Moskow | Lapan6online.com : Pemerintah Rusia melontarkan ancaman serangan nuklir terhadap Amerika Serikat (AS) jika Washington melakukan serangan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir berdaya rendah (low-yield) terhadap Moskow. Moskow menegaskan upaya untuk menggunakan senjata seperti itu terhadap Rusia akan memicu serangan nuklir balasan habis-habisan.
Jika menilik Kekuatan nuklir Rusia sejak runtuhnya Soviet, dengan sistem persenjataan yang sudah teruji di medan perang Suriah, Rusia bukan tak mungkin mampu mengungguli AS dalam konflik skala besar.
Diketahui, Rusia telah merampungkan modernisasi persenjataan nuklirnya. Fasilitas peluncuran Rudal (silo) Rusia nantinya akan mampu menahan serangan pertama, dengan melancarkan serangan balasan yang mematikan.
Rudal nuklir yang dimiliki Rusia saat ini
Menurut situs web Strategic Nuclear Weapons of Russia, seperti dikuti Lapan6online dari situs Russia Beyond (rbth.com) disebutkan, pada awal 2020, Rusia telah mengerahkan 532 kapal strategis yang mampu membawa hingga 2.100 hulu ledak nuklir.
Berikut adalah beberapa rudal nuklir yang dimiliki Angkatan Bersenjata Rusia saat ini:
- 46 rudal berat R-36M2 (SS-18);
- 2 sistem Avangard (rudal UR-100NUTTKh, SS-19 Mod 4);
- 45 sistem Topol bergerak (SS-25);
- 60 sistem Topol-M peluncuran silo (SS-27);
- 18 sistem Topol-M bergerak (SS-27);
- 135 sistem rudal RS-24 Yarsbergerak dan 14 peluncuran silo.
Dari rudal-rudal di atas, R-36M2 dan Topol akan dinonaktifkan dan digantikan oleh rudal Yars terbaru, yang akan ditempatkan di silo yang ditempati rudal yang lama, Selain itu, rudal tersebut juga akan dipasang pada peluncur bergerak dengan roda, serta roket Sarmat yang berat.
Yars
“Fitur utama Rudal baru adalah jalur terbang yang tidak dapat diprediksi oleh sistem pertahanan udara musuh. Dalam perjalanannya ke target, pola terbang Yars tidak seperti parabola yang menjadi ciri khas rudal pada umumnya, melainkan menggeliat seperti ular. Hal ini akan menyulitkan musuh dalam memprediksi target yang dituju,” jelas Dmitry Safonov, mantan analis militer untuk surat kabar Izvestia, kepada Russia Beyond.
Menurut Safonov, mesin rudal sama sekali tidak seperti pendahulunya. Yars tidak hanya meninggalkan silo pada kecepatan yang lebih tinggi, tetapi dapat terus mengubah ketinggian, arah, dan kecepatan di lapisan bawah atmosfer untuk membingungkan sistem pertahanan musuh.
“Fitur penting Yars lainnya adalah adanya enam hulu ledak berpemandu presisi, yang dapat melepaskan diri dalam penerbangan dan mengirim muatan mereka ke ‘alamatnya’,'” tambah Safonov.
Setiap hulu ledak dapat menghasilkan ledakan hingga 100 kiloton. Sebagai perbandingan, bom nuklir yang dijatuhkan oleh Amerika di Hiroshima dan Nagasaki menghasilkan ledakan lima kali lebih lemah (masing-masing sekitar 20 kiloton).
Sarmat
Rudal berbobot sekitar 100 ton ini memiliki jangkauan setidaknya 17.000 kilometer. Menurut para perancangnya, Sarmat dapat terbang ke sasaran bahkan melalui Kutub Selatan, tempat di mana tidak ada yang akan mengharapkannya, dan di mana tidak terdapat sistem pertahanan rudal.
“Senjata ini dapat bertahan dari serangan pertama oleh musuh, karena silo-nya dilindungi terhadap serangan rudal langsung. Terlebih lagi, sistem panduannya terlindung dari efek penonaktifan gelombang radio-magnetik,” terang Viktor Litovkin, Analis Militer Kantor Berita Rusia TASS kepada Russia Beyond.
Selain itu, Sarmat akan dilengkapi dengan tidak kurang dari 15 hulu ledak nuklir yang dipandu dengan presisi.
“Hulu ledak ini terletak di bagian dalam berdasarkan prinsip grapeshot (proyektil yang bukan merupakan elemen padat, tetapi susunan geometris peluru bundar yang dikemas dalam tas kanvas). Proyektil kemudian dilepas pada saat yang tepat, menjatuhkan sekelompok bom nuklir ke tanah dengan hasil ledakan hingga 300 kiloton,” tambah Litovkin.
Konflik dengan AS
Kemarahan Moskow dipicu dari sebuah makalah yang dirilis Departemen Luar Negeri AS pekan lalu. Makalah itu berargumen bahwa menyesuaikan hulu ledak nuklir berdaya rendah dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam akan membantu melawan potensi ancaman baru dari Rusia dan China.
Berulangkali Depertemen itu ini menuduh Moskow mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir non-strategis sebagai cara pemaksaan dalam konflik terbatas, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah Rusia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova, mengatakan langkah AS itu sebagai tindakan berbahaya, tindakan destabilisasi dan upaya mengaburkan secara sengaja antara senjata non-strategis dan strategis.
“Itu akan mengarah pada ambang batas yang lebih rendah dan peningkatan ancaman konflik nuklir,” kata dia.
“Saya ingin menekankan bahwa setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam AS, terlepas dari karakteristiknya, akan dianggap sebagai serangan senjata nuklir. Mereka yang ingin berspekulasi tentang fleksibilitas potensi nuklir Amerika harus memahami bahwa menurut doktrin militer Rusia; tindakan seperti itu akan dianggap sebagai dasar untuk pembalasan senjata nuklir oleh Rusia,” katanya dalam konferesi video hari Rabu yang dilansir Anadolu, Kamis (30/4/2020).
(*/RedHuge/Lapan6online)