OPINI | POLITIK
“Hal ini mengakibatkan tanggung jawab seorang perempuan sebagai ummu wa rabbatulbayt (ibu dan pengatur rumah tangga) menjadi terkikis karena sibuk mengejar karir di luar rumah,”
Oleh : Zhuhriana Putri
Ide-ide feminisme menjadi isu global semenjak PBB mencanangkan Dasawarsa I untuk perempuan pada 1975-1985. Sejak itu, isu-isu keperempuanan mewabah dalam berbagai bentuk forum, baik di tingkat internasional, nasional, regional, maupun lokal.
PBB di bawah kendali Amerika Serikat jelas sangat berkepentingan dan berperan besar dalam penularan isu-isu tersebut. Bahkan ide feminisme ini menginfiltrasi ke dalam Dunia Islam yang padahal aslinya merupakan derivat ide sekulerisme dan sosialisme (MuslimahNews, 24/9/2022).
Sebegitu kuatnya penularan ide feminisme ini hingga kaum muslim mengamini ide ini menjadi Feminisme Islam. Dengan lahirnya beberapa tokoh muslim yang dikenal sebagai tokoh Feminisme Islam seperti Amina Wadud Muhsin (Malaysia), Fatima Mernissi (Maroko), Taslima Nasreen (Bangladesh), Riffat Hassan (Pakistan), Ashgar Ali Engineer (India), Masdar F. Mas’udi, Didin Syafrudin, Wardah Hafizah, dan Myra Diarsi (Indonesia) semakin menguatkan racun ide feminisme di generasi muslim.
Padahal feminisme tidak lahir dari pemikiran Islam. Maka tidak pantas jika disebut Feminisme Islam.
Feminisme meracuni perempuan dan generasi muslim untuk melepaskan diri dari ikatan dan tanggung jawab kekeluargaan dengan membuat stigma bahwa perempuan harus memiliki karir di luar rumah setara dengan laki-laki. Hal ini mengakibatkan tanggung jawab seorang perempuan sebagai ummu wa rabbatulbayt (ibu dan pengatur rumah tangga) menjadi terkikis karena sibuk mengejar karir di luar rumah.
Ide ini juga menjauhkan perempuan dari posisi pendidik generasi. Dimana seharusnya seorang ibu adalah madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Akibatnya ide ini menjadikan posisi itu digantikan oleh peran baby sitter yang mengasuh sekaligus mendidik anak-anak di rumah ketika ibunya pergi mengejar karir. Begitu juga ide ini menjadi tameng bagi pemberdayaan perempuan dalam bentuk investasi dan pembentukan kurikulum berbasis gender.
Slogan-slogan yang dibawa oleh ide feminisme ini seperti “Keluarga ideal adalah keluarga feminis” atau “Perempuan mandiri dan berdaya” merupakan racun yang harus diwaspadai. Karena ide ini sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan tidak sesuai dengan pemikiran Islam. Bahkan dengan adanya ide ini menjadi jalan bagi barat untuk menjauhkan kaum muslimah dari keterikatan terhadap hukum syara’. Feminisme mengusung kebebasan di tengah-tengah generasi muslim dengan propaganda “My body is mind”, penyimpangan orientasi seksual (LGBTQ+), pergaulan bebas, waithood (tren menunda pernikahan demi mengejar pendidikan atau karir), dan childfree (menikah tapi tidak ingin memiliki anak).
Perjuangan para feminis dalam menyelamatkan kaum perempuan hanya lah perjuangan semu tak membuahkan solusi. Yang ada mereka hanya semakin menjauhkan kaum muslimin dari aturan-aturan Allah. Jika kaum muslim menganalisa lebih dalam, ide-ide feminisme ini mengerucut pada satu hal yaitu memiliki tujuan terselubung untuk membunuh generasi muslim secara perlahan.
Bayangkan jika kaum muslim menerima ide kebebasan tersebut dan mengambilnya menjadi pilihan hidup tentu akan punah generasi kaum muslim di kemudian hari. Maka semua ide ini hanya lah racun yang dibungkus dengan indah sehingga diterima oleh kaum muslim yang tidak paham dengan pemikiran Islam.
Barat sangat paham dan meyakini bahwa rusaknya muslimah adalah awal dari rusaknya peradaban. Sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan virus feminisme ke tengah-tengah generasi muslim. Tentu kita sebagai muslimah yang memiliki akidah Islam harus menolak ide feminisme dan berjuang untuk menyadarkan generasi muslim lainnya untuk tidak mengambil ide ini sebagai jalan kehidupannya.
Hanya Islam satu-satunya aturan yang sesuai dengan fitrah perempuan. Dan Islam lah satu-satunya peradaban yang telah menyelamatkan perempuan menuju kemuliaan. Maka setiap upaya yang menjauhkan perempuan dari Islam sama saja seperti upaya menjauhkan perempuan dari kemuliaannya. Wallahua’lam. [*]
*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa