Kemiskinan Makin Laris Dalam Sistem Kapitalis

0
19
“Negara dinilai telah gagal dalam meri’ayah rakyatnya. Akibatnya rakyat dipaksa untuk mampu menyelesaikan masalah kemiskinannya sendiri. Inilah bentuk kezaliman yang nyata bagi rakyat,”

Oleh : Rini Astutik

Lapan6Online : Dalam sistem kapitalis tidak heran jika angka kemiskinan semakin meningkat tajam. Kenaikannya pun bisa dibilang sangat fantastik, sehingga tidak terlalu sulit jika kita ingin menemukan fakta dan potret kehidupan masyarakat miskin di negeri ini.

Dari terminal hingga stasiun kereta api banyak kita temui kehidupan masyarakat miskin, mulai dari penjual koran, pedagang asongan, pengamen dan pengemis di tiap peremptan jalan hingga rumah kumuh yang dibangun di bantaran kali atau di bawah kolong jembatan.

Wajah buruk kemiskinan tampak jelas terlihat dalam sistem kapitalis dan bukan sekedar isapan jempol semata. Kita tidak akan pernah menyangka bahwa di balik kemegahan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri tegak dan kokoh kita disuguhkan oleh realita kemiskinan yang sangat luar biasa mengiris dan menyayat hati.

Problematika kemiskinan itu sendiri menjadi sebuah persoalan yang selalu ada di setiap era. Indikatornya pun bermacam-macam pertama, kemiskinan secara alamiah yang disebabkan karena suatu hal tertentu seperti cacat mental atau fisik, atau dikarenakan sudah memasuki usia lanjut sehingga tidak mampu lagi untuk bekerja.

Kedua, kemiskinan secara kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan akibat rendahnya kwalitas SDM akibat kultur masyarakat tertentu, seperti malas bekerja tidak produktif atau bergantung pada harta warisan.

Ketiga, kemiskinan secara struktural. Kemiskinan jenis ini yang sangat berdampak luar biasa sebab kemiskinan ini dikarenakan ada “kekuatan” yang membuatnya miskin atau dimiskinkan. Kemiskinan secara struktural ini diakibatkan kesalahan sistem yang digunakan oleh Negara dalam mengatur urusan rakyat, sehingga masalah kemiskinan merupakan momok yang paling menakutkan bagi negara-negara yang sudah maju dan berkembang.

Dilansir oleh Dkatadata.co.id 2/2/2020, Riset Bank Dunia menunjukkan ada sekitar 115 juta orang Indonesia rentan miskin. Tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini di bawah 10% dari total penduduk yang ada, rata-rata pertumbuhan ekonomi pun diprediksi 5,6% pertahun selama 50 tahun ke depan.

Produk Domestik Bruto (PDB) perkapitanya diperkirakan tumbuh enam kalilipat menjadi hampir US$ 4 ribu, disatu sisi 52 juta masyarakat Indonesia tergolong kelas menengah, mereka memiliki pendapatan Rp 1,2 juta dan 6 juta perbulan.
Berdasarkan catatan Bank Dunia pertumbuhan kelas menengah di Indonesia merupakan yang tercepat yakni sekitar 10% pertahun.

Sementara itu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Januari lalu telah mencapai angka 9,22%. Presentasi ini menurun sebesar 0,19% poin dari kondisi Maret 2019 dan 0,44% poin dari kondisi September 2018. Jika dilihat dari jumlahnya, pada September 2019 masih terdapat 24,79 juta orang miskin diIndonesia.

Sedangkan presentasi penduduk miskin yang ada di daerah perkotaan turun sekitar 6,56% dan untuk daerah pedesaan menjai 12,60 %.

Fakta makin laris dan tingginya lonjakan angka kemiskinan disistem kapitalis tersebut diakibatkan tiga faktor. Yang pertama, disebabkan pengelolaan SDA diserahkan ke pihak swasta yaitu asing dan aseng. Kedua, akibat jeratan utang luar negeri yang berbasis riba dan yang terakhir akibat perjanjian perdagangan bebas (konsumen).

Sehingga menurut Direktur Eksekutif Institute For Development of Ekonomics and Finance (INDEF) Eni Sri Hartati memaparkan, kaum rentan miskin berpotensi langsung goyang jika ada perubahan harga kebutuhan dari mulai BBM, Listrik hingga kebutuhan pokok (CNN Ekonomi Indonesia, 31/01/2020 ).

Sementara itu populasi dan kebutuhan manusia terus bertambah didukung lagi dengan makin sulitnya mencari lapangan kerja di sistem kapitalis ini, makin menambah daftar panjang angka kemiskinan dan sulit dientaskan.

Jika di sistem kapitalis solusi yang ditawarkan hanya seputar pemberian bantuan sosial berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMKM, nyatanya tidak mampu memberikan solusi efektif dan efisien karena pemberian bantuan tersebut juga terbukti telah gagal akibat seluruh akses telah dikuasai oleh konglomerasi dan perusahaan besar yang melakukan penetrasi hingga tingkat UMKM.

Alhasil, negara dinilai telah gagal dalam meri’ayah rakyatnya. Akibatnya rakyat dipaksa untuk mampu menyelesaikan masalah kemiskinannya sendiri. Inilah bentuk kezaliman yang nyata bagi rakyat.

Hal demikian sangat berbeda dengan Islam. Islam memandang kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan mendasar yang mencakup sandang, papan, pangan, kesehatan dan pendidikan secara layak.

Allah SWT berfirman, “Kewajibab seorang ayah memberikan makanan dan pakaian kepada keluarga secara layak.” (TQS Al Baqarah: 233).

Maka sudah seharusnya Islam dijadikan sebagai sistem yang mampu mengentaskan kemiskinan. Sebab Islam mempuyai solusi yang tepat dan efisien dalam mengentasakan problem tersebut. Pertama, negara harus mampu dan berperan penting dalam memotivasi seseorang agar bekerja sesuai dengan keahliannya.

Kedua, negara mendorong proyek-proyek ekonomi di antara kaum muslim. Bila seseorang tidak memiliki modal maka orang tersebut bisa bekerja sama dengan orang lain dengan sistem bagi hasil (muzara’ah).

Ketiga, Islam mengharamkan riba karena praktek riba dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang dapat merugikan masyarakat kecil sehingga yang miskin bertambah miskin dan kaya bertambah kaya. Kemudianpintu kesenjangan semakin terbuka dan menganga.

Keempat, harus pintar-pintar mengelola keuangan. Kelima, memungsikan orang-orang kaya untuk mau berzakat, berinfaq dan sedekah untuk menolong saudara muslimnya yang masuk kategori miskin. Keenam, memanfaatkan APBN (Baitul maal) dengan sebaik-baiknya dengan menghimpun pajak dari orang mampusaja untuk mengangakat kemiskinan pada masyarakat.

Begitulah sempurnanya Islam dalam memberikan solusi untuk pengentasan kemiskinan. Maka sudah saatnya kita kembali pada syariah Islam yang berasal dari Allah SWT.

Karena hanya dengan syariahnya yang bisa menjamin keberkahan hidup manusia dan syariah akan menjadi rahmat bagi mereka (lihat QS Al Anbiya: 107). Wallahu A’lam Bishawab. GF/RIN/Lapan6 Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini