“Saya tidak melihat muatan cerita dari film tersebut, tapi lebih kepada memberi ruang berekspresi putra daerah yang punya kemampuan dalam berkarya sebagai seorang sineas,”
Lapan6Online | NTB : Ditengah lesunya industri film Indonesia, semenjak masa pandemi tahun lalu, dimana semua bioskop tempat pemutaran film ditutup operasinya, rupanya ada sosok pengusaha muda yang berani untuk mengeluarkan budget besar sebagai produser film.
Dewa Putu Mayeka Wijaya, demikian ia dikenal, pengusaha asal Nusa Tenggara Barat ini terjun membiayai produksi film layar lebar, karya Trish Pradana.
Pria yang akrab disapa Mieke ini mengungkapkan bahwa awalnya ketertarikannya terjun sebagai produser film tidak secara sengaja, “Pada waktu itu, saya tertarik ada film layar yang coba di sutradarai oleh putra NTB, ditawarkan ke saya untuk mencari investor pembiayannya. Waktu itu saya tidak terlalu fokus,” ujarnya kepada awak media, pada Sabtu (03/04/2021).
“Saya tidak melihat muatan cerita dari film tersebut, tapi lebih kepada memberi ruang berekspresi putra daerah yang punya kemampuan dalam berkarya sebagai seorang sineas,” terangnya.
Soal budget yang dibutuhkan, diakui olehnya bahwa pasti memerlukan biaya besar, “Biaya produksi ini datang dari kawan-kawan juga disini (NTB), sebab sebelumnya kami tawarkan ke relasi bisnis, yang paham soal perfilman.
Demikian juga beberapa kawan di HIPMI banyak tertarik ambil bagian soal pendanaan film ini,” terangnya. “Selain dari dana pribadi saya, dana itu mengalir dari beberapa rekan punya passion (minat) didunia perfilman,” rinci pria yang juga berkecimpung dalam dunia property ini, dengan nama Lombok Artistik Building.
Film Dunia Maya, merupakan film perdana yang diproduseri oleh Wijaya, dengan melibatkan talent dari Jakarta.
Wijaya juga mengungkapkan bahwa dirinya membuka diri untuk memproduksi film-film yang mengangkat khasanah budaya dan kearifan lokal Nusa Tenggara Barat, “Secara pribadi, saya membuka diri untuk memproduksi film-film seperti saya katakan tadi, sebagai wujud kecintaan saya kepada Nusa Tenggara Barat. Jika ada yang mau menawarkan ide dan karyanya, agar saya berkontribusi. Tentu disambut dengan tangan terbuka, namun saat ini saya fokus dulu menyelesaikan film Dunia Maya,” tuturnya.
“Kenapa tidak, kami menggarap film-film pendek juga menarik untuk digarap produksinya.
Namun untuk film layar lebar, saya fokus dulu untuk film Dunia Maya, saat selesai kita evaluasi hasilnya seperti apa, baru beralih ke judul film yang lain untuk diproduksi,” ucapnya. Ia sendiri menargetkan 2-3 film layar lebar diproduksi olehnya.
Baginya sebagai pengusaha, harus memiliki dua visi, yakni pertama visi bisnis dan kedua visi sosial. “Penggarapan film ini yang saya tangani, menggabungkan keduannya, “ tukasnya.
“Bisnis dan sosial, visi bisnisnya bagaimana film ini bisa terima oleh masyarakat luas, saat sudah siap ditayangkan, kedua visi sosialnya menciptakan pengusaha-pengusaha baru dengan adanya film ini. NTB ini sebagian besar fokus pengembangannya ke dunia destinasi wisata, harapannya dengan film ini, meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan lokal ke Lombok. Sehubungan ini masih masa pandemi Covid-19, wisatawan nusantara dululah yang kita harapkan kembali datang ke NTB,” paparnya.
Terakhir ia berpesan kepada anak-anak muda yang berminat terjun dalam dunia berfilman, untuk selalu bersemangat dan tidak mudah menyerah dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengekspresikan jiwa seni dalam diri mereka, “Terkhusus untuk anak-anak muda di NTB, carilah banyak pengalaman dengan belajar kepada orang-orang yang telah punya dedikasi besar dalam dunia seni peran, jangan berkecil hati jika karyanya belum saatnya diangkat ke layar lebar,” pungkasnya. *Rico Rully