Jakarta | Lapan6online.com | Kematian demi kematian terus menyeruak diantara korban positif corona yang dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Tiap harinya bisa 15 orang korban pandemik corona dimakamkan di TPU tersebut.
Diungkap langsung oleh Nali (45) salah satu petugas pemakaman dari Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Timur yang bertugas memakamkan jenazah korban virus corona, dalam dua minggu terakhir ini saja dirinya bisa menguburkan jenazah korban COVID-19 lebih dari 10 jenazah perharinya.
“9 pak (jenazah hari ini), 10 ini sama barusan. Nanti 8 (jenazah) lagi dateng,” kata dia awal bulan April 2020 ini.
16 Hari kemudian, Korban virus corona terus bertambah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan per Rabu (15/4/2020) kasus positif COVID-19 mencapai 5.136 dengan 469 di antaranya meninggal dunia.
Ratusan korban meninggal karena virus corona ini tentu meninggalkan duka terdalam bukan hanya dari keluarga, tetapi juga dari sopir ambulans pengantar jenazah.
Seperti dialami oleh Muhammad Nursyamsurya, petugas mobil ambulans jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Pemprov DKI Jakarta. Ia pun menceritakan pengalaman sedihnya yang harus dilalui setiap hari ketika mengantar puluhan jenazah di tengah pandemi corona.
Seperti dilansir detik.com, pada acara Mata Najwa yang tayang di Trans7, Rabu malam (15/4/2020), pria yang akrab disapa Pak Syam ini mengungkapkan tugasnya mengantarkan dan mengurus jenazah dengan keterangan penyakit menular di seluruh Jakarta. Sejak adanya pandemi virus corona, Pak Syam setiap harinya bisa memakamkan puluhan jenazah.
Pak Syam pun mengaku merasa khawatir ketika ia dan timnya harus mengantar dan membantu memakamkan jenazah COVID-19. Namun, kian lama rasa khawatir akan dirinya sendiri berubah menjadi kesedihan karena melihat semakin banyak yang meninggal.
“Pertama itu memang tugas dan harus menjalankan itu, rasa khawatir memang ada. Tapi, bertambahnya hari ke hari yang meninggal membuat kami sedih. Awalnya biasa dari tanggal enam sudah menjalankan, semakin hari semakin bertambah,” cerita Pak Syam.
Sopir mobil jenazah ini pun sangat menyayangkan sikap masyarakat Jakarta yang masih tak peduli di tengah pandemi corona ini. Menurutnya, jalanan di Jakarta yang masih macet, dan masyarakat yang tak mengindahkan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah, dapat memperburuk keadaan.
“Seharusnya mereka tahu, jalanan Jakarta itu masih penuh, masih macet, harusnya mereka tahu apa yang kami kerjakan sekarang, kami memakamkan jenazah ini tiap hari bertambah. Tolong ikuti instruksi dari pemerintah. Diam di rumah, kurangilah pekerjaan kami. Sedih melihatnya setiap hari. Jalanan Jakarta masih macet,” cerita Pak Syam.
Bahkan jika bisa, ia mengaku ingin berteriak ke masyarakat agar mereka sadar jika virus corona ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Pak Syam pun lagi-lagi meminta tolong agar masyarakat tidak keluar rumah demi mencegah penyebaran virus corona.
“Saya ingin naik pakai tronton teriak di jalanan kepada masyarakat, ayo tolong kalian diam di rumah, tolong ikuti anjuran pemerintah. Kalau kalian tahu berapa banyak jenazah yang kami makamkan tiap hari, pasti kalian akan sedih, karena jenazah itu nggak ada yang diantar, nggak ada yang didoain, langsung masuk ke liang lahat. Saya minta tolong kepada masyarakat tetap di rumah. Ikuti anjuran pemerintah,” jelasnya.
Setiap harinya Pak Syam harus menerima puluhan telepon untuk mengantarkan jenazah yang harus dilayani dengan protap COVID-19. Sambil menangis, ia mengaku sangat sedih dengan situasi yang dihadapinya, tapi masyarakat tidak ada yang mengerti.
“Ini nggak jelas, sampai kapan kita harus seperti ini, kehidupan seperti ini kita nggak tahu. Sebentar lagi bulan puasa, ingin taraweh berjamaah, ingin idul fitri, tolong buat masyarakat diam di rumah sebentar saja, 14 hari. Sebentar lagi kita puasa minta tolong, kami memakamkan jenazah-jenazah ini sudah puluhan tiap hari. Minta tolong, kita juga punya keluarga, kita punya kehidupan. Minta tolong kepada masyarakat untung diam di rumah, saya ingin teriak di jalanan, di lampu merah masih macet, dini hari masih macet. Masyarakat nggak ada yang mengerti,”imbuh Pak Syam.
(*/RedHuge/Lapan6online)