Andi Lapa SE.MM, Sang Penulis Buku “Gusti Allah Mboten Sare”

0
220
Buku “Gusti Allah Mboten Sare”/Foto : Ist
“Bagi yang mampu janganlah belanja kebutuhan pokok secara berlebihan kecuali untuk dibagikan kepada orang lain. Jangan berfoya foya terhadap bahan pangan padahal yang dimakan tidak seberapa. Tumbuhkan empati untuk berbagi, masih ada hari esok yang bisa jadi justru mereka yang saat ini kekurangan akan menjadi penolong bagi yang mampu,”

Jakarta | Lapan6Online | Di tengah kesibukan mengurusi berbagai usaha, Andi Lapa. SE.MM, yang akrab dipanggil Andi Abi Abdullah (AAA), ayah kelahiran Pekalongan, 14 Oktober 1976 dengan 2 orang putra dan 2 orang putri ini, telah berhasil me-launching sebuah buku sebagai karya perdananya, “Gusti Allah Mboten Sare”.

Bagaimana awal mula beliau interest menulis sampai berhasil memiliki karya di tengah kesibukannya sebagai wirausahawan?

Apa dan bagaimana filosofi terbitnya buku tersebut? Bagaimana pandangan dan pesan beliau terhadap kondisi masyarakat di tengah pandemi?

Apa harapan dan saran beliau terhadap penguasa sebagai penanggung jawab terbesar kondisi ini? Simak wawancara khusus dengannya via WhatsApp, semoga menjadi inspirasi.

Dalam obrolan khusus melalui hubungan selular, Penulis menuturkan awal mula tertarik menulis ketika sedang membaca buku “la Tahzan” karangan Dr. Aid Al-qorni pada tahun 2012. Saat itulah katanya terlintas dalam fikirannya untuk menulis sebuah buku.

Andi Lapa. SE.MM, yang akrab dipanggil Andi Abi Abdullah (AAA) Sang Penulis Buku “Gusti Allah Mboten Sare”/Foto : Ist.

“Ketika nanti meninggal, dengan apa anak anak akan mengenang saya, dengan apa mereka akan melepas rindu selain mendoakan, muncul ide untuk mulai membuat tulisan kecil yang saya simpan di blogspot dengan nama andiabiabdullah.blogspot.com”.

Cukup sederhana tujuannya, bukan untuk dibaca banyak orang, melainkan hanya untuk dibaca anak-anaknya, agar kelak tetap merasakan hadirnya orang tua ketika telah tiada, sejak saat itulah ia rajin menulis di blogspot.

Namun, teman-teman di sekitarnya-pun menyarankan agar tulisannya di share ke komunitas yang lebih luas. Akhirnya beliau mencoba men-share tulisan ke medsos agar lebih banyak orang mengambil manfaatnya.

“Ternyata banyak yang merespon positif tulisan kecil saya, bahkan banyak beredar dengan dihilangkan nama penulisnya, bahkan ada beberapa yang diganti nama penulisnya, tapi buat saya tidak ada masalah, karena yang terpenting ada yang mengambil manfaat dari tulisan tersebut”

Bahkan masukan dari teman-teman kian kuat, agar tulisannya dibukukan dan jadilah buku berjudul “Gusti Allah Mboten Sare”

Andi Abi Abdullah-pun menyampaikan bahwa “tujuan dibukukan tulisan kecilnya ini, bukan karena akan menjadi bisnis. Tetapi dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, medsos akan mudah hilang. Tetapi kalau buku, insyaAllah akan ada sampai kapanpun”.

Adapun filosofi terbitnya buku tersebut adalah diambil dari salah satu tulisan pendek di dalam buku tersebut. Pertimbangannya adalah bahwa kehidupan yang kita jalani dengan segala permasalahannya, semua dalam genggaman kekuasaan Allah SWT.

Allah SWT tahu segala persoalan yang kita hadapi sehingga tidak mungkin ada satu kesulitan yang lepas dari pandangan Allah SWT, sehingga kita tidak mampu menyelesaikannya.

Selama kita berserah diri dan bertawakal kepada Allah maka semua persoalan menjadi mudah, ada jalan keluar yang Allah siapkan, karena Allah tidak akan pernah lalai, Gusti Allah Mboten Sare, Allah tidak pernah tidur sehingga setiap kejadian sekecil apapun ada dalam genggamanNya.

