Jakarta | Lapan6online.com | Tindakan salah satu Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini menuai kritikan. Ia adalah Andi Taufan Garuda Putra.
Andi ketahuan mengirim surat berkop sekretariat kabinet kepada seluruh camat di Indonesia. Melalui surat tersebut, Lulusan Harvard Kennedy School untuk Master of Public Administration tahun 2016 ini meminta dukungan kepada seluruh camat untuk Relawan Desa Lawan Covid-19.
Program ini diinisiasi Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang bekerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Masalahnya, Andi merupakan bos PT Amartha.
Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie menilai tindakan Andi yang mengirim surat berkop Seretariat Kabinet kepada camat seluruh Indonesia merupakan maladministrasi. Pada dasarnya, tugas staf khusus memberikan masukan kepada presiden bukan membuat surat keluar maupun surat edaran.
“Tindakan tersebut merupakan maladministarsi karena melampaui kewenangan. Ada potensi konflik kepentingan karena perusahaan yang dimaskud stafsus tersebut dalam surat kepada camat adalah di mana perusahaan stafus tersebut mempunyai peran di sana, jadi ada potensi konflik kepentingan,” ujarnya.
Selain Andi, sejumlah Stafsus Milenial Jokowi lainnya memiliki perusahaan.
Berikut deretannya:
Putri Tanjung
Stafsus Milenial Jokowi, Putri Tanjung memiliki bisnis yang bergerak di bidang event organizer (EO). Putri sulung dari pengusaha kaya raya Chairul Tanjung ini mulai menekuni bisnis sejak berusia 17 tahun.
Pertama kali saat mengekspansi bisnisnya, event organizer dan agensi Putri Tanjung bernama Creativepreneur Event Creator. Sumber dana bisnisnya pada saat itu berasal dari sponsor berbagai perusahaan.
Lima tahun berjalan, Putri Tanjung menyebut banyak perusahaan yang memakai jasa agensi nya. Bahkan ada beberapa milenial yang termotivasi dan menjadi pengusaha dari penyelenggaran acara Creativepreneur.
Adamas Belva Syah Devara
Tak kalah dari Putri Tanjung, bisnis Stafsus Milenial Jokowi, Adamas Belva Syah Devara juga terbilang cemerlang. Belva merupakan pendiri dan Direktur Utama (CEO) dari perusahaan startup di bidang pendidikan dan teknologi terbesar di Indonesia, Ruangguru. Berdiri pada tahun 2014, Ruangguru kini berkembang pesat.
Satu tahun berjalan di bawah kepemimpinan Belva, Ruangguru sudah menjangkau lebih dari 10 juta siswa dan 150.000 guru. Selain pada sektor pendidikan formal di SD, SMP, dan SMA, Belva juga mengekspansi bisnis Ruangguru untuk menyasar sektor korporat dan pemerintah.
Pada tahun 2017, Belva terpilih sebagai salah satu dari 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine.
Ayu Kartika Dewi
Sementara Stafsus Milenial Jokowi Ayu Kartika Dewi merupakan Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura. Ia juga sebagai Initiator dan Co-Founder dari organisasi SabangMerauke.
Organisasi tersebut menyelenggarakan program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia. Ayu mendirikan organisasi ini sekitar 2010-2011 diilhami dengan pengalamannya ketika menjadi guru SD di pelosok Maluku Utara. Saat ini Ayu menjabat sebagai mentor pada Board of Directors SabangMerauke.
Ayu juga merupakan Direktur Pelaksana Indika Foundation. Indika Foundation berfokus pada menciptakan dampak dalam pendidikan perdamaian dan pembangunan karakter. Demikian dilansir dari Liputan6.com
Angkie Yudistia
Angkie Yudistia merupakan salah satu Stafsus Milenial Jokowi. Sebelum ditunjuk jadi stafsus Kepala Negara, ia mendirikan Thisable Enterprise. Lembaga ini fokus pemberdayaan ekonomi kreatif bagi penyandang disabilitas.
Perusahaan yang didirikan Angkie menyediakan banyak program peningkatan keahlian. Thisable Enterprise telah menjalin kerja sama dengan perusahaan Swasta, Negeri, serta BUMN untuk penyerapan tenaga kerja.
Hingga saat ini, sudah lebih dari 7.000 penyandang disabilitas yang mendaftarkan diri dan siap bekerja di perusahaan wanita dua anak itu. Mulai tahun 2017, Thisable Enterprise telah menjadi business partner dengan Go-Life dari Go-Jek.
Andi Taufan Garuda
Stafsus Milenial Jokowi, Andi Taufan Garuda adalah pendiri lembaga Peer to Peer Lending bernama Amartha. Taufan mendirikan Amartha dari modal Rp10 juta.
Ia mendirikan Amartha untuk memberikan akses keuangan kepada masyarakat desa yang selalu terlibat utang dengan rentenir. Melalui pendekatan sosial bisnis, Taufan membuat lembaga keuangan dengan sistem yang mudah menggunakan pola pembiayaan kelompok.
Ia menerapkan pembiayaan berbasis kelompok atau Model Grameen, satu kelompok terdiri dari 15 hingga 25 ribu. Taufan menilai sistem tersebut baik untuk monitoring pembayaran dan meminimalisasi risiko gagal bayar. (Merdeka)