Generasi Milenial, Terpapar Kriminal

0
38
Indah Ummu Izzah/Foto : Ist.
“Sejauh ini pelaku mengaku membunuh korban karena terinspirasi film-film horor khususnya ‘Chucky’, film horror salah satu hobinya. Sementara Film ‘Chucky’ adalah film bergenre horor yang menggambarkan karakter boneka mainan anak yang hidup dan membunuh,”

Oleh : Indah Ummu Izzah

Lapan6Online : Beberapa hari yang lalu kita digemparkan oleh kasus pembunuhan seorang bocah yang mayatnya disimpan dalam lemari dan diikat tambang oleh pelaku yang masih di bawah umur. Lebih mengejutkan lagi bahwa pelaku dengan penuh percaya diri mendatangi kantor polisi dan mengakui perbuatannya.

Kombes Pol Heru, dilansir TribunJakarta.com (6/3/2020), mengatakan bahwa tersangka datang ke Polsek Taman Sari, Jakarta Barat dan mengaku telah membunuh korban, selanjutnya Polsek Taman Sari menghubungi Polsek Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Polisi yang mendalami pemeriksaan ABG N (15), pelaku pembunuhan bocah A (5) mengatakan bahwa sejauh ini pelaku mengaku membunuh korban karena terinspirasi film-film horor khususnya ‘Chucky’, film horror salah satu hobinya. Sementara Film ‘Chucky’ adalah film bergenre horor yang menggambarkan karakter boneka mainan anak yang hidup dan membunuh.

Seakan tak percaya seorang remaja membunuh dan dengan entengnya mengakui perbuatannya. Bahkan mengatakan mendapatkan kepuasan setelah melakukan aksinya tersebut. Apa yang terjadi dengan generasi kini yang syarat dengan kekerasan dan tindak kriminalitas ini?

Berbicara tentang generasi, tentu tidak bisa dipisahkan dari peran keluarga, masyarakat dan negara.

Orangtua harus mengambil peran utama dalam mendidik anak-anaknya. Namun saat ini, pendidikan anak-anak di rumah telah teralihkan. Bahkan bisa dikatakan bahwa peran orangtua telah diambil alih oleh gadget karena kesibukan di luar rumah. Padahal dari gadget inilah anak bisa terpapar oleh kekerasan dan kerusakan.

Sudah menjadi tanggung jawab orang tua sebagai pendidik utama – menanamkan nilai-nilai agama (aqidah, akhlak dan adab serta penerapan syariat), memberikan kasih sayang dan perhatian terhadap tumbuh kembang mereka.

Begitupun dengan masyarakat dengan perannya sebagai kontrol sosial telah terkikis oleh individualisme. Seakan tak peduli terhadap tumbuh kembang generasi di lingkungannya. Padahal seharusnya masyarakat ikut memfasilitasi agar generasi memiliki lingkungan yang kondusif dan positif melalui berbagai macam kegiatan semisal mengaktifkan remaja masjid, dan semisalnya.

Apalagi negara, sebagai institusi yang memiliki kekuatan melalui aturannya, wajib menciptakan sistem pendidikan dengan basis yang kuat yaitu akidah Islam.

Mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam sains teknologi tapi juga berakhlak dan paham dengan nilai-nilai agama serta menyiapkan pengajar yang bisa menjadi teladan bagi peserta didik.

Negara juga harus menyaring media-media, khususnya media online yang sangat akrab dengan keseharian remaja serta memberikan aturan dan sanksi yang tegas.

Jangan sampai karena aturan yang tidak tegas inilah remaja dengan mudahnya terpapar kerusakan dan tindak kriminalitas melalui konten-konten yang ditontonnya.

Hanya dengan kembali kepada Islam, generasi akan terselamatkan. Betapa tidak, dalam Islam peran penguasa sangat vital. Penguasa harus memastikan semua kebutuhan mendasar rakyatnya terpenuhi.

Rasulullah saw. bersabda:
…الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Untuk itu lapangan pekerjaan akan terbuka lebar, pendidikan dan fasilitas kesehatan pun akan mudah diperoleh sehingga orang tua tak perlu disibukkan dengan hanya mengejar materi.

Ketakwaan individu pun akan menjadi perhatian negara sehingga akan ditemui orang tua, masyarakat dan tenaga pendidik yang bertakwa serta mampu memberikan keteladanan kepada para generasi. Wallahu a’lam bisshawab. GF/RIN/Lapan6 Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini