Hubungan Sunan Gunung Djati, Walisongo Dan Kholifah Islam

0
152
Ilustrasi/Net
“Dengan adanya fakta-fakta peninggalan sejarah bisa dijadikan pertimbangan mengenai kebenaran sebuah sejarah, tidak hanya berdasarkan buku-buku karangan sejarawan saja. Begitupun ketika ingin mengengungkapakan kebenaran sejarah Islam, khususnya di Indonesia,”

Oleh : Lilis Suryani

JAKARTA | Lapan6Online : Sejarah adalah kajian tentang masa lampau, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.

Dalam bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.

Dalam pandangan Islam, sejarah bukanlah sumber rujukan hukum atau pemikiran. Hanya saja, sejarah merupakan objek kajian sebagai pendukung dari apa yang telah kita pahami atau ajaran yang ada. Sejarah akan tergantung dengan orang yang merumuskannya. Karena itu, hendaknya kita tidak mengambil sejarah dari orang-orang yang membenci islam. Apalagi selama ini memang telah terjadi pengkaburan dan penguburan sejarah islam yang sebenarnya.

Lilis Suryani/Foto : Ist.

Berkaitan dengan sejarah Islam di Nusantara misalnya khususnya di Indonesia, ada banyak versi yang membahas mengenai hal ini. Begitu juga dengan adanya fakta-fakta peninggalan sejarah bisa dijadikan pertimbangan mengenai kebenaran sebuah sejarah, tidak hanya berdasarkan buku-buku karangan sejarawan saja. Begitupun ketika ingin mengengungkapakan kebenaran sejarah Islam, khususnya di Indonesia. Dan kaitannya dengan Khilafah Islamiyah pada masanya.

Jawa barat tak luput dari dakwah Islam yg disebarkan oleh Walisongo. Sejarah pun membuktikan, Islam pernah ikut andil dalam memajukan peradaban masyarakat saat itu. Bahkan menjadi dasar aturan untuk mengatur pemerintahan dan masyarakat.

Keraton Kasepuhan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana pada 1529. Pada awal dibangunnya Keraton Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang merupakan keraton tertua di Cirebon. Keraton Pakungwati yang terletak di sebalah timur Keraton Kasepuhan, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana (Putera Raja Pajajaran) pada tahun 1452, bersamaan dengan pembangunan Tajug Pejlagrahan yang berada di sebelah timurnya.( Dipublikasi oleh Fathanfaiq.Wordpress.com)

Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Djati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati, berasal dari Palestina. Datang di Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435. Sunan Gunung Jati dikenal juga di Indonesia sebagai Wali Songo.

Dalam kitab Khanzul ‘Ulum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa. (Kompasiana.com)

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang.

Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.

Peninggalan lainnya yang masih eksis hingga kini adalah Masjid Agung Sang Ciptarasa, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid ini diambil dari kata “sang” yang bermakna keagungan, “cipta” yang berarti dibangun, dan “rasa” yang berarti digunakan.

Maka, sebenarnya dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh jika ada dari umat Islam sekarang yang menolak sejarah islam yang terkait dengan kekhilafahan. Ini sama artinya ia menolak sejarah islam itu sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah di masa itu. Wallohua’lam bishowab. [GF/RIN]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini