”Tradisi makan pinang pada umumnya dikakukan oleh wanita yang lanjut usia, pada umumnya di papua tradisi ini diwariskan secara turun temurun,”
Lapan6Online | Fakfak | Papua Barat : Tradisi yang masih melekat untuk Orang Asli Papua adalah makanan pinang ojek, mengunyah Pinang ini merupakan tradisi dan kebiasaan masyarakat di Papua umumnya dan khususnya warga Fakfak sudah menjadi tradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Masyarakat di Kab. Fakfak Papua Barat mayoritas senang makan pinang karena pinang juga dapat memberi manfaat seperti memguatkan gigi, gusi, bahkan dapat menghilangkan bau mulut.
Hal ini disampaikan oleh Ibu Hardiles sapaan pendeknya bersama ibu yang lainya yang sedang makan pinang dipasar ikan Tanjung Wagon, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, pada Jumat (12/02/2021 ) siang
“Menikmati buah pinang punya sensasi tersendiri dari rasanya, dan sebagai pelengkap makan pinang adalah kapur. Bahkan Kapur ini di dapat dari hasil membakar karang laut,” jelas Ibu Hardiles.
Buah pinang semakin dikunyak semakin nikmat ditambah batangnya (maksudnya sirih ) sebagai penetral getirnya getah pinang saat di kunyah.
Pada umumnya, buah pinang yang bagus dapat menghasilkan cairan yang kental saat di kunyak, prosesnya sederhana batang sirih dicelup kedalam bubuk kapur dan dikunyak bersama pinang.
Hasil dari kombinasi ini adalah cairan kental yang berwarnah merah. Seperti darah yang di ludahkan ketanah oleh pemakan pinang.
Hal senada juga dikatakan oleh Ibrahim, ia menjelaskan,”Anehnya, hasil dari makan pinang, sisa kunyak yang diludahkan ketanah itu dapat menyuburkan tanah atau tanaman ternyata masih tergolong sampah organik,” kata Ibrahim
Masih menurut Ibrahim,”Tradisi makan pinang pada umumnya dikakukan oleh wanita yang lanjut usia, pada umumnya di papua tradisi ini diwariskan secara turun temurun. Tidak heran, banyak kaum tua usianya diatas 80 tahun giginya masih utuh bahkan berubah warna menjadi coklat kehitam hitaman,” tambahnya.
Buah pinang beserta pelengkapnya dapat kita temui di Pasar Kelapa Dua, Pasar Ikan, jualan emperan dipingir jalan bahkan di kampung kampung. Umumnya satu paket buah pinang, kapur, dan batang sirih seharga 20 ribu.
“Namun, bagi masyarakat papua paket ini hanya sekali pakai habis. Rata-rata seorang pengunyah pinang dapat menghabiskan 1-3 paket sehari menikmati pinang, tradisi yang tak pernah akan hilang,” tutup Ibrahim. IB