“Persoalan multidimensi yang menyelimuti negeri ini berupa kemiskinan, kelaparan, kriminalitas, dan masalah lainnya seharusnya menjadikan setiap muslim melakukan muhasabah akbar,”
Oleh : Maretika Handrayani, S.P
Jakarta | Lapan6Online : Fajar Ramadan kembali merekah. Bagi kaum Muslimin, Ramadan tentu menjadi momentum yang sangat dinanti kehadirannya sebab banyak keutamaan dan keberkahan yang dapat diraih. Meski Ramadan tahun ini diselimuti pandemi dan berbeda dengan Ramadan –Ramadan sebelumnya, namun spirit kebaikan Ramadan tentu tidak boleh ditinggalkan.
Munculnya pandemi dan beragam persoalan multidimensi yang menyelimuti negeri ini berupa kemiskinan, kelaparan, kriminalitas, dan masalah lainnya seharusnya menjadikan setiap muslim melakukan muhasabah akbar. Baik muhasabah secara individu maupun secara kolektif yang mencakup masyarakat juga negara.
Sebab Hadirnya Problematika
Maha benar Allah ‘Azza wa Jalla yang berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al-Rûm [30]: 41).
Ayat ini mengandung petunjuk agung dari Allah SWT bahwa setiap kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan kemaksiatan manusia, dengan menekankan pada apa yang telah dilakukan oleh kedua tangannya (bi mâ kasabat aydi al-nâs).
Dalam persepektif ilmu balaghah (ilmu bayan), kalimat tersebut diungkapkan dengan ungkapan majazi (kiasan) yakni majaz mursal, dengan menyebutkan sebagian (yakni tangan) namun yang dimaksud adalah keseluruhan diri manusia (ithlaq al-juz’i wa iradat al-kull). Jelasnya ditafsirkan para ulama yakni oleh sebab kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.
Imam Abu al-‘Aliyah menjelaskan bahwa: “Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi, maka sungguh ia telah berbuat kerusakan di bumi, karena kebaikan bumi dan langit (bergantung) pada keta’atan.
Maka bila melihat kondisi negeri ini yang terus dikepung oleh beragam problem yang tak kunjung terselesaikan. Sebagiannya bahkan makin rumit. Semua itu adalah akibat kemaksiatan manusia mengabaikan hukum-hukum Allah dengan menerapkan sekulerisme kapitalisme yang memisahkan Islam dalam kehidupan.
Ketaatan Membawa Kemuliaan
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud, bahwa Rasulullah bersabda:
“Sungguh satu sanksi had yang ditegakkan di bumi lebih disukai bagi penduduk bumi daripada diturunkannya hujan kepada mereka selama 40 hari.”
Hadits ini menggambarkan pada kita bahwa tegaknya had (hukum Allah) akan mendatangkan kebahagiaan dan kemuliaan bagi penduduk bumi. Kebahagiannya bahkan melebihi kebahagian manusia apabila diberi rezeki berupa hujan selama 40 hari. Sebab selama had ditegakkan, maka manusia akan berhenti melakukan keharaman, sebuah alasan mendasar yang menjadikan hilangnya keberkahan dari langit dan bumi.
Allah SWT pun menyebutkan hikmah di balik peringatan berupa kerusakan di daratan dan lautan yang dirasakan manusia, yakni agar manusia kembali kepada jalan-Nya, ditandai dengan adanya huruf la’alla pada kalimat la’allahum yarji’un.
Al-Hafizh Ibn Katsir menjelaskan:
Allah SWT memperingatkan akibat di dunia maupun di akhirat dari pilihan meninggalkan syariah-Nya. Allah SWT berfirman:
“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (TQS Thaha [20]: 124).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan di dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm: “(Frasa) ‘man a’radha ‘an dzikrî’ bermakna: menyalahi ketentuan-Ku dan apa saja yang telah Aku turunkan kepada Rasul-Ku. Dia berpaling dan melupakannya. Dia mengambil yang lain sebagai petunjuknya.
(Frasa) ‘sungguh bagi dia penghidupan yang sempit’, yakni di dunia. Tidak ada ketenteraman bagi dia. Tidak ada kelapangan di dada (hati)-nya. Dadanya sempit dan berat karena kesesatannya meski lahiriahnya merasakan kenikmatan…”
Ramadan Saatnya Kembali ke Islam Kaffah
Setiap muslim pasti menginginkan hadirnya keberkahan juga terselesaikannya persoalan yang menjerat kehidupan, maka Ramadan sebagai bulan pengampunan ini adalah momentum yang tepat menjadi titik tolak taubat kolektif atas hadirnya beragam persoalan tersebut. Wujud taubat hakiki adalah dengan kembali kepada Allah, menerapkan aturan dan hukum-hukum Allah secara Kaffah (sempurna).
Karena hanya dengan taubat dan taat yang dapat menghantarkan pada solusi tuntas tidak hanya problem negeri ini tapi juga problem dunia serta membawa obat bagi pandemic covid 19.
Islam sebagai Dien yang sempurna telah memberi aturan yang solutif atas persoalan-persoalan yang ada, keberhasilan Islam menyelesaikan persoalan wabah, juga dalam menjamin kesejahteraan dan kemuliaan hidup manusia telah terbukti dan tertoreh dalam tinta sejarah. Islam yang diterapkan secara kaffah (sempurna) melalui institusi Khilafah telah membawa rahmat bagi seluruh penjuru dunia, kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Muslim dan non muslim.
Sudah seharusnya kaum Muslimin menyadari urgensitas penerapan syari’at Islam secara kaffah dan ikut memperjuangkan penerapannya. Karena hanya dengan Islam seluruh problematika manusia dapat terurai hingga ke akarnya, juga mendatangkan keberkahan dan keridhoan dari Allah SWT.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96). GF/RIN/Lapan6 Group