“Sebuah gubuk tua yang berdiri di atas air laut dan dikelilingi dengan hutan Mangrov berdekatan dengan pasar rakyat Sidangoli ini, tidak membuat ibu Yati berhenti untuk menggalang dukungan masyarakat dan menjual krepek pisang untuk anaknya Gunawan Muharjan,”
Sidangoli | Halbar | Malut | Lapan6Online : Manusia dilahirkan ke dunia yang indah ini oleh seorang wanita tangguh dan hebat, yakni seorang ibu. Ibu bukanlah wanita yang hanya melahirkan anaknya ke dunia, tetapi ibu juga merupakan wanita yang rela berjuang, berkorban untuk anak-anaknya. Rela berkorban perasaan, pikiran dan tenaga. Ibu merupakan mentari untuk anak-anaknya. Sinarnya akan selalu menghangatkan.
Demikian juga dengan Nurhayati Abdullah sapaan ibu Yati, ibu kandung dari Gunawan Muharjan (LIDA 2020,red) dengan profesinya menjual kayu bakar di Pasar Sidangoli. Perempuan berusia 50 tahun ini pun turut menggalang dana bersama dengan masyarakat Sidangoli yang tergabung dalam relawan Gunawan Muharjan dengan cara menjual krepek (Kripik,red) pisang untuk buah hatinya yang sementara ini berjibaku di Lida Dangdut Indosiar 2020.
Nurhayati Abdullah pasangan suami dari Ishak Kunup (Almarhum) yang dikaruniai tiga anak yakni anak pertama adalah Gunawan, kedua, Velly, dan ketiga, Vony.
Semasa kecil, Gunawan Muharjan sering sakit-sakitan, sehingga di rawat oleh Muharjan Kunup kakak dari Ishak Kunup. Maka dari situlah, Gunawan dibesarkan oleh istri Muharjan Kunup yang bernama Nafra.
Tidak semua anak yang sama seperti Gunawan Muharjan. Karena Gunawan Muharjan, memiliki dua orang ibu, yang satu orang ibu yang melahirkan dan satu lagi ibu yang membesarkan.
Atas restu orang tua itulah Gunawan bisa menunjukan kemampuan dan bakatnya tersendiri sehingga mengikuti Lida dangdut di Indosiar.
Sebagai anak, sehebatnya apa pun, tidak terlepas dari do’a dari sang ibu. Sukses tidaknya juga, tidak terlepas dari do’a ibu. Karena do,a sang ibu mampu menembus pada Arsy Allah SWT. Terlebih, Ibunda Gunawan, Bu Yati meskipun berprofesi menjual kayu bakar, tetapi semangat dan perjuangannya termasuk sukses membesarkan anak-anaknya.
Walaupun ibu Yati menempati sebuah gubuk tua yang berdiri di atas air laut dan dikelilingi dengan hutan mangrov berdekatan dengan pasar rakyat sidangoli ini, tidak membuat ibu yati berhenti untuk menggalang dukungan masyarakat dan menjual krepek pisang untuk anaknya Gunawan Muharjan.
Apakah ibu Yati pernah mengeluh? Tidak, ia bukanlah wanita yang lemah, karena ibu Yati akan berusaha kuat demi anak-anak yang dicintainya. Bagi ibu Yati anak merupakan permata hati dan harta yang paling berharga di dunia ini. melihat anaknya bahagia dan bisa mencapai apa yang diinginkannya merupakan kebahagian yang amat luar biasa bagi seorang ibu.
Kendatipun tidak bersama-sama atau mendampingi Gunawan Muharjan di Jakarta, tetapi iringan do’a selalu disampaikan untuk buah hatinya dan semoga di kuatkan kesehatan, iman dan sukses di Lida dangdut nanti.
Usaha, kerja keras, tetes keringat yang dikeluarkan oleh seorang ibu yati merupakan kehidupan untuk anak-anaknya. Ibu adalah sumber kekuatan. Jasa dan pengorbanannya tidak bisa dibalas meskipun itu dengan sekarung emas sekalipun.
Namun meskipun begitu, Gunawan telah bertekad, berbakti kepadanya, membahagiakan dan membuat Ibundanya bangga. Demikian Gunawan Muharjan yang dikenal dengan “Gunawan Sidangoli”. (KhaVul/Ota-red)