“Mereka mencari perlindungan dari tempatnya yang biasa di bawah tanah, ingin berkeluh kesah dan minta perlindungan ke Kangmas Jokowi di Solo,”
Jakarta | Lapan6online.com | Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono tanggapi langsung fenomena munculnya cacing tanah massal ke permukaan yang terjadi di Solo dan Klaten, Jawa Tengah, Sabtu kemarin (18/4/2020).
Arief meyakini munculnya cacing tanah itu membawa pesan khusus untuk Jokowi dan tak bisa dipandang sebelah mata.
“Mereka mencari perlindungan dari tempatnya yang biasa di bawah tanah, ingin berkeluh kesah dan minta perlindungan ke Kangmas Jokowi di Solo,” ujar Arief Poyuono seperti dikutip lapan6online dari situs politik RMOL.id, Minggu (19/4/2020).
Bukan itu saja. menurut Arief, kemunculan cacing ini juga jadi tanda- tanda alam yang mengingatkan Jokowi. Mulai dari keliling Jokowi yang dihuni orang-orang sombong dan tidak baik bagi pemerintahan, hingga mengingatkan mantan walikota Solo itu untuk tidak meninggalkan teman-teman lama.
“Orang-orang yang selama ini setia dan membantu mendudukkan Joko Widodo jadi presiden,” terang Arif Poyuono.
Cacing-cacing itu mungkin saja, sambungnya, ingin menyadarkan Jokowi untuk lebih banyak turun ke bawah mendengarkan keluh kesah rakyat seperti dulu. Ini lantaran rakyat mulai menderita akibat wabah Covid-19.
“Ini artinya rakyat sudah susah banget. Kangmas Joko Widodo harus sadar dan eling,” tutupnya.
Pertanda Gempa?
Sebelumnya, banyak pihak yang mengkaitkan kemunculan cacing itu sebagai pertanda terjadinya gempa besar. Namun dalam keterangannya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut kemunculan ratusan cacing ke permukaan belum dapat dipastikan sebagai pertanda akan terjadi gempa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, fenomena cacing di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah lain beserta data anomali prekursor.
Namun, dia mengatakan, isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak berdasar.
Menurut dia, beberapa peristiwa gempa merusak di dunia, di antaranya diawali adanya gejala alamiah, berupa kemunculan cacing tanah secara masal. Di Taiwan, kemunculan cacing tanah dilaporkan pada 10 hari menjelang gempa Chi Chi pada 1999. Pada peristiwa gempa Haicheng, Tiongkok pada 1975, beberapa hari sebelumnya juga dilaporkan ada kemunculan cacing tanah yang sangat banyak ke permukaan tanah.
”Jika tidak ada data dukung penguat lain, munculnya cacing secara masal ke permukaan diduga diakibatkan perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak, termasuk kemungkinan terpapar bahan kimia, seperti disinfektan dan lain-lain,” ujar Daryono.
Namun demikian karena wilayah Indonesia memang rawan gempa, menurut dia, sebaiknya masyarakat harus selalu waspada, mengingat peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan belum dapat diprediksi.
(*/RedHuge/Lapan6online)