“Peran tempur nuklir yang ikonik, yang dilakukan di masa lalu oleh F-15E dan F-16, dilimpahkan ke F-35A untuk memainkan peran masa depan dalam keamanan nasional,”
Washington, Lapan6online.com : Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai produsen persenjataan militer yang membawa teknologi jauh ke depan. Salah satunya adalah teknologi siluman yang disematkan di Pesawat jet tempur siluman F-35A Lightning II Joint Strike Fighter.
Guna mendukung superioritas mengungguli rival terdekatnya seperti Rusia dan China yang juga memproduksi jet tempur siluman semacam Su-57 dan J-20, AS telah menguji kemampuannya untuk menjatuhkan bom gravitasi nuklir B61-12 yang tak diaktifkan atau versi inert.
Pentagon telah merilis hampir selusin foto dari tes tersebut, semacam peringatan bagi kedua rival mereka, terutama China yang tengah berkonflik dengan AS di Asia Pasifik. Jika diaktifkan, Bom Nuklir B61-12 menghasilkan ledakan maksimum 50 kiloton, dan ukurannya cukup kecil sehingga bisa dimuat di dalam ruang bom internal F-35.
Mengutip situs nasional Sindo, uji coba dual capable aircraft (DCA) atau pesawat berkemampuan ganda dari F-35A ini berlangsung beberapa kali di wilayah udara sekitar Air Force Base (AFB) Edwards, California, salah satunya pada 27 Juni 2019 lalu.
Peran Tempur Ikonik
F-35A akan menjadi satu-satunya dari tiga jenis pesawat F-35 Lockheed Martin yang disertifikasi sebagai DCA, yang memungkinkannya untuk membawa bom nuklir maupun bom konvensional.
F-35 Lightning adalah jet tempur multi-peran supersonik yang mewakili lompatan kuantum dalam kemampuan dominasi udara. Pesawat ini menawarkan tingkat penghanuran (Penghancuran lawan) yang tinggi dan kemampuan bertahan di lingkungan wilayah udara anti-akses sekaligus pengintai yang handal.
Tidak saja dogfight jarak pendek, namun F-35 juga tangguh di berbagai jenis pertempuran lainnya termasuk jarak jauh. Pesawat ini dibekali radar AESA AN/APG-81 yang dapat menjejak target dari titik yang tak terjangkau mata. Dengan itu, F-35 bisa mengunci lawan terlebih dahulu dan menembaknya dari jarak jauh tanpa harus terlibat dogfight yang membutuhkan manuver ekstrim layaknya jet tempur lainnya.
Namun, kemampuan Joint Strike Fighter (JSF) untuk menggunakan B61-12 bergantung pada upgrade menyeluruh dalam perangkat lunak Block 4 sebagaimana diungkapkan Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) baru-baru ini.
Senjata Generasi ke-5 Multi-misi Utama
Upgrade total itu setidaknya butuh waktu sembilan bulan. Namun sertifikasi DCA F-35A, menurut Kantor Sekretaris Pertahanan, diperkirakan tidak akan selesai sampai Januari 2023. Block 4 juga akan memberikan F-35 opsi senjata lain, seperti Naval Strike Missile, Meteor dan rudal SPEAR serta beberapa bom berpemandu laser.
Bom lain yang F-35 sudah disertifikasi untuk digunakan adalah bom GBU-53 StormBreaker berdiameter kecil. Penggunaan bom ini mengalami penundaan satu tahun karena desain sirip yang salah.
Senjata-senjata yang dapat masuk ke dalam rongga bom F-35 langka tetapi berharga, karena jika mereka dipasang pada hardpoint di bagian luar pesawat, mereka akan menghambat sistem stealth atau teknologi siluman pesawat tersebut.
“Peran tempur nuklir yang ikonik, yang dilakukan di masa lalu oleh F-15E dan F-16, dilimpahkan ke F-35A untuk memainkan peran masa depan dalam keamanan nasional,” bunyi keterangan foto pada Layanan Distribusi Informasi Visual Pertahanan (DVIDS), yang merilis foto-foto uji coba tersebut, seperti dikutip dari The Avionist, Rabu (24/6/2020).
“F-35 adalah sistem senjata generasi ke-5 multi-misi utama. Kemampuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan berbagi data adalah pengganda kekuatan yang meningkatkan semua aset di ruang pertempuran; dengan teknologi siluman, sensor canggih, kapasitas dan jangkauan senjata, F-35 adalah pesawat tempur yang paling mematikan, dapat bertahan, dan interoperable yang pernah dibangun,” lanjut keterangan foto tersebut.
(*/RedHuge/Lapan6online)