Ngeri! 300 Jurnalis Perempuan Afganistan Berhenti Bekerja, Gegara Ancaman Meningkat

0
35
Ilustrasi/Foto :Net
“Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan juga menyampaikan beberapa jurnalis perempuan dari 34 provinsi itu ada yang meninggalkan negaranya,”

Lapan6Online : Dikabarkan lebih dari 300 jurnalis perempuan dari Negara Afghanistan memutuskan berhenti dari pekerjaan mereka dalam beberapa bulan terakhir ini. Alasannya karena masalah keamanan, termasuk rentetan kasus pembunuhan di negara itu.

Selain itu, Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan juga menyampaikan beberapa jurnalis perempuan dari 34 provinsi itu ada yang meninggalkan negaranya. Karena ancaman dan pelecehan yang mereka derita.

Sekretaris Jenderal Anthony Bellanger Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) menyampaikan rasa prihatin terhadap situasi kritis jurnalis perempuan dan mendesak kepada pemerintah Afghanistan menjamin keamanan mereka.

“Kondisinya, sebagian jurnalis perempuan masih bertahan menuntut penerapan langkah-langkah keamanan agar bisa terus bekerja. Sementara pengusaha media mengklaim mereka tidak dapat mempekerjakan jurnalis perempuan lagi, karena khawatir dengan keselamatan mereka,” ucapnya dalam keterangan tertulis, pada Kamis (11/03/2021)

Ditambah lagi situasi yang terjadi di Afganista kian memburuk sejak 2 Maret. Tiga pekerja media perempuan dari Enikass TV ditembak mati oleh pria bersenjata tak dikenal di kota Jalalabad di timur, yang terletak di provinsi Nangarhar. Pada Desember 2020, pembawa acara Enikass TV Malala Maiwand dibunuh dalam serangan serupa di kota yang sama.

Akibat kejadian itu, Enikass TV memutuskan untuk tidak mempekerjakan reporter wanita tambahan sampai situasi keamanan di negara tersebut membaik. Pada saat yang sama, 10 staf perempuan yang tersisa di instruksikan bekerja dari rumah agar terhindar dari ancaman dan pembunuhan.

Nangarhar merupakan provinsi yang dikendalikan oleh Negara Islam (IS).

Mereka mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan empat jurnalis perempuan Enikass. Media juga menyalahkan pemerintah Afghanistan atas kurangnya kebijakan keselamatan untuk melindungi pekerja media.

“Kelompok ekstremis dan teroris, seperti Daesh [Isis], mencoba untuk membuat kami tidak mungkin memiliki wanita di kantor. Seluruh provinsi tidak aman dan pemerintah tidak memberikan keamanan bagi kami, ”Zalmay Latifi, direktur Enikass, mengatakan kepada The Guardian.

Sejak pembicaraan damai dimulai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan pada September 2020, serangan terhadap pekerja media terus meningkat. Misi PBB di Afghanistan telah melaporkan bahwa setidaknya 11 pembela manusia dan pekerja media tewas dalam serangan yang ditargetkan di Afghanistan dari 12 September hingga 31 Januari 2021.

“Pemerintah Afghanistan harus meningkatkan upayanya melindungi jurnalis yang mempertaruhkan nyawa setiap hari untuk menjaga negara tetap terinformasi. IFJ sangat mengkhawatirkan gelombang kekerasan baru-baru ini terhadap jurnalis perempuan, yang membuat mereka keluar dari profesinya karena kekhawatiran akan keamanan,” tandasnya. (AH/*Red)

*Sumber : derananews.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini