Muslim Arbi Sebut Jika Tak Ada STQ, Maka Kota Sofifi Dibiarkan Seperti Kota Sampah

0
457
Kota Sofifi sebelum di dandang/Foto : Ota
“Baru sedikit menunjukan niat baik dan komitmen yang kuat dan motivasi yang besar dalam menyulap Kota Sofifi di beberapa bulan terakhir ini, sehingga ibu Kota Sofifi, Provinsi Maluku Utara tidak terlihat lagi sebagai kota hantu yang penuh dengan kegegelapan, kota kumuh, dan tempat pembuangan sampah (TPA),”

Lapan6Online | Sofifi | Malut : Siapa yang tidak senang, bangga, dan merasa di hormati, jika negeri para raja-raja ini, mendapat kesempatan untuk dipusatkan STQ tingkat nasional yang akan di gelar pada tahun 2021 ini.

Masjid Raya Kota Sofifi/Foto : Ota

Dan, siapa yang tidak senang juga, pasti masyarakat Maluku Utara pada umumnya dan masyarakat Sofifi khususnya, merasa senang pula, bangga, dan pasti masyarakat mengucapkan banyak terima kasih kepada KH. Abdul Gani Kasubah (Gubernur Malut-red), jika menata kembali hasil buah tangan Gubernur Maluku Utara sebelumnya (Drs. Hi. Thaib Armayn-red) ini, Namun sayang beribu sayang, niat baik ini muncul bersamaan dengan STQ tingkat nasional.

Di periode kedua masa kepemimpinannya, Gubernur Provinsi Maluku Utara, KH. Abdul Gani Kasubah, baru sedikit menunjukan niat baik dan komitmen yang kuat dan motivasi yang besar dalam menyulap Kota Sofifi di beberapa bulan terakhir ini, sehingga ibu Kota Sofifi, Provinsi Maluku Utara tidak terlihat lagi sebagai kota hantu yang penuh dengan kegegelapan, kota kumuh, dan tempat pembuangan sampah (TPA), di sepanjang jalan satu arah Kota Sofifi.

Muslim Arbi/Foto : Istimewa

Kini, berbuah hasil dengan kehadirannya, Santrani Abusama, sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Maluku Utara, hal ini, disampaikan oleh Muslim Arbi, kepada Lapan6online.com, pada Minggu (03/01/2021).

Kata Muslim, “Keinginan Gubernur Provinsi Maluku Utara, (KH. Abdul Gani Kasuba-red) ini, membuat Kadis PUPR, Santrani Abusama, harus bekerja keras untuk merampungkan pekerjaannya sebagai menata kota sofifi sebagai aicon pemerintah daerah provinsi maluku utara, “ tuturnya.

Namun patut diketahui, menurut Muslim dan juga aktivis 98 ini,”Pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara mengalokasikan anggaran yang begitu besar di tahun 2020, kepada Dinas PUPR, hanya ? untuk memperbaiki jalan satu arah, di sertai lampu jalan, taman, dan satu buah mesjid raya kota sofifi. Untuk pembangunan masjid raya Sofifi dengan menelan anggaran sebesar Rp, 35,9 miliyar, dengan kontrak kerja sampai pada bulan desember 2020. Kini, pekerjaan pembangunan tersebut belum rampung alias belum selesai, “ bebernya.

Kota Sofifi sebelum disulap/Foto : Ota

Pada hal, lanjut muslim, maka patut di duga juga, niat baik oleh Gubernur Provinsi Maluku Utara, KH. Abdul Gani Kasubah, untuk merubah wajah Sofifi, karena hanya lantaran STQ tingkat nasional yang akan di pusatkan di ibu Kota Sofifi, Provinsi Maluku Utara ini.

Muslim misalkan, jika hajatan STQ tingkat nasional ini, tidak dipusatkan di Ibu Kota Provinsi Maluku Utara, mungkin barang tentu, Kota Sofifi tetap saja terlihat sebagai kota hantu, kota yang penuh dengan sampah, atau bisa disebut kota sampah.

Masih aktivis 98, Ini berarti Gubernur Provinsi Maluku Utara (KH. Abdul Gani Kasubah-red), dengan setengah hati membangun kota sofifi sebagai ibu kota provinsi maluku utara. Coba sekali-kali, Gubernur Provinsi Maluku Utara ( KH. Abdul Gani Kasubah-red), menengok bupati pulau morotai, Benny Laos, dengan memiliki jiwa yang besar dan disertai dengan niat baik untuk membangun daerahnya.

Kata Muslim,”Semestinya, Gubernur Maluku Utara, (KH. Abdul Gani Kasubah-red), berkaca kepada bupati pulau morotai, Benny Laos, dengan keberhasilannya. Dengan usia kepemimpinannya Benny Laos, (bupati pulau morotai-red) terbilang masih seumur jagung, akan tetapi, bupati Pulau Morotai, Benny Laos, mampu menunjukan niat baiknya untuk membangun kabupaten pulau morotai dengan cinta kasih, bukan nanti ada momentum,” imbuhnya.

Kota Sofifi setelah disulap/Foto : Ota

“Jangan membiasakan tiba momentum tiba akal. Ada STQ ada pula Kota Sofifi didandang sekejap, jika tidak ada STQ maka Kota Sofifi dibiarkan seperti kota sampah. Ini berarti, Pemprov Malut tidak memiliki brand image dan master plan yang jelas”, beber Muslim.

“Jurus Gubernur Provinsi Maluku Utara, KH. Abdul Gani Kasuba ini, serupa dengan jurusnya bupati pulau morotai yang pertama, (Rusli Sebuah-red), dengan SAIL Morotainya. Apa yang dibanggakan ketika Sail morotai berakhir. Hanya meninggalkan jalan hotmix yang berlubang, dan beberpa tempat mosium terlihat berlimut, “ ucap Muslim.

“Sekarang, Bupati Pulau Morotai, Benny Laos, membangun kembali jalan dan tempat mosium yang pernah ditinggalkan oleh bupati sebelumnya (Rusli Sebuah-red) itu, karena sudah berurusan dengan KPK, “ungkap Muslim.

Muslim berharap, “Gubernur Provinsi Maluku Utara, KH. Abdul Gani Kasuba, harus meletakan niat baiknya dulu untuk membangun kota sofifi yang sudah menjadi bekas buah tangan pembangunan Gubernur Malut sebelumnya (Hi. Thaib Armayn-red). Tinggal, KH. Abdul Gani Kasuba (Gubernur Malut-red), hanya melanjutkan tongkat estavetnya, Itu aja, koh repot, “ sindir Muslim.

“Jika benar-benar, Gubernur Malut (KH.Abdul Gani Kasubah-red), memiliki niat baik dan komitmen dengan jelas, maka sudah dipastikan, di periode pertama kepemimpinannya sudah menata Kota Sofifi. Kenapa harus menunggu ada momentum STQ, baru bergegas membangun kota sofifi. Ada sensai apa lagi”, tanya muslim dan juga politisi nasional ini,” pungkasnya. (Ota)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini