankan di Polsek Tegalsari, Surabaya.

Hal serupa juga sempat membuat resah masyarakat di Kota Jember tentang maraknya penculikan anak.

Masalah berita bohong telah menjelma begitu menakutkan bagi masyarakat modern, tidak saja di Indonesia, tetapi juga dunia. Beragam ide untuk membentuk regulasi dalam mengatasi hal ini telah didiskusikan secara serius oleh banyak pihak, termasuk pemerintah.

Tetapi, mengapa berita bohong menjelma menjadi sangat menakutkan belakangan ini?

Tidak lain karena sekarang adalah masa dimana setiap manusia bisa ‘berbicara’ dalam beragam wujud, terutama rangkaian aksara lewat apa yang kita kenal dengan istilah media sosial. Meskipun sejatinya hoax tidak melulu hadir melalui media sosial, bisa juga melalui media massa.

Kebebasan berpendapat adalah salah satu alasan mengapa banyak kebohongan, serta kondisi masyarakat yang minim pengetahuannya tentang pendidikan dan agama. Sebab jauhnya masyarakat dari agama karena penerapan sistem kehidupan yang tidak berbasis akidah Islam. Sehingga membentuk pola hidup yang mana setiap orang bebas melakukan apapun tanpa adanya tolak ukur yang Allah tetapkan, yaitu halal dan haram, baik buruk.

Sehingga kebebasan itu terjadi tanpa kemampuan untuk menyaring sesuatu, dan apa konsekuensi dari perbuatannya itu?

Baik bagi yang menyebarkan hoax dan orang yang menerima kabar hoax.
Lantas, bagaimana agar kita selamat dari sebaran berita bohong alias hoax?

Pertama, tabayyun
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).

Di dalam ayat tersebut ada dua kata kunci, pertama berita. Kemudian, kedua fasiq. Berita dimaksud tentu saja memiliki nilai urgensi dalam sisi kehidupan umat manusia. Dan fasiq menunjukkan bahwa berita itu disampaikan oleh orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah alias telah bermaksiat. Jika demikian, langkah yang mesti diambil ialah tabayyun alias telitilah lebih dulu.

Terhadap kata “tabayyun” ini Ath-Thabari memahaminya dengan “Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenrannya, jangan terburu-buru menerimanya…”

Dengan demikian, kita akan selamat dari bertindak bodoh, “bijahalah” yang tentu saja dampaknya akan sangat buruk dikemudian hari. Dan, seperti sekarang, berita bohong sangat mengkhawatirkan kehidupan umat manusia sampai pada tingkat keamanan dan ketertiban umum.

Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunikasi verbal maupun tulisan melalui media sosial, sikap tabayyun harus senantiasa kita utamakan, sebelum mengambil kesimpulan apalagi tindakan. Dengan demikian, salah paham, perselisihan dan pertengkaran, bisa kita jauhkan dalam kehidupan, sehingga rahmat Allah senantiasa melingkupi kehidupan kita.

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.” (QS. An-Nur [24]: 14).

Wallahu a’lam bis-showab. *GF/RIN/Lapan6 Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini