Nasib Penjual Masker Pasar Pramuka, Ramai Sesaat Kini Merana

0
94

Jakarta | Lapan6online.com : Ardi menerawang menatap etalase toko alat kesehatan (alkes) yang dijaganya sejak pagi hari tadi. Meski mengaku masih beruntung dapat memiliki pekerjaan, namun ia mulai was-was.

Pasalnya, virus corona yang mewabah belakangan ini telah membuat toko alat kesehatan yang ditunggunya di Pasar Pramuka ikut sepi. Kondisi tersebut membuatnya harus siap kalau sewaktu-waktu dirinya dirumahkan atau di PHK.

Pria berumur 20 tahunan itu bilang sehari ini hanya terjual 5 kotak (box) masker kesehatan. Padahal, saat virus corona mewabah, tokonya sempat mampu menjual masker kesehatan hingga berpuluh-puluh kotak.

Dia sebetulnya sudah memperkirakan hal tersebut. Pasalnya, sudah lebih dari 2 minggu lamanya alkes tak lagi menjadi primadona.

Menurutnya, peminat masker di tempatnya turun karena masyarakat telah beralih menggunakan produk serupa yang menggunakan bahan kain. Pasalnya, masker kain lebih murah, mudah didapat, dan bisa dipakai ulang.

Hal itu berbeda jika dibandingkan saat penyebaran virus corona. Saat itu, pembeli tak pernah mempermasalahkan harga. 

Dari pengakuan Ardi, saat virus corona baru masuk RI pada awal Maret, masker merek Sensi isi 50 pcs dihargai Rp400 ribu per kotaknya. Bisnis usaha tempat kerjanya pun tak lagi seperti pada pertengahan Maret yang sempat laris manis.

Kini, meski sekotak masker sensi isi 50 pcs dijual lebih murah di kisaran harga Rp360 ribu hingga Rp370 ribu per kotak namun ia susah menjual banyak. Tak hanya itu, untung yang didapat pun  tak banyak. Katanya, modalnya saja sudah Rp350 ribu per kotak.

Untuk itu, dia tak berani menyetok banyak-banyak. Ia mengaku tak bisa apa-apa sebab harga mahal didapatnya dari para distributor yang masih menjual harga masker kesehatan selangit.

Sementara untuk hand sanitizer malah sudah tak ada stok sejak sekitar 2 minggu yang lalu. Namun, dia tak khawatir kehilangan untung dari penjualan hand sanitizer, pasalnya, hampir tak ada juga pembeli yang menanyakan cairan pembunuh kuman itu.

Hand sanitizer sudah kosong dari distributor sejak kira-kira dua minggu lalu, yang cari sudah jarang juga sih,” katanya sembari terkekeh.

Meski sudah banyak toko-toko tetangga yang mulai merambah ke bisnis masker kain, namun Ardi bilang dirinya tak bisa melakukan hal yang sama akibat regulasi dari izin bisnis yang dimiliki.

“Toko ini tidak ada izin jual masker kain, ada kriteria khususnya juga, kami dibatasi hanya jual 85 item kebutuhan alkes,” kata dia.

Tak jauh dari di mana Ardi berjualan, pria yang biasanya lebih dikenal dengan Pak Aji menyatakan dirinya sudah 3 minggu ini tak memiliki stok masker kesehatan.

Mau tak mau dia hanya bisa menjual masker kain, sarung tangan, dan APD yang masih bisa didapatnya dari distributor. Pun begitu, dia tak terlalu merasa kehilangan karena menurutnya, pemerintah memperketat penjualan masker kesehatan di Pasar Pramuka dan menekan harga jual.

Dia ingat betul saat stok masih ada dan harga masker dapat dijualnya seharga Rp375 ribu per kotak isi 50pcs untuk berbagai merek pada pertengahan Maret hingga awal April lalu.

“Terakhir masih ada stok jual Rp375 ribu sekotak, langsung diserbu orang,” ungkapnya.

“Pernah jual berkarton-karton isi 50 box pas Februari ke orang China dan Korea. Pas Maret lagi butuh dan harga tinggi malah tidak cukup jual. Pengecer ini sebetulnya tidak untung banyak, distributor ini yang main (harga),” ungkapnya.

Pria berusia lebih dari setengah abad tersebut pun kini harus menyaksikan rekan dagangnya berguguran dan gulung tikar karena tak mampu menjual harga seharga yang ditetapkan pemerintah atau pun karena tak kebagian stok yang dapat diperdagangkan.

Dia pun tak lagi berharap banyak dan hanya menggantungkan nasibnya pada penjualan masker kain seharga Rp 10ribu per lembar dan APD lainnya seadanya.

“Begini saja, jual seadanya apa yang ada, kalau rugi sih tidak hanya anjlok saja pendapatan,” kata dia.

Sumber: CNN Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini