OPINI | POLITIK
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (h.r. Al-Hakim).
Oleh : Tasyati Nabilla
BERBICARA tentang pemuda hari ini, tentu tidak akan ada habisnya. Pemuda adalah calon generasi penerus, di mana generasi itu akan mengarahkan kepada perubahan (agent of chage). Namun, sangat berbanding terbalik dengan pemuda saat ini yang mengalami berbagai macam dilema kehidupan yang kebanyakan menampilkan sisi gelap dunianya.
Di antaranya kasus bullying yang menimpa bocah kelas enam SD di Tasikmalaya. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan meregang nyawa usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh temannya.
Psikiater RSIA Limijati Kota Bandung dr. Elvine Gunawan mengatakan aksi bullying sebetulnya bukan kasus baru. Bullying menurutnya memiliki dampak yang luas. Setiap kasus bullying baik ringan atau seperti ini sudah ekstrem, bukan lagi bullying secara verbal, tetapi ini lebih kekerasan secara fisik walaupun gunakan cara lain.
Ini berdampak pada kesehatan jiwa, buat orang yang melakukan sudah pasti ada gangguan jiwa. Untuk orang terkena dampak jelas dan terakhir juga saksinya, dampaknya sangat luas. (detik.com, 21/07/2022).
Selain itu, tidak kalah hebohnya dan selalu menjadi perbincangan di kalangan publik yaitu fenomena Citayam Fashion Week (CFW). Tidak hanya dari remaja asal kelompok Sudirman Citayam Bojong Depok (SCBD) saja, tetapi dari daerah lain juga datang ke Citayam Fashion Week.
Fenomena ini menuai pro kontra ada yang berpendapat bahwa ini sebuah ajang kreativitas, ada juga yang berpendapat bahwa hal ini meresahkan. Menanggapi fenomena tersebut Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta langsung agar anak-anak yang berkumpul di acara Citayam Fashion Week, dapat membubarkan diri pada pukul 22.00 WIB, kemarin.
Hal ini dilakukan untuk membiasakan disiplin waktu, mengingat hampir semuanya masih pelajar SD, SMP, hingga SMA. (republik.co.id, 24/07/2022).
Mewabahnya fenomena Citayam Fashion Week (CFW) yang dikatakan sebagai sebuah kreativitas, tetapi nyatanya adalah propaganda barat yang terselubung untuk menghancurkan generasi. Maka dari itu, banyak remaja saat ini yang mengalami krisis moral serta kehilangan jati dirinya.
Yang lebih mirisnya lagi, dengan bangganya mereka melakukan aktivitas kemaksiatan tanpa ada lagi rasa malu seperti laki-laki mengenakan pakaian perempuan, perempuan mengumbar aurat, pacaran, ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan), menghabiskan waktu dengan sia-sia, dan lain sebagainya. Tentu semua itu melanggar hukum syarak.
Kreativitas itu seharusnya diarahkan pada hal yang positif bukan negatif. Bukankah negara ini membutuhkan generasi terbaik untuk dijadikan tombak peradaban yang gemilang? Namun, itu hanyalah angan-angan belaka, jika negara masih saja menerapkan sistem sekuler-liberal.
Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan serta memberikan kebebasan melakukan sesuatu tanpa memikirkan standar halal dan haramnya suatu perbuatan. Maka dari hal itu, tercipta peluang terbukanya kran-kran kemaksiatan di tengah masyarakat. Walhasil, generasi muda yang seharusnya menjadi aset berharga terbesar kini telah musnah disebabkan oleh kerakusan kapitalis-liberal.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada kehidupan generasi pemuda, terlihat dari sistem pendidikannya yang bertujuan untuk mewujudkan generasi yang memiliki kepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Pendidikan dalam Islam memiliki tiga kunci yang berperan penting dalam mewujudkan generasi pemuda yang gemilang, antara lain:
Pertama, peran orang tua dan keluarga. Orang tua merupakan madrasah pertama bagi anaknya. Sebagai orang tua tentunya dapat menanamkan prinsip-prinsip akidah Islam serta hukum syarak sehingga dapat terwujud generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Kedua, masyarakat juga memiliki peran sebagai tempat proses belajar dan berinteraksi untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Dengan adanya amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat maka aktivitas generasi muda akan berfokus pada kegiatan yang baik dan positif.
Ketiga, negara memiliki peran penting dalam memastikan agar para generasi muda selalu terikat pada hukum syarak. Negara wajib memberikan pelayanan pendidikan, mulai dari kurikulum berbasis akidah, hingga prasarana yang memadai, serta negara melakukan pengawasan terhadap aktivitas sosial dalam pergaulan remaja.
Inilah solusi yang diberikan dari sistem Islam. Ayo move on ke sistem Islam. Saatnya menjadi generasi smart, kembali ke identitas muslim, serta menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan agar kita cerdas menanggapi tren perkembangan zaman dan teknologi. Generasi Islam yang gemilang tentu hanya bisa terwujud jika negara menerapkan hukum-hukum Islam yang berasal dari Allah Swt. secara total. Wallahualam bissawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Muslimah