Herd Immunity, Cara Jitu Hadapi Covid-19?

0
45
Hawilawati, S.Pd/Foto : Ist
“Negeri ini makin mencekam, menunggu tindak tegas nan sigap penguasa lamban berkunjung datang, rakyat sebisanya menjaga diri, tim medis turun berjuang penuh keterbatasan. Apakah itu semua solusi jitu bagi negeri ini?”

Oleh : Hawilawati, S.Pd

Jakarta | Lapan6Online : Tepat hari ini, Rabu (25/03/2020) kami berada dalam duka mendalam, telah kehilangan seorang sahabat. Tak bisa bersua kembali, apalagi bercengkrama, sharing atau tukar pendapat berbagai hal.

Tak bisa tak’ziyah, tak bisa menghantarkan jenazah. Pun tak dihantarkan ke rumah duka. Semua prosesi pengurusan jenazah ditangani Dinkes, mulai dari memandikan, mengkafani dan juga mensholatkan telah dilakukan di rumah sakit.

Setelah semua selesai dirapikan, jenazah langsung dikebumikan ke tempat pemakaman umum yang telah ditentukan.

Kami hanya mendoakan secara tele “Semoga almarhum husnul khootimah hingga Jannah menantinya, Aamiin Ya Robbana.

Sholat ghoib jenazah dilakukan di rumah masing-masing, kami terisolasi. Tak bisa berjumpa dan memeluk erat istri dan anak-anak almarhum untuk menguatkan ketegarannya.

Ya Allah, akhirnya tak kuasa bulir air mata menetes di pipi ini, hanya bisa bertanya kabar via telpon.

Ya Allah, Ya Hayyu, Ya Matin. Hidup dan mati ada di genggamanMu, tiada yang tahu kapan ajal manusia ditetapkan. Semua adalah rahasia Mu yang pasti akan dirasakan.

Kasus Corona kian menambah deretan data yang semakin menguji nyali setiap manusia. Kepergiannya-pun menambah daftar kematian kasus corona di negeri ini.

Virus corona adalah makhluk yang sangat kecil ciptaan Allah SWT, yang telah membujtikan kemampuanya meluluhlantakkan manusia di jagad raya. Babak baru telah dimulai. Sekejap, aktivitas normal manusia sunyi senyap.

Belum ditemukan obat, namun masih abai social distance. Juga menyepelekan imunitas tubuh. Ditambah tiadanya lockdown serentak. Maka bersiap babak berikutnya, pandemi semakin massif, Red Zone semakin meluas.

Rumah sakit membludak, berdatangan para suspect untuk memeriksakan diri. ODP (orang dalam pemantauan) terus naik, PDP (Pasien Dalam Pengawasan) pun bertambah, kini tim medis telah kehabisan APD (Alat Pelindung Diri). Semakin antri tes swab corona. Dokter dan perawat menjadi garda terdepan kewalahan, siap bertaruh nyawa.

Satu persatu pahlawan corona telah meninggalkan namanya, namun jasanya begitu harum berjuang menyelamatkan sesama.

Oh negeri,
Apa yang engkau cari, ketika nyawa satu persatu melayang. Italia telah mengabarkan kegagalannya mencegah deret korban corona yang kian meningkat, karena telat melakukan lockdown. Ironisnya hal ini tak menjadi sebuah pembelajaran.

Oh negeri,
Kini engkau mengabarkan bahwa pandemi ini bisa ditanggulangi dengan herd immunity (kekebalan kelompok).

Dikutip dari MIT Technology Review, herd immunity pada virus corona bisa terbentuk ketika sudah cukup banyak orang yang terinfeksi SARS-CoV-2. Artinya, virus terus dibiarkan menyebar sehingga banyak orang terinfeksi dan jika bertahan hidup akan kebal. (CNN Indonesia 23/03/20)

Meski demikian, manajer The Vaccine Knowledge Project Tonia Thomas, menjelaskan bahwa prospek mengembangkan kekebalan terhadap suatu kondisi melalui infeksi, dibanding melalui vaksinasi, bisa berbahaya. Ini membuat orang berisiko mengembangkan komplikasi dari penyakit”.

Oh negeri apa artinya ini? Semakin banyak orang terinfeksi, positif dan membiarkan yang lemah terseleksi oleh alam dan gugur?

Negeri ini makin mencekam, menunggu tindak tegas nan sigap penguasa lamban berkunjung datang, rakyat sebisanya menjaga diri, tim medis turun berjuang penuh keterbatasan. Apakah itu semua solusi jitu bagi negeri ini?

Penguasa dalam Islam adalah mas’ul (penanggung jawab) yang siap sepenuhnya menjaga jiwa rakyat. Berbagai upaya dilakukan agar rakyatnya sehat. Kebutuhan pangan yang cukup. Tersedianya makanan bernutrisi tinggi. Pelayanan kesehatan yang memadai, cepat, murah bahkan gratis.

Penguasa berjiwa negarawan akan berani dan tegas melakukan lockdown nasional, sebagaimana yang dilakukan Muhammad Rosulullah SAW saat menghadapi wabah.

Sebagaimana hadits Rosulullah SAW :
إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ [يعني : الطاعون] بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْه
روى البخاري (5739) ، ومسلم (2219)
Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya . (HR. Bukhari & Muslim)

Luckdown tujuannya agar virus tak semakin menyebar luas hingga antara yang sakit dan sehat haruslah dipisahkan.

Negara mandiri, memiliki kesiapan dana yang memadai. Darimana dana yang ia miliki?

Yang jelas bukan dana pinjaman ke negara asing, apalagi hasil bisnis negara penuh ribawi. Semua diperoleh dari pengelolaan SDA yang baik, SDA melimpah ruah yang dimiliki tak dilepas lalu diprivatisasi atau diswastanisasi. Sehingga kas negara (Baitul maal) sangat cukup untuk memenuhi segala kebutuhan medis dan rakyat dalam menghadapi duka mendalam masa pandemi seperti ini.Wallahu ‘alam bishowab. GF/RIN/Lapan6 Group

*Penulis adalah Praktisi pendidikan, Revowriter Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini