OPINI | POLITIK | NUSANTARA
“Serangan Zionis membuat kegimmickan negara muslim yang tidak berujung solusi untuk membela Palestina, membuktikan bahwa sistem kufur negara yang diemban saat ini hanya mementingkan individu saja,”
Oleh : Dwinda Lustikayani
TERJADI lagi serangan zionis yang sangat berutal, pada hari Jum’at (5/08/2022) yang memakan korban sekitar 44 orang termasuk 15 anak-anak dan beberapa perempuan, hingga sampai hari Minggu (7/08/2022).
Serangan ini bermaksud untuk menghabiskan pasukan jihad Islami Palestina, karena pasukan ini berencana mau menyerang Israel dengan tujuan untuk balas dendam setelah penangkapan seorang senir hamas di tepi Barat pada hari Senin (3/08/2022).
Sebelum terjadinya serangan, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengunjungi pasukan tersebut di dekat Gaza pada hari Jum’at, untuk mengklaim pihak berwenang yang sedang mempersiapkan tindakannya. (CNN Indonesia – 08/08/2022).
Bahkan beberapa ratus orang Israel juga melakukan protes di dekat Jalur Gaza pada hari Jum’at untuk menuntut kembalinya seorang tawanan dan dua mayat tentara Israel yang ditahan oleh Hamas. Penahanan mayat dan warga sipil Israel dengan tujuan berharap untuk menukar mereka dengan beberapa dari ribuan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. (VOAISLAM – 05/08/2022).
Penyerangan Israel ke Palestina saat ini dianggap sebagai tempat latihan tembak mereka dan warga Palestina sebagai target tembaknya, menurut Kemenlu Palestina.
“Agresi ini merupakan manifestasi dari arogansi kekuatan militer Israel, dan perpanjangan dari pola pikir kolonial rasis yang menganggap wilayah Palestina yang diduduki sebagai lapangan pelatihan. Dan warga Palestina sebagai target penembakan. Kekuatan pendudukan menentukan arah, perbatasan, dan target serangannya tanpa pertanggungjawaban di tingkat internasional,Israel juga sedang mencari target termudah di mana ia dapat mencapai tingkat ‘keberhasilan’ yang tinggi untuk membuktikan kepada dirinya sendiri dan kepada negara-negara di sisinya tentang kemampuan dalam memasarkan teknologi militernya.” ujar Kementerian Luar Negeri dilansir dari Wafa News, Sabtu (6/8/2022).
Penyerangan ini sudah terlalu lama terjadi, tetapi pembelaan yang adil tidak kunjung terjadi. Kemenlu Palestina mengutuk Israel yang sudah melanggar hukum intetnasional dan resolusi PBB. Palestina mendesak Dewan Keamanan PBB dan pihak dalam Konvensi Jenewa Keempat untuk segera melakukan intervensi menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.
“Tidak adanya pertanggungjawaban internasional terus mendorong Israel, Kekuatan pendudukan kolonial, untuk bertahan dalam melakukan kejahatan internasional yang serius terhadap rakyat Palestina, menginjak-injak hak asasi mereka dan menyebabkan kematian yang meluas, cedera dan kehancuran yang tidak disengaja,” kata Kemenlu Palestina. Namun dalam hal ini PBB hanya bersikap prihatin saja melihat kondisi Palestina saat ini.
Tidak hanya PBB, negara-negara muslim juga hanya bisa prihatin dan mengancam tetapi tetap menjalin kerjasama mesrah dengan Israel, seperti halnya negara Mesir yang memiliki perbatadan langsung dengan Palestina, mala mempertahankan blokade ketat atas wilayah itu dengan alasan nasional state.
Dan ada juga beberapa negara muslim melakukan pemboikotan terhadap negara Israel tersebut, tetapi bukan ini yang menjadi solusi untuk pemberhentian serangan Israel terhadap Palestina. Saat ini tidak ada negara muslim yang mau mengirimkan tentaranya untuk membantu Palestina, negara muslim hanya mampu mengecam tanpa membuat Israel ketir.
Solusi konflik ini selalu diarahkan kepada dua negara, yang dimana Palestina diberi kemerdekaan dan selalu berdampingan dengan Israel. Dalam solusi yang diunjukan ini mengartikan bahwa sama saja negara Palestina direbut dengan Israel hingga nantinya membuat umat Islam di dunia ini tidak lagi menganggap penting negara Palestina. Dengan kondisi terus terjadi penyerangan saja masih banyak umat Islam yang acuh terhadap kasus ini.
Negara Palestina tidak hanya dimiliki oleh masyarakat penduduknya saja, tetapi negara Palestina dimiliki oleh umat Muslim di seluruh dunia, sejak khalifah Umar bin Khaththab menaklukan Palestina dan menggabungkannya dalam bagian negara khilafah Islamiyah. Maka dari itu para khalifah disepanjang masa kekhilafahan Islam, selalu menjaga Palestina sekuat tenaga agar tidak ada sejengkalpun tanah Palestina jatuh ketangan musuh-musuh Islam.
Bahkan sejarah mencatat, pada masa kekhalifahan Sultan Abdul Hamid II pernah menolak tawaran Theodore Hartzel, yang berusaha merebut tanah Palestinadengan cara menyuap Sultan Abdul Hamid II sebanyak 150 juta Poundsterling atau sebesar Rp. 3 Triliun.
Tetapi Sultan Abdul Hamid II menolak mentah-mentah dan berkata “Aku tidak dapat memberikan walaupun sejengkal dari tanah ini (Palestina), karna ia bukan milikku. Ini adalah hak umat Islam, umat Islam telah berjihad demi bumi ini. Merekalah yang membasakan tanah ini denga darah-darah mereka”. Maka jelas solusi yang diunjukan merupakan solusi yang batil dan kita sebagai umat Islam wajib membela dan memperjuangkan Palestina dengan spirit persatuan Islam.
Sebagaimana dulu umat Islam yang bersatu dalam satu nanguan Khilafah Islamiyah yang semua umat Islam di berbagai belahan dunia bergabung menjadi satu dan semua dalam penjagaan dan perlindungan negara khilafah, karna khilafah mampu untuk menyatukan umat manusia dari berbagai macam suku, ras, bangsa, dan negara dengan ikatan akidah.
Maka dari itu dengan adanya khilafah Palestina selalu terjaga dan aman dari gangguan musuh Islam. Dari sejarah yang terulas maka menjadi bukti nyata bahwa persoalan Palestina hanya bisa selesai dengan kembalinya khilafah Islamiyah, yang dibawah satu kepemimpinan yaitu khalifah dan nantinya akan melaksanakan perintah jihad untuk membebaskan Palestina dari musuh-musuh Islam.
Karna bukti dari sejarah khilafah yang mampu menjaga palestina dari serangan-serangan zionis, dan khilafah juga yang mampu menyatuhkan umat diseluruh dunia untuk memperjuangkan dan menjaga tanah Palestina peninggalan para nabi dan kiblat pertama umat Islam. (*)
*Penulis Adalah : Pengemban Dakwah