“Jika sandarannya ilmu agama, maka seorang guru akan mengajarkan pula kepada anak didiknya akhlak yang baik, seperti berlaku jujur/tidak berbohong,”
Oleh : Watik Handayani S.Pd.,
Jakarta | Lapan6Online : Agar sebuah negara menjadi maju, maka peran sebuah pendidikan sangatlah penting, karena kemajuan sebuah negara ditentukan oleh penduduknya yang terdidik. Maka, di sinilah pentingnya seorang guru yang memiliki pendidikan baik bidang sains maupun tekhnologi.
Namun, yang lebih penting lagi yaitu ilmu agama agar semua yang diajarkan kepada anak didiknya bersandar kepada Sang Pencipta. Jika sandarannya ilmu agama, maka seorang guru akan mengajarkan pula kepada anak didiknya akhlak yang baik, seperti berlaku jujur/tidak berbohong, menghormati guru serta taat pada syariat baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah.
Inilah tugas seorang guru, tak hanya mengajarkan ilmu sains dan teknologi saja, tapi ilmu agama. Karena, ilmu tanpa agama akan pudar dan agama tanpa ilmu akan terjerumus dalam kesesatan. Salah satunya, banyak orang yang dipandang terpelajar dan masuk pemerintahan, tapi melakukan korupsi dan maksiat berjamaah. Ini menandakan sistem pendidikan saat ini tidak bisa membentuk orang taat akan perintah Allah.
Dalam sistem pendidikan sekuler saat ini, tugas guru sangatlah berat sekali.Tapi tak tampak ada penghargaan yang diberikan oleh negara. Masih banyak guru yang masih kesulitan untuk menghidupi keluarganya, bahkan masih harus mencari tambahan nafkah di luar sekolah.
Dan fasilitas dalam proses belajar mengajar pun sangat minim, sehingga tidak leluasa dalam mengajar anak didiknya. Harusnya mereka diberikan fasilitas yang memadai dalam proses belajar dan mengajar dan kesejahteraannya pun harus dicukupi, sehingga mereka bisa tenang dalam mengajarkan ilmu kepada anak didiknya.
Namun, tidak ada kesinambungan antara peran guru dalam dunia pendidikan dengan negara yang menerapkan hukum. Peran guru pun tak dihargai sama sekali.
Padahal, sejarah telah mencatat bahwa guru dalam naungan Islam mendapatkan penghargaan yang tinggi dari negara, salah satunya memberian gaji yang melampaui kebutuhannya. Seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah, dari Sadaqoh ad-Dimasyqi, dar al- Wadl-iah bin Atha, bahwasanya ada tiga orang guru di Madinah yang mengajar anak-anak dan Khalifah Umar bin Khattab memberi gaji lima belas dinar (1 dinar = 4,25 gram emas; 15 dinar = 63,75 gram emas; bila saat ini 1 gram emas Rp. 500 ribu, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar 31.875.000).
Selain mendapatkan gaji yang besar, mereka juga mendapatkan kemudahan untuk mengakses sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
Hal ini tentu akan membuat guru bisa fokus untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pencetak SDM berkualitas yang dibutuhkan negara untuk membangun peradaban yang agung dan mulia.
Mulianya peran guru di zaman Islam berjaya, karena seorang guru sangat dihormati oleh muridnya dan menjadikan keberkahan ilmu itu membawa kebahagiaan dunia akhirat.
Prestasi pun banyak didapatkan, sehingga bisa menciptakan sebuah kreativitas yang banyak dibukukan. Dalam Islam, begitu berharganya ilmu menjadi bernilai dengan berat timbangan diberikan sebagai upah pembuatan buku oleh Sang Khalifah. Sehingga bisa memotivasi secara turun temurun untuk gemar belajar dan menuntut ilmu serta berlomba lomba dalam dunia literasi untuk membangun peradapan cemerlang. Bams/Red
*Penulis Adalah Anggota Kumunitas Muslimah Menulis Depok