Lapan6online.com : Jet tempur Indonesia generasi keempat jenis Hawk 0209 TT mengalami nasib nahas jatuh di permukiman warga di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Riau pada Senin pagi (15/6/2020). Padahal menurut Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, kondisi Hawk itu dalam kondisi laik terbang.
BAe Hawk 209 dengan nomor registrasi TT-0209 adalah pesawat tempur ringan buatan British Aerospace, Inggris, pada 1996. Total ada 24 pesawat Hawk 209/109 yang dibeli Indonesia.
Rinciannya, 8 pesawat Hawk 109 yang berkursi ganda dan 16 Hawk 209 berkursi tunggal. Pesawat ini mulai memperkuat wilayah udara Indonesia pada 17 Mei 1996.
Meski memiliki kemampuan serang darat, pesawat Hawk juga bisa diajak doghfight atau perang udara dengan pesawat tempur lain. Ini terlihat dengan kemampuannya membawa sepasang rudal AIM-9 Sidewinder, rudal udara ke udara jarak pendek, dan kanon Aden 30 mm.
Jika mengingat sejarah kehandalan pilot-pilot Indonesia di laga udara, ada kisah menarik tak kala Hawk 209 Indonesia mampu “berjaban” dengan jet tempur canggih F/A-18 Hornet milik Angkatan Udara Australia.
Mengutip situs Antvklik.com dikisahkan, kemampuan Hawk 209 dan 109 menjaga wilayah udara Indonesia dibuktikan saat dua pesawat tempur F/A-18 Hornet milik Angkatan Udara Australia menerobos masuk ke wilayah udara NTT pada 16 September 1999.
Mengunci F/A-18 Hornet
Saat itu ada dua pesawat tempur TNI AU, yaitu Hawk 209 dan Hawk 109 yang berhasil memburu F/A-18 Hornet Australia. Dalam patroli saat itu, dua pesawat tempur Hawk yang dipimpin Kapten Azhar Adhitama menyergap 2 pesawat F/A-18 Hornet Australia di perbatasan ruang udara Indonesia-Australia.
Awalnya mereka mengira, dua pesawat tak dikenal yang masuk wilayah Indonesia adalah helikopter. Namun obyek penyusup itu mulai melakukan manuver yang bukan seperti helikopter.
Ketika didekati, radar Hawk sempat terkena jamming atau pengacauan radar oleh obyek itu. Setelah pilot Hawk menyiapkan kondisi tempur, obyek itu menanjak cepat ke ketinggian hingga 30 ribu kaki.
Barulah Kapten Azhar sadar obyek itu bukanlah helikopter melainkan pesawat tempur. Dogfight pun dimulai hingga rudal Sidewinder Hawk sempat mengunci salah satu pesawat musuh.
Namun lantaran belum ada perintah, Kapten Azhar tidak menembak musuh. Kedua pesawat musuh kemudian berbalik arah hingga berpapasan dengan Hawk.
Barulah Kapten Azhar pesawat tempur apa yang dihadapinya, yaitu F/18 Hornet milik Australia. Kedua Hornet itu kemudian kembali masuk ke wilayah udara Darwin.
Sementara Hawk 109 dan 209 TNI AU kembali ke Pangkalan Udara El Tari Kupang.
Di atas kertas, pesawat tempur Hawk bukanlah tandingan Hornet karena merupakan pesawat tempur ringan. Sementara Hornet dikenal memiliki keunggulan di udara, baik dalam bermanuver maupun dalam menggotong berbagai persenjataan dan radar.
Namun kejadian ini menunjukkan kemampuan pesawat tempur Hawk dalam menghadapi pesawat yang lebih superior, tidak bisa dipandang sebelah mata.
(*/RedHuge/Lapan6online)