Jakarta, Lapan6online.com : Pertumbuhan kasus COVID-19 terus meningkat tajam. Bahkan dalam beberapa hari ini terjadi penambahan kasus hampir dua kali lipat dari hari sebelumnya.
Lihat saja per 25 Maret 2020 ini, seperti yang disampaikan jurubicara Pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, sudah menembus angka 790 kasus. Sehari sebelumnya terdapat 685 kasus. Ini berarti ada penambahan 105 kasus baru.
Kemudian pada 23 Maret lalu, ditemukan 575 kasus yang berarti juga terdapat keaikan 110 kasus. Dua hari terakhir dijumpai angka di atas 100 kasus baru. Padahal sejak ada kasus pertama, belum dijumpai penemuan kasus baru di atas 100 orang.
Itu belum termasuk angka kematiannya mencapai 58 kasus yang merupakan angka kematian terbanyak di Asia Tenggara.
Inilah yang kemudian mengkhawatirkan banyak orang. Apalagi menurut hasil studi Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di Inggris, bahwa ada 2% infeksi kasus Corona sudah dilaporkan.
Laporan itu menengarai angka itu kecil karena peralatan tes masih sangat terbatas. Jadi, angka yang sebenarnya, termasuk yang belum diperiksa, sebanyak 34.300 kasus – melebihi kasus COVID di Iran yang berjumlah 24.811 kasus.
Seperti dilansir situs channelnewsasia.com (25/3/2020), respon pemerintah yang lambat terhadap COVID-19 dinilai sebagai pemicunya. Pemodel lain bahkan berani memproyeksikan bahwa kasus-kasus dapat meningkat hingga 5 juta kasus di ibukota Jakarta, pada akhir April nanti. Hingga hari ini saja kasus COVID di DKI Jakarta sudah melebihi angka 400 kasus. Semoga ini tidak sampai terjadi.
Ascobat Gani, pengamat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengakui tidak tertutup kemungkinan dengan angka tersebut. “Kami telah kehilangan kendali, itu telah menyebar di mana-mana,” Ascobat.
“Mungkin kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita berada dalam kisaran itu”.
Ini karena sistem kesehatan di Indonesia sangat buruk, terutama pada keterbatasan tempat tidur di rumah sakit. Rasio tempat tidur di Indonesia 12 per 10.000 orang, jauh di bawah Korea Selatan sebesar 115 per 10.000 orang.
Itu belum termasuk keterbatasan dokter yang cuma 4 dokter per 10.000 pasien, dan sedikitnya perawat, serta kemampuan tenaag medis dalam menghadapi penyakit yang berpotensi mewabah.
Namun perkiraan Ascobat ditepis Achmad Yurianto. “Kami tidak akan seperti itu (Italia dan Cina),” katanya.
“Yang penting adalah kita mengerahkan orang-orang … mereka harus menjaga jarak.” tandas Achmad.
Sumber: Teropongsenayan.com