“Masjid adalah tempat persilangan budaya dan sarana silaturahim. Menurutnya, pariwisata yang awalnya adalah memilki tujuan agar manusia merasakan kesenangan telah berubah paradigma yaitu menyelaraskan manusia dengan alam,”
Jakarta | Lapan6Online : Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Potensi Wisata Religi di Indonesia dan Pemanfaatan Media Sosial”.
Kegiatan yang diprakarsai Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat, BPMI dilaksanakan melaui Zoom Meeting pada Jum’at, 4 Desember 2020. Tujuan dari webinar ini untuk melihat potensi wisata religi Masjid Istiqlal sebagai Masjid Negara dan ikon wisata religi pasca renovasi dalam kemasan New Istiqlal.
Webinar Nasional ini menghadirkan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal, sebagai keynote speaker. Juga hadir sejumlah narasumber, yaitu Bapak Rinto Taufik Simbolon, Analis Kebijakan Madya pada Asdep Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antarlembaga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI; Laksamana Pertama TNI (Purn) Dr. Asep Saepudin, Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat BPMI; Khadijah Al Makiyah, Praktisi Media Sosial, BIG Indonesia; dan Dwi Andayani, SE, MM, CEO Adi Bangun Negeri. Kegiatan ini dipandu oleh moderator Mulyono Lodji, M.Si, pejabat struktural BPMI.
Imam Besar Masjid Istiqlal mengangkat suasana Ramadhan di Indonesia sebagai potret wisata Ramadhan. Fenomena kemeriahan ramadhan adalah pesta ramadhan paling semarak di dunia. Terdapat indikator semaraknya ramadhan Indonesia yang terlihat mulai dari ramainya shalat tarawih di masjid-masjid, i’tikaf di sepuluh malam akhir ramadhan, banyaknya kajian dan ceramah-ceramah keagamaan, parade kesenian, sampai kegiatan berbagi waktu sahur.
Perilaku penghormatan media televisi dan radio yang tiba-tiba tampil islamis, buka puasa bersama, santunan yatim, peristiwa sidang isbat, malam takbir, suasana pasar dan mal selama ramadhan akhir dan rangkaian acara mudik menjadi pelengkap pernak-pernik pesta ramadhan. Pada akhir paparannya, Imam besar menegaskan visi transformasi Masjid Istiqlal sebagai kiblat Islam moderat masa depan.
Dr. Asep Saepudin menegaskan Masjid Istiqlal sudah memiliki nilai wisata dengan banyaknya kunjungan dari wisatawan domestik sampai mancanegara. Konsep awalnya kebanyakan adalah berwisata sambil beribadah di sebuah destinasi wisata dan cagar budaya dengan aspek keunikan sejarah dan keindahan arsitektur. New Istiqlal dengan daya pikat interior, pertamanan yang apik dan kilauan cahaya lampu pada malam hari dipastikan menambah nilai lebih wisata religi Masjid Istiqlal ke depan.
Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat sebagai leading sector pelayanan wisata Masjid Istiqlal siap melayani wisatawan yang akan berkunjung dengan dukungan media komunikasi dan promosi yang diantaranya adalah optimalisasi media sosial.
Pada kesempatan yang sama, Rinto Taufik Simbolon memaparkan bahwa tercatat tidak kurang dari seratus masjid di Indonesia yang dijadikan destinasi wisata, namun belum ada yang menjadikan masjid sebagai pusat kebudayaan. Diharapkan Masjid Istiqlal melakukan langkah untuk menjadi pusat kebudayaan.
Masjid adalah tempat persilangan budaya dan sarana silaturahim. Menurutnya, pariwisata yang awalnya adalah memilki tujuan agar manusia merasakan kesenangan telah berubah paradigma yaitu menyelaraskan manusia dengan alam.
Wisata religi pada pelaksanaannya adalah kegiatan mengunjungi tempat suci atau menyaksikan dan melaksanakan ritual keagamaan. Diantara model wisata yang terbanyak di nusantara adalah wisata ziarah. Sedangkan potensi sasaran promosi wisata adalah millennial travellers dan diaspora Indonesia di luar negeri.
Menurut praktisi medsos, Khadijal Al Makiyah, platform wisata religi Masjid Istiqlal yang didukung media sosial penting untuk menarik perhatian, interaksi dan akhirnya kunjungan masyarakat luas baik secara fisik ataupun melalui media.
Pengelolaan konten di media dengan baik sangat diperlukan mengingat 95,4% akses informasi masyarakat diperoleh melalui media mobile (handphone) dan tingginya rata-rata durasi penggunaan internet di Indonesia yang mencapai delapan jam per hari. Atraksi berupa kegiatan-kegiatan dan capaian menarik yang ditunjukkan di media sosial, kemudahan akses informasi dan fasilitas penunjang harus menjadi platform media sosial Masjid Istiqlal.
Sementara itu, CEO Adi Bangun Negeri, Dwi Andayani menanggapi bahwa Masjid Istiqlal memiliki peluang untuk membentuk Istiqlal Indonesia Halal Center (IIHC) dalam rangka mendukung program pemerintah yang menginginkan Indonesia menjadi pusat halal dunia. Website Masjid Istiqlal harus disupport marketplace Lembaga Penjamin Halal.
Webinar ini menegaskan terdapat korelasi yang sangat signifikan antara wisata religi dan pemanfaatan media sosial sebagai media promosi dan komunikasi kepada masyarakat. Diharapkan pemerintah terus membantu pengembangan wisata religi di Indonesia dalam berbagai coraknya dan secara khusus pengembangan Masjid Istiqlal sebagai ikon destinasi wisata religi global. (MLD/Bem/Red)