OPINI | POLITIK
“Ada andil manusia dalam kerusakan alam yang kita lihat saat ini, yaitu kebijakan pro kapitalis liberal. Kapitalis ambil enaknya, manusia dan lingkungan yang terkena imbasnya,”
Oleh : Sri Arya Ningsih
BANJIR merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Hujan yang mengguyur sejumlah daerah, khususnya wilayah Jakarta dan sekitarnya banyak menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tidak hanya di Jakarta, tetapi di seluruh wilayah Indonesia.
“Prakiraan Musim di mana terjadi peningkatan curah hujan sudah disampaikan sejak bulan Agustus yang lalu. Kemudian tiap sepekan sebelum kejadian, dan diulang 2 hari hingga 1 hari sebelum kejadian dan akhirnya peringatan dini diberikan 3 jam hingga 30 menit sebelum kondisi ekstrem terjadi,” kata dia kepada (liputan6.com, 07/10/2022).
Dari Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 19 Jakarta yang baru saja tertimpa musibah banjir. Insiden yang terjadi di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, yang terjadi pada Kamis 6 Oktober 2022 itu meninggalkan duka.
Salah satu tembok sekolah roboh hingga menyebabkan tiga siswa meninggal dunia. Begitu pula di sebagian wilayah Aceh Utara sejak Selasa 4 Oktober terus BBM. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan hingga Kamis sore sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi.
Terdapat juga di daerah Kebon Pala, kampung Melayu, Jakarta Timur dalam kurun waktu dua hari terakhir. Padahal, hujan tidak begitu deras, tetapi kali di Ciliwung meluap sehingga pemukiman warga terendam kali, air kiriman dari Bendung Katulampa, Bogor melalui Kali Ciliwung menyebabkan beberapa titik di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Eka mengatakan ketinggian air beberapa hari terakhir mencapai 175 cm. Meskipun pemerintah sudah menyediakan tenda untuk mengungsi, tetapi belum ada satu pun warga yang kembali ke pengungsian.
Masalah banjir masih menjadi PR besar bagi pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat pada saat ini. Nyaris tiap memasuki musim penghujan, banjir dan bencana alam lainnya siap mengancam di berbagai wilayah di Indonesia.
Bencana banjir hampir selalu terjadi setahun tahun, di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi tampaknya wilayah upaya antisipasi bencana belum diperhatikan secara serius dan saksama, padahal peringatan BMKG terus diberikan.
Persoalan banjir dan bencana alam lainnya hanyalah efek domino akibat pembangunan kapitalistik. Ada andil manusia dalam kerusakan alam yang kita lihat saat ini, yaitu kebijakan pro kapitalis liberal. Kapitalis ambil enaknya, manusia dan lingkungan yang terkena imbasnya.
Hingga saat ini, solusi yang ada belum mampu mengatasi kerusakan alam. Hal ini karena kegagalan mendiagnosis dan mengobati akar krisis lingkungan. Akar masalah dari semua itu adalah penerapan sistem kapitalisme yang materialistis.
Sistem ini hanya peduli pada manfaat dan keuntungan ekonomi, meski harus mengorbankan lingkungan, sehingga bagi mereka Kentungan materi adalah segalanya.
Padahal, seperti itu sangat bertentangan dengan Islam. Dalam Islam, alam, dan kehidupan dipandang sebagai satu kesatuan. Tidak bisa dipisahkan, saling terikat satu sama lain.
Maka dari itu, wajar Islam memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengelola alam dengan sebaik-baiknya. Artinya, melekatkan tugas menjaga alam ini dengan tugasnya sebagai hamba Allah yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30]: 41).
Dalam ayat tersebut, Islam tidak hanya memerintahkan untuk mengelola bumi dengan baik dan melarang untuk merusaknya, tetapi juga memberikan cara-caranya. Tidak lain berupa seperangkat aturan yang pelaksanaannya melekat pada status manusia sebagai individu, sebagai masyarakat, bahkan dalam konteks negara.
Maka dari itu, pentingnya menerapkan sistem Islam dalam kehidupan, karena untuk mencegah dan mengatasi banjir, butuh peran semua pihak, keluarga, masyarakat, dan negara. Terkait dengan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, tata kelola alam, kota, lingkungan, butuh peran negara yang serius untuk mengatur dan membuat kebijakannya. Sebab, ini sudah ada dalam Islam, tentunya akan bisa diterapkan dengan Khilafah. Wallahualam bissawab (*)
*Penulis Adalah Aktivis Muslimah