Buku ini lebih banyak bercerita tentang muhasabah diri, tentang bagaimana mengelola hati agar selalu ada di jalan Allah, mengambil hikmah dari kejadian sekitar kita untuk dijadikan pelajaran, mengambil ibroh dari peristiwa yang terjadi untuk lebih menguatkan keimanan kita.

Sangat bagus untuk orang yang sedang galau, mencari pegangan dari persoalan hidup yang tak kunjung selesai. Juga cocok untuk mereka yang sedang belajar dari awal mengenal Allah, mengenal syariat islam, karena dikemas dengan bahasa sederhana, tentang kehidupan sehari hari sehingga “renyah untuk di kunyah” siapapun dengan santai.

“Gusti Allah Mboten Sari” terdiri dari 68 judul tulisan pendek, selain berbicara tentang hikmah tauhid juga tentang pergaulan, keluarga, dakwah, dan sedikit menyentuh sisi politik keislaman. Sengaja diramu dari berbagai latar persoalan agar pembaca tidak bosan selama membaca buku ini. Terkadang santai, terkadang serius, terkadang mengajak merenung, saat yang lain mengajak tertawa, namun juga beberapa artikel membuat kita menangis.

Intinya buku ini mencoba mengajak pembaca untuk memaknai seluruh peristiwa hidup dengan segala pernak perniknya.

Andi Abi Abdullah (AAA) yang memiliki motto hidup _*berbuat baik dan lupakan, biarlah malaikat yang mencatatnya di buku catatan amal*_, juga berpendapat terkait kondisi terkini, bahwa pandemi covid-19 yang sedang kita hadapi ini, bukanlah persoalan perseorangan, bukan persoalan satu bangsa, tapi telah menjadi persoalan global seluruh dunia. Tidak ada satu daunpun jatuh tanpa seizin Allah, apalagi pandemi yang begitu besar ini.

Adapun langkah-langkah yang Andi Abi Abdullah (AAA) sampaikan di antaranya:
Pertama, yang harus kita lakukan adalah melakukan pertobatan massal, mari kita bersama sama introspeksi diri, kesalahan apa yang telah kita lakukan hingga Allah memberikan teguran seperti ini.

Tidak mungkin ini adalah ujian Allah, karena ujian hanya diberikan kepada orang yang beriman, ujian diberikan untuk memilah dan memilih siapa yang layak diangkat derajatnya oleh Allah.

Tapi pandemi ini mengenai seluruh umat manusia, tanpa peduli agama dan keimanan mereka, sehingga saya yakin ini adalah cara Allah menegur kita agar memperbaiki tauhid dan keimanan kita.

Kedua, mari kita perbaiki prilaku hidup kita agar lebih bersih dan sehat , karena dengan prilaku bersih dan sehat kita bisa menghindarkan diri dari wabah ini. Islam mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan, bahkan dalam sebuah hadistnya Rasulullah menjanjikan surga bagi orang yang menjaga kebersihan/suci.

“Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang yang suci.” (HR. Baihaqi)_.

Ketiga, dampak terparah dari pandemi ini adalah soal pangan, kita ketahui bersama bahwa masih banyak masyarakat yang menggantungkan rejeki hidupnya hari perhari. Adanya pandemi ini dengan intruksi pemerintah untuk #dirumahsaja berakibat banyak sector usaha yang langsung terhenti, artinya mereka yang bergantung pada sector tersebut otomatis tidak ada pemasukan. Sudah seharusnya pemerintah ketika membuat kebijakan sekaligus dengan dampak akibatnya, artinya golongan masyarakat yang terdampak harus mendapatkan kebutuhan pangannya dari pemerintah.

Keempat, kita sebagai muslim juga harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap tetangga kita. Baik secara perorangan maupun berkelompok membantu tetangga terdampak, membantu dengan memberikan bahan pangan kepada mereka semampunya, agar kita bisa bersama sama selamat menghadapi pandemi ini.

