“Walaupun jauh dan berat, Kami tidak perlu digaji sebagai buruh untuk mengangkat material, karena dengan bantuan untuk pembangunan jalan ini kami sudah sangat bersyukur,”
Halbar | Lapan6OnlineMalut : Desa Tolofuo dan Bosala, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) mendapat bantuan Program Keserasian Sosial dari Kementerian Sosial RI sebesar Rp 150 juta.
Kepala Dinas Sosial Hi Samsuri Madjid, mengatakan, bantuan langsung dari Kementerian Keserasian Sosial itu sifatnya untuk memunculkan budaya gotongroyong yang terus tergerus kemajuan jaman.
“Jadi Program Keserasian Sosial itu, ingin mengangkat kembali nilai-nilai budaya kita yang dulu gotong royong, kebersamaan dan saling membantu. Itu yang kita angkat kembali melalui Program Keserasian Sosial,” kata Samsuri kepada wartawan, pada Kamis (13/08/2020).
Bantuan tersebut selain digunakan untuk menjaga budaya gotongroyong, diharapkan juga dapat digunakan untuk kegiatan yang bertujuan menjaga persatuan agar tidak terjadi perpecahan antar warga.
“Jadi kegotongroyongannya yang diutamakan. Namanya saja kan keserasian sosial, menghindari terjadinya konflik antar desa. Itu lah nilai-nilai keserasian Sosial yang kita angkat,”ucapnya.
Sementara Yeni Tjanu Kepala Seksi Rehabilitasi Korban Napsa, Tindakan Kekerasan Dan penanggulangan korban Bencana Dinas sosial, menyatakan bahwa untuk plot anggaran dari kementerian yang sebesar 150 juta diperuntukkan untuk pembuatan jalan dengan panjang 100 meter.
“Untuk di desa Tolofuo anggarannya dipergunakan untuk pembuatan jalan sementara di desa bosala dipergunakan untuk merehabilitasi sisi gereja yang dinilai sudah tidak layak dan untuk pembuatn pagar dua gereja,”jelasnya.
Yeni mengemukakan, warga di desa tolofuo sendiri berantusias terhadap kegiatan tersebut, hal ini dibuktikan terutama pada ibu ibu, mereka menjadi buruh dalam pekerjaan jalan dan mereka diberi upah akan tetapi upah tersebut justru dikembalikan dan dipergunakan untuk membeli bahan semen sehingga standar jalan yang telah ditentukan oleh kementerian hanya 100 meter akhirnya justru melebihi dari standar yang dianggarkan sebesar 150 juta tersebut.
Menurut Yeni, untuk mengangkut material ke lokasi pembangunan jalan itu cukup jauh, bahkan harus melalui perbukitan tetapi warga di desa Tolofuo ini bekerja tanpa ada keluhan dengan upah.
“Walaupun jauh dan berat, Kami tidak perlu digaji sebagai buruh untuk mengangkat material, karena dengan bantuan untuk pembangunan jalan ini kami sudah sangat bersyukur,” ungkap salah seorang warga kepada Yeni
“Upah buruh yang jelas memang ada, jadi setiap buruh itu dihitung per/KK dibayar Rp. 1.000.000, hanya saja kesepakatan yang dibuat secara bersama oleh masing-masing warga bahwa upah yang diberikan itu dipergunakan untuk penambahan semen.”kata Yeni
Sementara untuk di desa bosala pun demikian, warga yang bekerja tidak meminta upah tetapi mereka hanya meminta disiapkan konsumsi makanan saja, sehingga upah buruh juga dikembalikan untuk dipergunakan untuk penambahan material,”Pungkasnya. (Yos)