Jelang New Normal, Masuk Sekolah di Tengah Pandemi

0
98
Ayyuhanna Widowati, S.E.I/Foto : Istimewa

“Sejumlah orang tua pun merasa khawatir apabila anaknya masuk sekolah di tengah pandemi ini, meskipun bukan kelas 1 lagi orang tua tidak yakin kalau sang anak belum bisa menerapkan protokol kesehatan tanpa pengawasan. Ia khawatir dengan banyaknya jumlah murid dalam satu kelas tidak sebanding dengan jumlah guru,”

Oleh : Ayyuhanna Widowati, S.E.I

Jakarta | Lapan6Online : Pemerintah berencana membuka kembali aktivitas sekolah di bulan Juli mendatang. Tapi pemerintah memprioritaskan sekolah yang dibuka adalah yang berada dalam daerah sudah aman virus corona dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Kebijakan ini ternyata tidak terlalu direspon positif oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti. Beliau meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020(okenew.com).

Menurutnya langkah pembukaan sekolah dikhawatirkan mengancam kesehatan anak karena penyebaran virus corona (Covid-19) belum menurun. Bahkan kasus Covid-19 pada anak di Indonesia cukup besar dibandingkan negara lain. Dari data Kementerian Kesehatan terdapat sekira 831 anak yang terinfeksi Covid-19 (data 23 Mei 2020). Usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun. Tidak aneh jika banyak ahli menilai kebijakan pelonggaran PSBB atau prosedur new normal terlalu terburu-buru. Ini tentu berbahaya

Di negara yang sebelumnya sudah baik dalam mengatasi pandemi ini saat new normal mengalami ledakan gelombang kedua covid 19 seperti negara Perancis, ketika dilakukan new normal, terjadi ledakan kasus baru dalam sehari. Di Korea Selatan setelah dibuka, sehari kemudian ada 79 kasus baru Covid-19. Sebanyak 251 sekolah ditutup kembali. (Bbc.com/Indonesia, 29/5). Di Wuhan, setelah dibuka, kembali diketatkan. Begitu juga di beberapa tempat lain di dunia.

Bahkan sejumlah orang tua pun merasa khawatir apabila anaknya masuk sekolah di tengah pandemi ini, meskipun bukan kelas 1 lagi orang tua tidak yakin kalau sang anak belum bisa menerapkan protokol kesehatan tanpa pengawasan. Ia khawatir dengan banyaknya jumlah murid dalam satu kelas tidak sebanding dengan jumlah guru, aktivitas siswa akhirnya tidak bisa dikontrol. Apakah hal ini sudah dipertimbangkan oleh pemerintah?

Pemerintah juga harus bijak dalam mengambil keputusan jelang new normal dengan membuka sekolah. Semoga keputusan bersekolah lagi di bulan Juli adalah benar-benar keputusan terbaik dengan mempertimbangkan segala aspek, terutama aspek keselamatan nyawa manusia. Bukan sekedar menyelamatkan ekonomi segelintir orang yakni para kapitalis (pengusaha atau pemilik modal).

Kita semua berharap pandemi corona segera berakhir sehingga ‘new normal’ sesungguhnya dalam kehidupan adalah normal sebagaimana sedia kala, aamiin. ****

*Penulis Adalah Pendidik

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini