“Bukan maksud menambah beban bagi ibu, justru seperti itulah idealnya sosok ibu dalam pandangan Islam. Seorang ibu adalah pengajar pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dari dalam kandungan, ibu memulai didikannya kepada anak-anaknya,”
Oleh: Sandhi Indrati
Jakarta | Lapan6Online | Pelaksanaan home learning atau belajar di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19 sudah memasuki bulan kedua. Tentu saja, semakin panjangnya masa kegiatan home learning menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua terutama seorang ibu. Pasalnya, selama wabah ini kerjaan ibu jadi bertambah. Tidak hanya sebagai seorang istri yang wajib melayani suami dalam kebutuhannya, tetapi juga membantu pelajaran anak-anak mereka dan lain sebagainya.
Dengan program pendidikan yang dilaksanakan di rumah, seorang ibu harus berusaha mengimplementasikan dan menggantikan sementara tugas guru sebagai pendidik di sekolahnya untuk dialihkan di rumah. Dengan segala kemampuan dan pengetahuannya serta pembagian waktu yang mungkin menjadi tidak seperti biasanya, ibu ‘dipaksa’ menjadi pengajar bagi putra-putrinya.
Bukan maksud menambah beban bagi ibu, justru seperti itulah idealnya sosok ibu dalam pandangan Islam. Seorang ibu adalah pengajar pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dari dalam kandungan, ibu memulai didikannya kepada anak-anaknya.
Sejak seorang anak dilahirkan, ibu menjadi pengajar bagi anaknya. Misalnya tentang bahasa atau bicara, akhlak, adab, sopan santun, berhitung sederhana ketika sehari-hari di rumah, saling menyayangi sesama, mengajarkan cara mencuci tangan dan masih banyak lagi pembelajaran yang diberikan oleh ibu untuk anak-anaknya.
Tak ketinggalan, selama wabah ini ibu berperan juga sebagai pengawas dan pengendali gerak ‘warga’ rumah, karena himbauan pemerintah berupa pembatasan sosial berskala besar membutuhkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
Bahkan, ibu berperan pula menjadi ‘ahli gizi’ keluarganya. Dengan pengetahuannya serta memanfaatkan informasi dari segala sumber yang baik, pemenuhan nutrisi keluarga bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Urusan tentang nutrisi makanan keluarga membutuhkan kejelian dan kreativitas dari seorang ibu sebagai koki keluarganya. Semua itu diupayakan dengan harapan menjadikan sehat dan menjaga daya tahan tubuh anggota keluarga serta pendukung untuk semakin taat beribadah kepada Allah.
Dalam pandangan Islam, penyajian makanan selain tercukupinya nilai gizi bagi seluruh anggota keluarga diharuskan tetap memperhatikan prinsip halaal thayyib. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 168 yang artinya, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halaal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah- langkah setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.”
Dukungan seorang ibu yang lainnya dalam keluarga yaitu menjaga ketaatan anggota keluarga dalam menghadapi ujian ini. Ibu yang menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam beribadah kepada Allah dan menjadi penyemangat serta pendorong keluarganya untuk bersabar di masa sulit ini.
Seyogyanya ibu terlebih dahulu bahagia dan selalu dekat dengan Allah. Maka. Rasulullah memberikan penghargaan kepada ibu sebagaimana jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah SAW ketika seorang sahabat bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah seharusnya aku harus berbakti pertama kali? Nabi menjawab dengan ucapan ‘Ibumu’ sampai beliau ulangi tiga kali, baru kemudian yang keempat Nabi mengatakan kepada ‘Ayahmu.’ (HR Bukhari dan Muslim)
Dengan keutamaan hadits tersebut, saya mengajak kepada para ibu untuk mendoakan semoga Allah SWT segera mengakhiri wabah yang sedang melanda di negeri ini. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. Red
*Penulis adalah Perawat