“Ada kemungkinan anggota kami tidak sepenuhnya jujur dengan pihak berwenang mengenai identitas mereka karena takut hubungan mereka dengan Shincheonji akan terungkap,”
Lapan6Online : Komunitas jemaat Gereja Yesus Shincheonji di Kota Daegu, Korea Selatan hidup di bawah ketakutan akan stigma buruk dan diskriminasi akibat dituding sebagai sumber penyebaran virus corona (Covid-19).
Perlakuan buruk dan diskriminasi oleh para komunitas menuai kritik dari publik. Hal tersebut mendorong para penganut agama Shincheonji menutupi identitasnya.
“Ada kemungkinan anggota kami tidak sepenuhnya jujur dengan pihak berwenang mengenai identitas mereka karena takut hubungan mereka dengan Shincheonji akan terungkap,” ujar Direktur Misi Internasional Shincheonji, Kim Shin-chang dikutip dari AFP, pada Senin (02/03/2020).
Akibatnya, pihak berwenang mengatakan kesulitan untuk melakukan karantina terhadap anggota komunitas. Saat ini pihak berwenang tengah melacak lebih dari 266 ribu anggota Shincheonji untuk proses karantina terkait virus corona.
Setiap anggota komunitas yang pernah melakukan kontak dengan pasien corona, baik yang menunjukkan gejala atau tidak diimbau untuk melakukan karantina sendiri. Namun, setidaknya lebih dari 1.000 orang anggota komunitas enggan menjawab panggilan dari pihak berwenang.
Kim mengatakan pihaknya sudah meminta seluruh anggota menuruti perintah pemerintah. Namun ia berpendapat bisa jadi kebencian dan diskriminasi publik yang selama ini pihaknya terima jadi salah satu kendala.
“Kebencian sosial dan diskriminasi terhadap anggota kami begitu meluas. Sehingga banyak yang takut kehilangan pekerjaan atau memicu konflik di antara anggota jika iman mereka diungkapkan,” tambahnya.
Pejabat kota Soeul sebelumnya telah mengajukan tuntutan terhadap 12 pemimpin agama Shincheonji atas tuduhan pembunuhan dan pelanggaran terkait kendala ini kepada jaksa penuntut.
Wabah corona pertama kali menyebar di Korsel dari seorang perempuan (61) yang merupakan anggota Shincheonji.
Ia diketahui menderita demam pada 10 Februari dan sempat menghadiri setidaknya enam kebaktian gereja tersebut. Setidaknya ada 3.000 anggota yang hadir di setiap kebaktian.
Shincheonji pertama kali didirikan di tahun 1983 oleh Lee Man-hee, yang umum disebut oleh penganutnya sebagai ‘Pastor yang Dijanjikan’.
Ketika melakukan ibadah di gereja, penganut Shincheonji dilarang mengenakan kacamata, kalung atau perhiasan sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhannya. Ibadah dilakukan dengan penganut duduk di lantai secara berdekatan.
Dalam sebuah pesan kepada para pengikutnya, Lee meyebut wabah itu sebagai ‘pekerjaan iblis’ yang bertujuan untuk menggagalkan pertumbuhan Shincheonji.
“Tetapi kita adalah anak-anak Allah. Kami akan menang atas tantangan ini,” tambahnya.
Schincheonji memiliki 12 cabang, yang masing-masing diberi nama berdasarkan murid Yesus. Kini agama tersebut sudah menarik ribuan pengikut.
Hingga Senin (2/3), Korea Selatan mencatat lebih dari 4.200 pasien terinfeksi virus corona. Sekitar 26 orang diketahui meninggal dunia. (fey/evn)[cnnindonesia]
*Sumber : cnnindonesia.com