“Penerapan system keprotokoleran kesehatan yang ketat, kita rasakan bersama langkah silaturrahmi antara sesama menjadi pendek,pertemuan sesama ditentukan jarak, bahkan keluar mencari nafkah kehidupan menjadi sempit,”
Oleh : Ongky Nyong, SS.,SH
Jakarta | Lapan6Online | Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu datangnya dari Allah SWT. Dan Bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena kesalahan dirimu sendiri.(Q.S. An-Nisaa:79).
Kita semua sadar bahwa negeri ini silih berganti dilanda bencana, bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, kebakaran, gunung meletus, banjir dimana-mana, gempa bumi yang menelan ratusan bahkan ribuan nyawa serta kehilangan harta benda, dan hari ini kita dilanda pula Bencana Non Alam yang membuat seantero mata dunia mengangak termasuk Indonesia yaitu satu jenis wabah penyakit menular yang secara resmi diumumkan nama penyakit oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Februari 2020 dengan sebutan “COVID – 19“.
Untuk Indonesia bencana non alam wabah penyakit menular (covid-19) telah mengorbankan sebanyak 7.418 jiwa kasus positif covid-19 yang tersebar di 34 Propinsi dan 635 jiwa telah meninggal dunia serta 913 Jiwa dinyatakan sembuh dari penularan covid-19.
Telah banyak pula pakar yang membuat analisa puncak penularan berbeda-beda, ada yang memprediksi puncak penularan pada bulan mei, ada juga yang memprediksi puncak penularan covid-19 pada bulan juni bahkan juli 2020. Kita sadar pula bahwa penyakit ini bukan hanya menelan korban jiwa namun juga menelan anggaran Negara mulai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah(APBD) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa(APBDes) yang cukup besar.
Pempatasan social diterapkan, bahkan pembatasan social berskala besar (PSBB) diterapkan dibeberapa daerah terutama daerah yang telah divonis sebagai zona merah, penerapan system keprotokoleran kesehatan yang ketat, kita rasakan bersama langkah silaturrahmi antara sesama menjadi pendek,pertemuan sesama ditentukan jarak, bahkan keluar mencari nafkah kehidupan menjadi sempit.
Sebagai hambah Allah yang beriman tentunya kita percaya dan yakin atas ketentuan Allah dalam qur’an surah An-nisaa ayat (79) sebagaimana penulis sebutkan diawal tulisan ini bahwa dengan tegas Allah berfirman :”Dan Bencana apa saja yang menimpa dirimu,maka itu karena kesalahan dirimu sendiri”. dari sinilah kita menyadari, kembali merenungkan atau mengintrospeksi diri kita masing-masing atas segala kesalahan yang kita perbuat selama ini.
Bencana ini sebagai instrumenm untuk kita membenahi langkah hidup kita yang salah selama ini dan bencana ini menjadi dorongan untuk kita bertaubatdan memohon ampun kepada Allah SWT.
Siapapun yang memiliki nikmat akal dan jiwa yang sehat, maka pasti dia akan menjadikan bencana ini untuk berusaha merubah hidupnya lebih baik yaitu jalan hidup yang diridhoi Allah SWT berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul SAW. Agar kita bisa merubah jalan hidup yang terbaik, tentunya kita membutuhkan sarana pendidikan rohaniah yang terbaik pula.
Allahu Akbar dengan kebesaran dan Kasih Sayang Allah SWT kepada kita ditengah bencana ini, Allah menghendaki kita berjumpa dengan bulan suci Ramadhan, bulan ini Allah jadikan sebagai madrasah untuk kita di didik didalamnya selama satu bulan, kita diperintahkan untuk bersungguh – sungguh melaksanakan Ibadah dan segala amalan kebajikan dengan janji Allah kita akan kembali menjadi manusia suci dari segala dosa bahkan sesuci bayi yang baru dilahirkan.
Dengan bencana kita sadar, ditengah kesadaran kita Allah kehendaki kita diperjumpakan dengan bulan suci Ramadhan, maka didalam madrasah ramadhan ini kita berusaha merubah bencana ini menjadi anugrah termahal yaitu murka Allah menjadi Ridho Allah asalkan kita melaksanakan Ibadah dan Amalan Ramadhan sesuai dengan ketentuan panduan Allah dan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Di Madrasah Ramadhan inilah hawa nafsu kita tundukkan, lisan kita tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik, langkah kaki kita tidak melangkah kecuali melangkah menuju Ridho Allah, tangan kita tidak akan memegang kecuali sesuatu yang Allah benarkan, Telinga kita tidak akan mendengar kecuali mendengar sesuatu yang diridhoi Allah, Mata kita tidak tidak melihat kecuali melihat sesuatu yang dihalalkan Allah dan Hati kita tidak akan diisi dengan segala bentuk penyakit- penyakit hati kecuali kita isi dengan Iman Kepada Allah Azza Wajalla.
Janji Allah Azza Wajalla ketika kita mampu melaksanakan kewajiban Ibadah dan Amalan Ramadhan sesuai panduan dan petunjuk Allah Dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Maka tidak ada predikat yang lebih termahal kecuali Hambah Allah yang TAQWA, Allah berfirman (yang artinya) : “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” [Q.S. Al-Baqarah : 183].
Diakhir tulisan ini penulis hendak mengajak kepada kita semua, bahwa ditengah penerapan protokoler kesehatan diantaranya Stay At Home dengan tujuan untuk memutus mata rantai penularan covid-19 maka kita jadikan kesempatan ini untuk kita bisa pelihara kesucian ibadah puasa kita, kesempatan bagi kita memperbanyak dzikir kepada Allah Azza Wajalla dan kesempatan bagi kita tilawah qur’an karena bulan ramadhan adalah bulan Al-Qur’an serta kita berusaha memahami isi dari Al-quran sebagai sejatinya ilmu, dengan demikian Ibadah Puasa kita berkualitas dan akhirnya kita memiliki pribadi – pribadi yang mulia disisi Allah Azza Wajalla, akhir kalimat penulis juga mengucapkan Selamat Memasuki dan Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan. ****