PERISTIWA
“Kondisi hutan kalimantan sejak 1950 hingga 2020 setiap tahunnya mengalami penurunan yang signifikan, oleh sebab kurangnya resapan air dan intensitas hujan yang cukup tinggi mengakibatkan air meluap dan membanjiri sebagian wilayah Kalimantan Barat,”
Lapan6OnlineKalbar | Pontianak : Hampir satu bulan beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat terdampak banjir yang sangat memprihatinkan hingga mencapai sebahu orang dewasa.
Ada lima Kabupaten yang kini masih dalam wilayah memprihatinkan antara lain Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, Melawi, Kapuas Hulu.
Banjir yang melanda Kalimantan Barat ini bahkan menjadi perhatian pemerintah pusat, pada minggu lalu Menteri Sosial Tri Risma Harini, sempat meninjau langsung ke lokasi kejadian, serta pada Sabtu 20 November 2021. Pada kesempatan tersebut menteri juga turut serta kelokasi guna memastikan kembali tentang mengatasi masalah tersebut.
Melihat dari semua itu, Koordinator FW&LSM Kalbar Kabupaten Sintang. Bambang Iswanto, A. Md angkat bicara.
“Kalimantan di sebut-sebut sebagai salah satu paru-paru dunia, karena luas hutannya yang mencapai hingga 40,8 juta hektar kini sudah mulai berkurang.” Namun di akhir tahun 2021 apa benar kalimantan masih menjadi paru-paru dunia…?” terangnya singkat.
Lebih lanjut Bambang mengatakan bahwa,”Melihat dari jumlah kerusakan alam yang ada, sepertinya pulau kalimantan bukan lagi menjadi paru-paru dunia lagi, terlebih semakin tenggelamnya beberapa wilayah di kalimantan barat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang berdampak banjir besar hampir di setiap wilayah seperti Kapuas hulu, Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, dan hampir seluruh wilayah kalimantan barat bagian timur ini, membuktikan bahwa memang terjadi penyusutan hutan tropis sebagai paru-paru dunia yang sangat memprihatinkan.”ujarnya.
Ia menambahkan,”Maraknya Ilegal logging, tambang emas ilegal, batu bara, nikel, bauksit, intan dan perkebunan kelapa sawit yang dituding menjadi penyebab kerusakan alam tersebut, membuat kalimantan barat menjadi rawan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya. Terkait dengan bencana banjir tersebut dan wilayah hutan kalimantan yang terlihat semakin menyusut dari tahun ke tahun di media sosial bencana di mana-mana di wilayah kalimantan barat bisa menjadi perhatian kita akan pentingnya memelihara alam,” tambahnya
Masih menurut Bambang,”Seperti yang kita ketahui, kondisi hutan kalimantan sejak 1950 hingga 2020 setiap tahunnya mengalami penurunan yang signifikan, oleh sebab kurangnya resapan air dan intensitas hujan yang cukup tinggi mengakibatkan air meluap dan membanjiri sebagian wilayah Kalimantan Barat,” ucapnya.
Selain itu juga Bambang mengungkapkan,”Pada tahun 1950, hutan pulau kalimantan tampak berwarna hijau tua pada peta dan digambarkan masih mendominasi sebagian besar wilayah pulau kalimantan dahulunya. Kemudian berturut – turut dari tahun 1985, 2000, 2005, 2010, dan 2020, terlihat bahwa area hutan yang berwarna hijau tua semakin mengecil pada peta yang menandakan bahwa hutan Kalimantan barat sudah mulai berkurang dan bukan lagi sebagai paru-paru dunia. Hal tersebut dikarenakan adanya pembalakan liar, penggundulan hutan ( Ilegal logging ), tambang batu bara, tambang nikel, tambang bauksit, tambang emas, tambang intan ( ilegal mining ), dan perkebunan kelapa sawit yang di tuding menjadi penyebab kerusakan alam tersebut dan terjadinya banjir yang kini melanda sebagian wilayah, serta menyebabkan ribuan warga harus mengungsi akibat banjir yang melanda sebagian wilayah Kalimantan Barat,”jelasnya
“Maka dari itu perlu adanya perhatian dan tindakan serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. pemerintah jangan hanya tutup mata dan utamanya dalam proses perizinan serta lemahnya sistem pengawasan dan penindakan yang menjadi landasan utama hingga terjadi pembalakan liar (ilegal logging) dan (ilegal mining) maupun penambang ilegal,”tuturnya.
“Kami sebagai sosial control berharap penuh kepada bapak presiden Joko Widodo,pemerintah pusat,para menteri, Panglima TNI,dan Kapolri untuk menindak tegas para cukong, oknum, dan kelompok masyarakat yang dalam hal ini butuh tindakan tegas dan jangan pula tutup mata, tutup telinga ketika masyarakat di daerah ingin menyampaikan akan adanya gejolak sosial yang merusak alam, seperti pembabatan hutan (ilegal logging),maupun penambangan ilegal (ilegal mining) bungkam seakan tak berdaya oleh sekelompok cukong yang serakah dengan kekayaan alam kita, seperti yang masih terjadi pada saat ini dan efeknya sekarang baru kita rasakan,” bebernya.
“Kurang apa lagi dengan kejadian banjir yang melanda sebagian wilayah Kalimantan barat akibat dari keserakahan manusia yang mengakibatkan kerusakan Alam, inilah dampak yang di rasakan masyarakat di kalimantan barat ini khususnya di beberapa wilayah kabupaten yang dilanda banjir dan ruas jalan yang longsor di beberapa daerah pada tahun² lalu, ini negara kita di mana di mata dunia merupakan paru-paru, akankah kita diam begitu saja ketika sanak saudara kita di landa banjir yang di buat oleh sekelompok orang yang serakah dan tidak berprikemanusiaan tanpa memikirkan dampak dari ulahnya, serta tak memikirkan masa depan generasi penerus yaitu anak cucu kita,” pungkasnya. (*M.Tasya/SPL).