Yang tak kalah penting, bagi yang mampu janganlah belanja kebutuhan pokok secara berlebihan kecuali untuk dibagikan kepada orang lain. Jangan berfoya foya terhadap bahan pangan padahal yang dimakan tidak seberapa. Tumbuhkan empati untuk berbagi, masih ada hari esok yang bisa jadi justru mereka yang saat ini kekurangan akan menjadi penolong bagi yang mampu.

Kelima, Himbauan #dirumahsaja termasuk didalamnya adalah soal ibadah sholat, berakibat seluruh keluarga harus menjalankan ibadah dirumah masing masing. Ini adalah kesempatan besar bagi orang tua untuk lebih dekat dengan anak, kesempatan untuk mengenal dengan baik kualitas ibadah anak masing masing.

Selanjutnya pesan AAA terhadap seluruh orang tua, agar kita senantiasa mengajak dan memberi contoh kepada anak untuk mengisi romadon kali ini menjadi lebih bermakna. Perbanyak tilawah qur’an, murojaah hafalan, dan pandai pandailah sebagai orang tua memanfaatkan momen bercengkrama untuk menyampaikan pesan Alqur’an, pesan Rasulullah sebagai tauladan sehingga tanpa terasa kita telah menjadikan keluarga sebagai “pesantren” dimasa pandemi ini.

Jangan lepas secara bebas kegiatan anak selama #dirumahsaja sehingga tak memiliki nilai apa apa, namun isi dengan aktifitas bersama yang mengasikkan, tidak membuat anak anak bosan, tapi juga proses penanaman akidah dan penguatan syariat islam tetap berjalan.

Bagi umat islam, masa pandemi dibulan romadon ini, adalah saat terbaik kita untuk memahami esensi dari penghambaan kepada Allah dan saat terbaik untuk memahami hakekat dari beribadah kepada Allah. Mungkin selama ini kita sibuk dengan ritualnya tanpa peduli dengan esensi ibadah tersebut. Mungkin selama ini kita rame dengan hiruk pikuk prosesi ibadah namun jauh dari makna sesungguhnya ibadah tersebut.

Inilah waktunya kita belajar lebih dalam lagi, kita fahami arti puasa tidak sekedar menahan lapar dan haus sementara waktu, namun bagaimana menahan diri agar kedepannya bisa menahan dari apa yang dilarang Allah.

Romadon kemarin, kita berlomba melakukan berbagai peribadahan karena diganjar Allah dengan pahala berlipat. Romadon kali ini, kita harus lebih baik lagi, perbaiki ibadah, kita berlari menggapai keberkahan ridhoNya, dengannya kita buktikan bahwa kita adalah hambaNya. Pengakuan dan bukti penghambaan inilah merupakan iman tertinggi bagi kita manusia.

Harapan saya kepada pemerintah terkait pandemi, lakukan evaluasi kembali atas prioritas program yang dijalankan. Pemerintah harus bisa dan berani memutuskan untuk menyelamatkan hak hidup warganya.

“Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” (QS. 5 : 32).

Apa yang dijalankan pemerintah hanya lebih kepada penyelamatan sektor ekonomi, sementara sangat membahayakan bagi nyawa warga negara.

Keinginan untuk memutus rantai penyebaran covid 19 dijalankan setengah setengah, masyarakat hanya diberikan himbauan #dirumahsaja tapi sector usaha tetap buka sehingga masyarakat tetap keluar rumah, penegakan disiplin juga sangat kurang sehingga warga acuh atas himbauan tersebut.

Harapan AAA tersebut, menjadi perwakilan harapan kita semua, yaitu seharusnya pemerintah berani untuk bersikap tegas, hentikan semua aktifitas dan usaha, semua tinggal dirumah, alihkan rencana pembiayaan pembangunan untuk memberikan bahan pangan bagi warga Negara, insyaAllah kita bisa segera terlepas dari pandemi ini.

Demikianlah sekelumit wawancata dan profil Andi Abi Abdullah (AAA) sang penulis “Gusti Allah Mboten Sare” dan pendapatnya terkait masalah bangsa ditengah pandemi serta responnya terhadap kebijakan penguasa.

Bagi teman-teman yang ingin memperkaya wawasan tentang Islam, dan ingin mendapatkan buku bergizi ini, segera pesan ke no.WA +62 818151687.

*Pewawancara,
Hawilawati, S.Pd

*GF/RIN/Lapan6 Group

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini