Penembakan Massal di AS Tanda Masyarakat Sakit

0
45
Sari Putri Kesuma A/Foto : Ist.

OPINI

“Masih banyak masyarakat yang mengadopsi dan menganut ideologi tersebut walaupun sudah terlihat jelas ideologi tersebut rusak dan melahirkan kekacauan,”

Oleh : Sari Putri Kesuma A,

KASUS penembakan massal di Amerika Serikat kembali terjadi. Dari tahun ke tahun, selalu menjadi kasus yang paling mematikan, berulang dan masih terjadi hingga saat ini. Bahkan dalam sebulan terakhir di 2022 ini sudah terjadi 4 kasus penembakanan massal terjadi di tempat umum yang sebagian besar korbannya merupakan keturunan ras African-American.

Kasus yang pertama terjadi di bulan ini yaitu pada13 Mei 2022, 16 orang terluka akibat penembakan yang terjadi di pusat Kota Milwaukee, di blok area popular kehidupan malam dari arena saat pertandingan N.B.A playoff berakhir beberapa jam sebelumnya.

Lalu pada 15 Mei terjadi di dua tempat, yaitu di Houston lebih tepatnya di Open-air Flea Market, dua pria meninggal dunia akibat tertembak dan tiga mengalami luka berat dan kasus penembakan. Yang kedua terjadi di Laguna Woods, Calif, lebih tepatnya di Gereja Presbiterian Taiwan Irvine di Laguna Woods, satu orang meninggal dunia dan empat korban lainnya yang mengalami luka berat.

Terakhir pada 14 Mei 2022, kasus yang paling mematikan terjadi di Buffalo Timur, lebih tepatnya di sebuah pusat perbelanjaan umum, 13 orang tertembak, 10 orang diantaranya tewas di tempat. Pelakunya adalah Payton S. Gendron yang masih berusia 18 tahun, dan telah menyatakan kekagumannya terhadap ideologi supremasi kulit putih dan dia telah mengaku tidak bersalah. (nytimes.com/article/mass-shootings-2022, 17/05/2022).

Sebagian besar kasus pembunuhan yang sering terjadi dan selalu saja berulang di Amerika Serikat merupakan kasus penembakan massal. Kebijakan dalam kebebasan memiliki senjata di AS menjadi bumerang bagi keamanan dan keselamatan warganya sendiri.

Hal ini sangat jelas terlihat bahwa solusi dalam menjaga keamanan di masyarakat yang diterapkan di AS tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas dan mengakar, justru malah memunculkan kekacauan dan permasalahan baru di tengah masyarakat.

Sebagian besar korban yang menjadi sasaran pada kasus penembakan massal di atas merupakan orang-orang berkulit hitam (African-American) dan dilatarbelakangi oleh supremasi kulit putih (white supremacy). Isu supremasi kulit putih ini merupakan isu nyata paling mematikan dan mengkhawatirkan yang tidak dapat diselesaikan hingga saat ini.

Warga AS dihantui rasa takut akan ancaman yang tak terduga akibat tidak adanya tindakan pencegahan yang dilakukan oleh otoritas daerah setempat bahkan negara. Padahal kasus tersebut sering terjadi dan merupakan ancaman paling nyata yang harus dihadapi dan diwaspadai masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu jurnalis AS, Shaun King, merupakan aktivis yang concern terhadap isu ini bahkan mengatakan “Here’s what we need to see from the city of Buffalo, from the state of New York, from our federal government. Show us the budget that you have to confront white supremacy.

Thank you for your thoughts and prayers but we actually want to see your budget to confront white supremacy, because we are told year after year that the greatest threat to the safety and security of America is not radical Islam, is white supremacy.” (https://thegreatestthreat.com/)

Supremasi kulit putih juga merupakan penyebab dari sebagian besar banyak kasus penembakan massal di AS. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang mengadopsi dan menganut ideologi tersebut walaupun sudah terlihat jelas ideologi tersebut rusak dan melahirkan kekacauan.

Hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak masyarakat yang sakit dan kurangnya kesadaran atas pemikiran yang salah. Supremasi kulit putih adalah satu dari beberapa ideologi yang merusak. Banyak yang tidak menyadari pada faktanya, tidak ada ideologi sempurna yang diciptakan oleh manusia.

Dari sinilah kita dapat memahami pentingnya dalam memfilter dan berhati-hari dalam memilih suatu ide yang diadopsi dalam menjalani kehidupan. Karena ide yang diadopsi akan melahirkan cara berpikir dalam memandang sesuatu dan bertindak. Pemikiran yang salah akan menghasilkan perilaku yang salah.

Padahal Islam, ideologi yang sering diwaspadai dan dicurigai di AS justru telah menawarkan solusi yang nyata dan mengakar dalam berbagai macam permasalahan kehidupan dari ranah individual hingga ranah pemerintahan. Islam bukan hanya agama yang bersifat individual yang hanya mengatur tentang ritual ibadah semata, tetapi merupakan ideologi dalam menjalani kehidupan.

Jika mereka yang mencurigai Islam mau membuka mata dan mau berpikir dengan jujur, pasti akan menyadari hal tersebut.

Standar yang digunakan Islam bukan berasal dari manusia yang tak luput dari kesalahan, bukan pula dari hasil suara terbanyak, melainkan berasal dari Sang Pencipta yang maha sempurna.

Nyawa seorang manusia dalam Islam merupakan hal yang sangat berharga dan sangat dipelihara. Seperti salah satu kutipan di dalam Quran berikut, “… Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya” (TQS al-Maidah: 32).

Amerika Serikat yang merupakan negara adidaya dengan kemajuan teknologinya bahkan menjadi kiblat dalam menentukan standar kemajuan suatu peradaban bahkan tidak dapat menjaga keamanan dan kenyamanan rakyatnya sendiri. Dari fakta yang nyata, kita dapat melihat jelas bahwa AS tak layak menjadi kiblat dunia dalam membangun masyarakat. [*]

*Penulis Adalah Aktivis Muslimah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini